Di sebuah hutan yang rindang, hidup sebuah bangsa bunian yang disebut Jinas-Mogho, yang mengklaim sebagai keturunan dewa Mogh-Arugh. Kaum yang kini telah menjadi bangsa besar, dan angkuh, terutama dari Klan Rambut Putih yang superior yang menjadi jurukunci kristal Mooghat (kristal berwarna Nilla yang menjadi kekuatan otoritas bagi segenap bangsa Mogho)—warisan dari ayah gaib mereka (Mogh-Arugh). Sedangkan klan rasial yang berada di tingkat paling bawah dalam masyarakat Mogho, adalah Klan Rambut Abu-abu (Brushu) yang sudah berabad-abad lamanya tertindas oleh kelaliman dan perbudakan.

Simu adalah seorang Mogho muda berambut abu-abu, yang lahir dari kalangan Brushu budak pekerja di perkebunan bunga mawar hutan di desa Giraki, yang sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan petualangan, makhluk besar yang disebut Nahash (semacam naga) dan kisah-kisah misterius.
Pada suatu panen besar ketika Simu dan keluarganya bekerja sebagai buruh, ia memilih untuk bolos kerja. Ketika diketahui ia sedang bersantai di sebuah dahan tinggi di sudut perkebunan, ia terjatuh kemudian lari ke dalam hutan liar, sampai terpelanting jauh ke jurang dan tersesat di lembah keramat. Di keadaan itulah, ia menemukan hal-hal baru dan orang-orang baru, dan yang paling berkesan adalah menemukan bunga rahasia yang akan mengubah kehidupannya: bunga yang memberinya hasrat untuk bermantra-mantra; bernyanyi-nyanyi dengan bahasa-bahasa kuno, membuatnya memiliki kemampuan untuk memerintahkan segalanya, termasuk kesempatan mendapatkan mantra keramat dalam rangka menguasai kristal mooghat yang menjadi kunci kekuatan Penguasa lalim, dan membuatnya sadar bahwa keangkuhan kerajaan yang memerintah sekarang harus ditumbangkan. Itulah yang membuatnya bergabung bersama para pemberontak dari selatan dari kelompok-kelompok baru yang memiliki nasib yang sama dengan kelompoknya.

Dapatkah Simu dan para pemberontak menumbangkan segala kelaliman ini? Mengingat kristal Mooghat yang menjadi kekuatan otoritas resmi Moghovilain berada pada puncak menara penembus langit di Moghia, ibu kotanya, dengan cemerlang dan tak tergoyahkan. Dan tentu kekuatan api yang sudah ada di masa lalu tidak tinggal diam melihat segala pergolakan ini. Dewa-dewa moghiam pelindung penguasa tentu akan menghalangi para cecunguk itu. Kekuatan rambut emas yang gilang gemilang pun telah bangkit kembali.