“Ada apa Parmin?” tanya pak majikan kaget melihat Parmin berlari ke dalam rumahnya dengan terburu-buru.
“Anu, Pak, burungnya...., burungnya anu” katanya masih gugup.
“Maksudmu apa, anu apa, burungmu?” tanya PAK majikan tak sabar.
“Iya Pak” jawabnya masih gugup.
“Burungmu kenapa?”
“Anu Pak bukan burung saya, tapi anu..burung bapak” spontan pak majikan melihat ke bawah memeriksa sarungnya siapa tahu ada lubang atau “burungnya" kelihatan.
“Jangan ngawur kamu!, bicara yang jelas.”
“Anu, maaf pak”.
Melihat wajah Parmin yang bingung, pak majikan malah tawa.
“Sudahlah, Parmin. Coba tenangkan diri dulu, lalu ceritakan dengan jelas. Burungku, kenapa?” tanya pak majikan dengan sabar meskipun geli hatinya.
Parmin menarik napas dalam-dalam. “Jadi begini, Pak... anu… burung bapak yang dipelihara di kandang itu... anu... dia... kabur!”
"Kabur? Kok bisa?”
Parmin mengangguk cepat, tangannya masih gemetar. “Anu, Pak… tadi waktu saya anu… eh, waktu saya mau bersih-bersih kandangnya, saya anu… lupa menutup pintu kandangnya, jadi… anu, burungnya terbang.”
"Ya ampun, Parmin. Lain kali jangan anu kalau ngomong, bikin bingung orang!”
“I-iya, Pak,” jawab Parmin sambil menunduk, masih gugup. “Maaf, Pak, tadi anu… buru-buru, jadi anu… panik… eh, gimana ya…"
Pak majikan tersenyum dan menepuk bahunya. “Sudahlah, Parmin. Kita cari saja burungnya.”
Mereka pun berkeliling halaman, mencari burung yang kabur itu.
“Pak, anu… tadi saya lihat burungnya terbang ke... anu… maksudnya ke pohon mangga di sebelah sana, tapi… waktu saya ke sana, ....anu ...burungnya nggak ada lagi…”
Pak majikan mengangguk-angguk, seolah mengerti apa yang dimaksud. Sambil menahan tawa.
“Parmin, kalau kita tak bisa menemukan burungnya gara-gara terlalu banyak ‘anu’, kamu harus ganti “anunya”, burung itu ya!”
Parmin langsung pucat. “Jangan, Pak! Saya anu… bukan maksudnya anu, tapi… aduh, Pak".
“Sudah, sudah,” kata Pak majikan, akhirnya tergelak tak kuasa menahan tawa.
“Yang penting, lain kali hati-hati kalau jaga burung, ya. Kurangi ngomong pakai ‘anu’-mu. Burung tak akan bisa ditemukan kalau cuma dengan ‘anu’, paham!”
Parmin hanya bisa mengangguk, mungkin masih bingung antara perintah dan ‘anu’-nya.