Tidak bisa dipungkiri, siapa pun tidak akan berhasil melakukan apapun bila tidak mendapat dukungan dari keluarga, teman, dan banyak pihak lainnya. Oleh karena itu, sampai saat ini aku masih mengingat dengan baik setiap dukungan dari orang-orang yang pernah membaca novelku.
"Keren, imajinasinya kuat." Bang Asmo, seorang warga Bandung yang pernah bertemu denganku di Pulau Karimunjawa, menulisnya melalui E-mail.
"Aku yakin kau akan sukses bersama penerbit major. Karakter tulisanmu sangat kuat," kata Riana, mantap. Ia adalah penulis romance yang sudah menerbitkan bukunya.
"Gue juga yakin, loe bakal jadi penulis terkenal," tulis Aida melalui Facebook. Ia adalah seorang guru bahasa Inggris yang sangat religius.
Aku tidak pernah tahu apa yang sedang Tuhan rencanakan atas diriku. Apapun yang akan terjadi pada masa depanku, yang penting aku sudah berjuang tanpa henti dan percaya pada apa yang sedang kutekuni.
Sejak kapan aku mulai menulis dan fokus untuk menerbitkannya?
Aku memulainya saat gagal melanjutkan pendidikanku ke jenjang universitas. Saat aku ingin mengeskpresikan diri; mengabadikan masa kecil, remaja, hingga masa dewasa mudaku dalam bentuk novel yang dibalut dengan sentuhan sastra, bahasa, dan rasa, sehingga menjadi karya tulis yang indah.
Aku sudah menulis tiga novel yang sangat berarti dalam perjalanan hidupku: Dragon Eagle, You Are My Flaky Pain of The Past, dan Miss Travel Beauty Life.
Seiring berlalunya waktu, aku menulis karena senang melakukannya. Kedua, aku ingin berbagi cerita kepada pembaca. Dan yang paling membuatku bersemangat adalah aku ingin novelku bisa sedikit mengubah Indonesia.
Sebenarnya, alasan utamaku menulis disebabkan oleh cinta, karena kelangsungan hidupku saat ini adalah serpihan rasa dari perjalanan kisah cintaku.
Setiap kali teringat wanita yang kucintai, aku selalu memiliki semangat lebih untuk mulai menulis, lagi dan lagi. Selain membaca buku, senjata andalanku adalah kedisiplinan. Aku menyebutnya ibarat vitamin, bukan obat, karena obat digunakan untuk pemulihan rasa sakit, sedangkan vitamin berguna untuk membuat kita sehat, kuat, dan tidak mudah diserang penyakit.
Sejujurnya, sampai sekarangpun cintaku pada wanita itu merupakan keseluruhan arti hidupku. Semakin perih sakitnya, menandakan cintaku padanya juga semakin besar.
"Kalau begitu, tulis saja cerita yang merefleksikan tentang perjalanan kisah hidupnya." Aurellia, seorang pembacaku memberikan saran yang mampu menyuntikkan berjuta imajinasi dalam otakku.
"Iya, buat saja catatan tentang kisah hidupnya," tulis Clara melalui Line. Ia adalah seorang penulis yang baru kukenal di Kwikku. "Menyatakan cinta lewat sebuah karya tulis yang dapat dibaca semua orang adalah salah satu cara yang paling romantis. Saya yakin perempuan yang Kak Luca cintai itu pasti menjadikan Kak Luca sebagai legenda hatinya."
Begitu membaca pesan Clara, aku jadi ingat perjuangan Arai meluluhkan hati Nurmala dalam novel Sang Pemimpi. Arai mengibaratkan perjuangan cintanya pada Nurmala bagaikan melempar lumpur ke tembok yang kokoh, dan meskipun tembok itu tidak rubuh dengan lemparan lumpur, tapi, setidaknya lumpur itu membekas di sana.
Begitu juga dengan perjuangan cintaku pada gadis pujaanku itu. Meskipun aku tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi kekasihnya, tulisanku tentang refleksi kisah hidupnya ini akan membekas di hatinya—kesimpulannya filosofis.
Tiba-tiba aku merasakan ada malaikat tak bersayap yang menyentuh pundakku dari belakang. "Tidurlah, Nak, tidak baik terlalu lama duduk di depan komputer."
"Baik, Mama."