Flash Fiction
Disukai
5
Dilihat
3,336
Suara Maddie
Romantis

Lebar-lebar kubuka jendela. Lalu, duduk di depan meja sambil terbungkam tanpa sepatah kata. Aku tak kuasa membaca file yang kureka sejak lama. Sebuah pekerjaan yang sia-sia. Hingga hari ini, 28 Oktober 2019, hanya kilasan berita demonstrasi dari tanah air yang mampu kuulas, tanpa lawan bicara. Semua kuteriakkan dalam kepala. File di Google Drive itu seakan tak berisi, aku merasa takut untuk membukanya akhir-akhir ini. Aku telah menulis sesuatu yang bisa dianggap isu sara yang keji. Aku seorang pengecut yang takut membangkitkan semangat persatuan saudara sendiri. Aku tak yakin, mana yang aku peduli.

Tapi, barusaja suara Maddie terulang lagi. Dunia ini memerlukan orang yang kuat, jadilah diri yang kuat, pesannya terakhir kali. Kalimat itu membakar sedikit semangatku untuk terus berkreasi. Kubulatkan tekadku untuk menuliskan kisah yang lebih berwarna warni, menciptakan negeri ajaibku sendiri. Dengan semangat yang Maddie percikkan di tinta yang mengalir pada nadi. 

“Puteri… Kamu adalah sahabatku yang sejati. Perjuanganku berapi-api dari pemantik yang kau pertajam di hati. Tuliskan semua gambaran di kepalamu. Aku akan bisa membacanya dalam mimpi siangku.”

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@nio1992 : Makasih, say...
@Noveria: Thank"s, sis.
Rekomendasi dari Romantis
Rekomendasi