Namaku Ikal, umurku 20 tahun, dan aku bukan seorang pengangguran ehem... maksudku selama 2 tahun setelah lulus SMA aku bekerja mencuci piring dirumah. uhuk... uhuk... bukan apa, aku hanya tidak tau mau kemana setelah lulus SMA, jadi yah... sudahlah...
Hari ini pukul 16:15 WIB cuaca di kota jakarta mendung, aku sedang naik busway menuju taman makam pahlawan di Kalibata. Aku ingin mencari ketenangan, aku sudah jenuh dengan kehidupanku yang seperti ini.
Sesampainya di TMP kalibata, aku mengisi buku tamu dan langsung masuk kedalam komplek pemakaman, mencari-cari kursi untuk duduk sambil meratapi nasibku. Tapi, 30 menit berkeliling, aku tidak menemukan 1 kursipun didalam sini. Jadi kuputuskan untuk duduk di anak tangga dekat monumen tugu pahlawan sambil merenung.
Dalam 30 menit itu, aku memang tidak menemukan kursi, tapi aku menemukan banyak kejutan. Yang membuatku paling terkejut adalah orang-orang yang dimakamkan disini. Sebelumnya aku tidak tahu kalau mereka dimakamkam disini.
Mereka adalah orang-orang yang sering kubaca namanya dalam buku sejarah, bahkan foto-foto mereka sering kulihat di atas dinding-dinding kelas. Ada para pejuang yang gugur saat bertugas, Jenderal-Jenderal, Menteri-Menteri, Pahlawan Revolusi, bahkan Presiden dan Wakil Presiden juga dimakamkam disini. Aku tidak percaya kalau aku bisa sedekat ini dengan mereka, hanya berjarak 1,7 meter dipisahkan oleh tanah.
Kalau dulu aku harus menghadapkan wajahku ke atas agar bisa melihat nama mereka. Saat ini, aku harus menghadapkan wajahku ke bawah agar bisa melihat nama mereka. Seakan langit ingin mengingatkanku, bahwa kita hidup di dunia ini, tidak selamanya akan terus berada diatas, ada saatnya kita akan berada dibawah, begitu juga sebaliknya. Aku jadi teringat bacaan pak ustadz saat khutbah jum'at kemarin :
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)" [Q.S. Ali Imran(3) : 140].
Hatiku terguncang, akalku tersambar, nafasku tertahan, dan mataku berkaca-kaca.
Terlepas dari seberapa tingginya jabatan yang kita miliki, pada akhirnya saat kita mati, kita masih akan dikuburkan ke dalam tanah. Kuburan kita juga akan sama, tidak ada yang berbeda, hanya nama yang tertulis di atas batu nisan kita yang berbeda.
Aku sangat berterimakasih kepada mereka. Karena kemerdekaan dan udara segar yang sampai detik ini bisa kita rasakan dengan cuma-cuma adalah hasil dari perjuangan mereka. Mereka sudah mati, namun kebaikan mereka masih hidup, dan aku yakin itu akan menjadi amal yang terus mengalir buat mereka sampai hari kebangkitan tiba.
Sedangkan aku, jika rata-rata masa hidup manusia adalah 60 tahun, maka aku sudah hidup selama 1/3 dari masa hidup manusia. Tapi selama ini apa yang sudah kulakukan ? Kalau seandainya aku mati besok, apa yang akan kutinggalkan ?
Hahaha... menyedihkan, sangat menyedihkan.
Aku bukan siapa-siapa.
Aku hanya seorang pengangguran.
Tapi, aku ingin manjadi seperti mereka.
Meninggalkan banyak kebaikan di muka Bumi.
Saat ini, aku hanya punya pensil dan kertas.
Wahai Bumi, dengan kedua benda itu. Kutitipkan padamu tulisan-tulisan, yang semoga dengan itu bisa membawa manfaat bagi para penghunimu. Dan menjadi kebaikan disisiku
Dan suatu saat nanti, kuharap dengan pensil dan kertas milikku ini, aku diijinkan untuk beristirahat dengan tenang disini, bersama para pahlawan negeri ini.
Mereka emang sosok luar biasa