Aku Juga Mencintaimu

“Aku mencintaimu,” tuturmu petang itu.

“Ya, terima kasih,” nada datar itu keluar dari rongga mulutku.

Kau berusaha lagi, mengulangi dengan nada yang lebih tinggi. “Aku mencintaimu!” kau melukis senyum paksa di bibir, berharap aku mengatakan hal yang ingin kau dengar.

“Ya, aku tahu itu, aku mendengarnya. Terima kasih,”

Aku menjawab dengan nada yang sama. Kecut wajahmu atas ucapanku. Ya, aku tahu kau pasti akan begitu. Sejenak kau terdiam lalu bertanya, “apa susah sekali menjawab kau juga mencintaiku?!”

Aku tak menjawab. Hanya senyum simpul yang kulayangkan padamu. Si bulat itu menatapku memberi isyarat bahwa kau sangat kesal padaku. Aku masih bertahan dengan senyum itu. Segera kau bangkit dan pergi. Satu…dua…tiga…empat, kau berhenti dan berharap aku memanggil lalu membujukmu untuk tinggal sebentar lagi. Tapi tidak, aku hanya diam. Tanganmu mengepal, kesal itu sudah di ujung. Tapi, aku juga tak bergeming untuk menyusul.

“Hati-hati, aku mengawasimu dari belakang,” hanya itu yang kuucapkan.

Kau pergi tanpa ada kata pamit yang terucap. Aku tau kau pasti kecewa. Tapi aku tak punya nyali untuk mengatakan, jadi lain kali saja kujelaskan. Kumohon, tunggu sebentar lagi sampai aku siap menyatakan perasaan bahwa aku juga mencintaimu.

7 disukai 1 komentar 6.7K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Sama aku juga mencintaimu.
Saran Flash Fiction