12. Scene #12

Terlihat Suradi seorang pria paruh baya yang sedang menyapu halaman dengan postur tubuh agak membungkuk. Suradi menyadari keberadaan Sekar dan teman-temannya. Lalu Suradi berhenti menyapu dan badannya kembali tegap.

CAKRA

Dingapunten pak ganggu.

(Maaf pak ganggu.)

Suradi memalingkan badannya dan hanya menatap Sekar dengan tatapan sinis dan tidak peduli.

SURADI

Ono opo?

(Ada apa?)

CAKRA

Ajeng tangklet, nak prisa tiyang jaler mbeto batik biru lewat mriki? soale terakhir kepethuk mau ting acara nikahan niki.

(Mau tanya, apakah melihat seorang laki-laki pake batik biru lewat sini? soalnya terakhir jumpa tadi di acara nikahan ini)

SURADI

Ohh bocah kui? aku ra ngerti, jajal golek dewe!

(Ohh anak itu? saya tidak tahu, coba cari sendiri!)

Sekar dan teman-temannya hanya terheran melihat respon dari Suradi yang tidak mengenakkan.

CAKRA

Mboten prisa babarblas nggih pak?

(Tidak melihat sama sekali ya pak?)

SURADI

Mengko lak ngerti dewe, mau aku weruh bocah kui arah ning alas kono kae! (Nanti kan tahu sendiri, tadi saya lihat anak itu arah ke hutan sana itu!)

CAKRA

Oalah nggih, matursuwun nggih pak! monggo mbah pamit rumiyin!

(Oalah ya, terimakasih ya pak! mari mbah pamit dulu!)

Suradi menatap Sekar dengan tatapan yang tidak mengenakan dari kejauhan selagi mereka berjalan menuju hutan. Selepas itu, Sekar dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka. Sekilas Sekar melihat didalam pendopo dibalik sebuah kain ada seorang wanita yang menari dengan sangat indah dan bentuk tubuh wanita itu hanya terlihat seperti bayangan saja, sementara bentuk tubuhnya sama seperti penari yang sebelumnya Sekar lihat. Sekarpun semakin merasakan ada sesuatu yang mengganjal dan langsung melangkah lagi untuk mencari Bayu.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar