Memesan yang Tidak Ada di Menu

[Cikal]

Sebuah perjalanan harus meninggalkan pelajaran, tapi jangan dilakukan demi sebuah pelarian. Hanya satu tujuan, menunjukkan ke seluruh dunia bahwa aku baik-baik saja, bersenang-senang dan melanjutkan hidup. Tak sepenuhnya memaafkan tapi mencoba melupakan.

Untuk melepas lelah, bukan penginapan yang pertama aku tuju, aku mendatangi kedai kecil yang ku ketahui dari artikel majalah maskapai yang ku naiki tadi.

Semua konsentrasiku terpecah, ketika seorang pria urakan di meja kasir memesan kopi.

"Satu hot vietnam drip, ada lagi tambahannya?" seorang wanita berkacamata di kasir melayani pria itu.

"Boleh deh mbak, satu gemblong ibu Juju" Pria itu memesan sambil cengengesan.

"Maaf mas?" wanita itu menanyakan dengan kesal.

"Iya, ketan mbak dibalut gula merah."

"Maaf mas, silahkan ini menu kami, untuk menu spesial, yang ada di etalase saja" dengan pandangan satire wanita di meja kasir itu melayani.

"Yaudah itu aja deh vietnam drip. haha Nikiii... Nikiii..." goda Pria itu sambil mencari tempat duduk kosong.

Mata kami bertemu dengan mimikku yang keheranan kemudian dia hanya tersenyum lalu mencari tempat duduk.

[Sigit]

Tidak seperti biasanya, kedai kecil ini jadi ramai. Ada seseorang yang singgah dengan kesulitan menarik kopernya yang terganjal undakan setelah pintu masuk. Seperti biasa mbak Niki bertugas menjaga kasir, dan aku sengaja membuatnya jengkel agar aku dapat berlama-lama di meja kasir dengan memesan asal. Tak berapa lama gadis koper itu kemudian membayar pesanannya. Kemudian Niki menunjuk ke arah tempat dudukku. Keluar dari meja kasir, dan memberitahuku mengenai Cikal, seorang food blogger. Aku menghampiri Cikal yang kembali duduk di mejanya. Aku tidak melihat dia berniat mencicipi kopi yang ku roasting sendiri, belum ada setengah minuman itu habis. Cikal bertanya, aku menanggapi, dia tidak fokus, selalu menatap pesan masuk dari gawainya. Obrolan berjalan singkat, berakhir dengan permintaan rekomendasi kuliner di Surabaya.

[Cikal]

Hari terakhir di Surabaya, setelah mencicipi kuliner yang hampir semua disarankan Sigit, ini waktu yang tepat untuk mencicipi restaurant yang katanya wajib dikunjungi, tidak lebih satu kilometer ke arah selatan dari Stasiun Gubeng. Saat aku memasuki restaurant, sudah ada kejanggalan.

"Permisi mbak untuk berapa orang" Pelayan menghampiriku dengan baju ala timur tengah.

"Satu mas"

"Baik, silahkan ke sebelah sini" ia mengarahkanku ke salah satu meja.

"Mau pesan apa mbak?" sambil memberikan buku menu.

"Oiya rawon setan satu mas?" aku membuka-buka malas buku menu dan langsung memesan menu andalan disini.

"Maaf? Silahkan liat menu mbak, kebetulan menu utama kami nasi briyani.." pelayan itu nampak heran.

Aku mengirim pesan singkat ke Sigit, nama restaurantnya benar, bagaimana ceritanya aku memesan nasi rawon di restaurant middle east.

Cikal : Mas Sigit ini bercandanya keterlaluan

Sigit : Iya saya minta maaf, santai mbak...

Cikal : Ini sama konyolnya kamu yang memesan gemblong di kota Surabaya.

Sigit : hehehe, tempo lalu kedaiku sebenernya menawarkan sesuatu yang tidak ada di menu, tapi mbak buru buru.

Cikal : Lain kali kamu berhutang pesanan yang tidak ada di menu itu!

Sigit : Tentu saja, silahkan datang kembali, Kedai kami menawarkan menu spesial, kedamaian dan obrolan, yang tak akan kau temui di kotamu, kau boleh datang saat gundah, tapi jangan membawa gelisah di raut wajahmu.

6 disukai 2 komentar 6.3K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
trus bahan-bahannya gimana kalau mesen yang nggak ada di menu? hahahah..
waw daebaaaak
Saran Flash Fiction