Lelaki itu muncul dari lubang kecil pada mesin pendingin ruangan di kamar Jonas. Semula ia berupa asap tipis yang tiba-tiba menggumpal di sudut kamar. Ketika asap itu pecah, tiba-tiba lelaki itu sudah berdiri di sana.
''Di dalam sangat dingin," gerutu lelaki itu sambil membersihkan serbuk-serbuk salju yang menempel di blazer hitamnya. Persis remah ketombe.
"Kau siapa? Atau apa?" Jonas mengucek matanya, baru saja ia merasa tubuhnya melayang-layang di udara—antara tidur dan sadar. Ia seperti melihat dirinya yang lain.
"Jangan coba bertanya, sekarang giliranmu," lelaki itu mendekati Jonas dan mendorong tubuhnya ke sudut ruangan—tepat di bawah mesin pendingin yang mendesis itu.
"Apa-apaan ini?" Jonas mengumpat dan sebuah pertanyaan mengetuk batok kepalanya: apakah aku sedang mengigau?
Ketika tubuh Jonas membentur dinding di sudut ruangan itu, tiba-tiba gumpalam asap meremas tubuhnya, seperti mesin pembuat gula-gula yang mengaduk butir-butir mungil gula menjadi jaring-jaring tipis yang lesap di lidah.
Begitulah, Jonas lesap. Lenyap. Senyap. Ditelan mesin pendingin ruangan di sudut kamarnya. Menyisakan seorang lelaki yang mondar-mandir di kamarnya, persis seorang bocah yang mencoba mengakrabi kamar barunya.
"Mulai sekarang, akulah Jonas," ia tersenyum licik. Berjalan menuju cermin. Mengusap-usap janggutnya sendiri. "Ya, aku memang Jonas. Sangat-amat Jonas."***