Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Scan dengan Aplikasi Kwikku
Untuk membaca langsung dari Aplikasi
Novel
+ Keranjang
Beli langsung
Blurb
Apa jadinya andaikata pendidikan yang selama ini di ajarkan di bangku-bangku sekolah ternyata bukanlah wujud dari pendidikan yang sesungguhnya. Atau dalam bahasa sederhananya: bukan pendidikan yang hakiki.
Pertanyaan ini tentu masih sangat debatable. Dan sama sekali belum ada teori pendidikan moderen yang mendukung ke arah itu. Tapi bagaimana seandainya seorang guru teladan dengan segudang prestasi dalam dunia didik-mendidik mempertanyakan itu: Bahwa apa yang selama ini di ajarkan di bangku-bangku sekolah tak lebih dari sekedar usaha melanggengkan rutinitas yang telah melenceng jauh dari ruh pendidikan itu sendiri. Parahnya lagi, diwaktu yang bersamaan, para orang tua di rumah mendidik anak-anaknya tak pernah jauh-jauh dari praktik pertunjukan ego semata.
Nurmi secara terang-terangan mempertanyakan itu. Pada anak-anak didiknya di sekolah ia ber-eksperimen, terlebih lagi untuk anak-anak asunya sendiri. Ia berani, dan lantang melawan beberapa aturan sekolah yang ia anggap menghambat rencana besarnya.
Dalam banyak kasus, mengusir anak-anak didiknya dari kelas adalah hal yang lumrah ia lakukan. Pada jam aktif sekolah, alih-alih mengajari anak didiknya soal-soal amanat kurikulum, Nurmi justru menyuruh anak didiknya keluyuran diluar kelas. Belum ada jadwal libur sekolah, beberapa murid diberinya libur mendadak atas dasar pertimbangan sepihak (menurut hemat Nurmi sendiri).
Kepala sekolah, pengawas dari kabupaten, dan beberapa guru sejawatnya banyak yang berlawanan kebijakan dengan Nurmi. Lebih tepatnya, hampir seluruhnya. Tapi apa mau dikata. Nurmi memang kepala batu - Dan, saat ini, ia sedang dalam eksperimen kecil-kecilan. Yang mengganggu bakalan ia libas lewat cara-cara yang mengejutkan.
Dalam naskah ini, Semua kebabelan Nurmi ini disorot lewat sudut pandang Maya dan sepupu-sepupunya (anak-anak asuhnya sendiri). Tentunya dalam sudut pandang anak-anak pedalaman udik, yang sedang dalam proses bertumbuh.
Pertanyaan ini tentu masih sangat debatable. Dan sama sekali belum ada teori pendidikan moderen yang mendukung ke arah itu. Tapi bagaimana seandainya seorang guru teladan dengan segudang prestasi dalam dunia didik-mendidik mempertanyakan itu: Bahwa apa yang selama ini di ajarkan di bangku-bangku sekolah tak lebih dari sekedar usaha melanggengkan rutinitas yang telah melenceng jauh dari ruh pendidikan itu sendiri. Parahnya lagi, diwaktu yang bersamaan, para orang tua di rumah mendidik anak-anaknya tak pernah jauh-jauh dari praktik pertunjukan ego semata.
Nurmi secara terang-terangan mempertanyakan itu. Pada anak-anak didiknya di sekolah ia ber-eksperimen, terlebih lagi untuk anak-anak asunya sendiri. Ia berani, dan lantang melawan beberapa aturan sekolah yang ia anggap menghambat rencana besarnya.
Dalam banyak kasus, mengusir anak-anak didiknya dari kelas adalah hal yang lumrah ia lakukan. Pada jam aktif sekolah, alih-alih mengajari anak didiknya soal-soal amanat kurikulum, Nurmi justru menyuruh anak didiknya keluyuran diluar kelas. Belum ada jadwal libur sekolah, beberapa murid diberinya libur mendadak atas dasar pertimbangan sepihak (menurut hemat Nurmi sendiri).
Kepala sekolah, pengawas dari kabupaten, dan beberapa guru sejawatnya banyak yang berlawanan kebijakan dengan Nurmi. Lebih tepatnya, hampir seluruhnya. Tapi apa mau dikata. Nurmi memang kepala batu - Dan, saat ini, ia sedang dalam eksperimen kecil-kecilan. Yang mengganggu bakalan ia libas lewat cara-cara yang mengejutkan.
Dalam naskah ini, Semua kebabelan Nurmi ini disorot lewat sudut pandang Maya dan sepupu-sepupunya (anak-anak asuhnya sendiri). Tentunya dalam sudut pandang anak-anak pedalaman udik, yang sedang dalam proses bertumbuh.
Tokoh Utama
NURMI
MAYA
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
1
Dibaca
2.4k
Tentang Penulis
S. Po Singki
Lahir di tanah Duri (Enrekang) Sulawasi Selatan. Saat ini tengah menyibukkan diri belajar sastra secara Autodidak. Di samping itu, sedang merampungkan Novel dan beberapa karangan prosa yang sudah bertahun-tahun dikerjakan tapi tidak kunjung selesai.
Bergabung sejak 2020-05-07
Telah diikuti oleh 23 pengguna
Sudah memublikasikan 1 karya
Menulis lebih dari 12,777 kata
Rekomendasi dari Drama
Novel
Topeng: Macam-macam Kepalsuan
Tira Riani
Novel
Tapak Kecil Gayatri
Rinmunchhhii
Novel
Cinta Pertama Cinta Terakhir
Khairul Azzam El Maliky
Novel
Sepatu untuk Riyani
Vhira andriyani
Novel
Someone Like You
Maria Kristi Widhi Handayani
Novel
Icy Miss Right
Momo
Novel
The Age of Innocence
Mizan Publishing
Novel
3 Little Angels
Mizan Publishing
Novel
PATAH HATI SEORANG AKTIVIS
Embun Pagi Hari
Novel
Bunga Kertas
Aku Ria
Novel
Surya Tenggelam di Bulan Mei
Sunarti
Novel
My Amazing Brother
Yaz
Novel
Find The Culprit
mikaji Al daufan
Novel
Dialah Kamu
An-nisa Putri Errohman
Novel
Bukan Salah Ibu
Hardy Zhu
Rekomendasi