7. Scene #7

PRANATA ADICARA

Wis pecah pamore!

(Sudah pecah pamornya!).

Acara siraman dilanjut dengan memecahkan sebuah tabungan yang terbuat dari tanah liat yang menandakan bahwa tabungan orang tua dari pengantin wanita sudah terbayarkan. Acaraa dilanjutkan dengan acara adat pasaran Sekar duduk disebuah . kursi sambil meminum minuman berupa air kelapa muda. Hanum mengampiri Sekar dan teman-teman yang lainnya.

HANUM

Makasih ya kalian semua sudah datang jauh-jauh kesini.

SEKAR

Iya sama-sama Num.

ANANG

Ya jelas kita datang dong, masa dipernikahan sahabat sendiri tidak datang. Awalnya gak mau datang sih karena jauh, yahh berhubung sahabat sendiri.

HANUM

Hahaha bisa saja kamu nang!

CAKRA

Gimana Num? acaranya berjalan lancarkan?

HANUM

Iya syukur saja acaranya lancar, tidak ada kendala sama sekali. Tadi cuma takut aja kalau hujan.

SEKAR

Ramai ya disini, warga-warga desa pada disini semua, rasa kekeluargaan didesa beda banget kalau dibandingkan dengan diperkotaan.

HANUM

Iya Kar, disini masih kencang banget rasa gotong royongnya. Yasudah ayo makan dulu!

Saat acara berlangsung, mereka memutuskan untuk makan. Tetapi, ketika Sekar hendak berjalan mengambil makanan, Sekar berpapasan dengan orang paruh baya yang tidak ia kenali.

SURADI

Nak uwis maju teko diteruske wae, maju tatu mundur tatu.

(Kalau sudah maju diteruskan saja, maju luka mundur luka.)

SEKAR

Maaf pak maksudnya apa ya? saya kurang paham bahasa daerah sini.

Sekar hanya melihat dan memandang heran, orang paruh baya tersebut pergi menjauh tanpa menghiraukan Sekar sedikitpun. Dari kejauhan Rina memanggil Sekar.

RINA

Kar ayo kesini, ada makanan laut kesukaan kamu! jangan hanya melamun saja.

SEKAR

Iya Rin, habis ini aku kesana.

Lalu Sekar menoleh pandangannya kearah orang paruh baya tersebut pergi, tetapi orang tersebut sudah hilang. Sekar berjalan kearah Rina dan acara pun dilanjutkan dengan sebuah pementasan Tari. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar