Jok

"Udah Bar gausah dilanjutin! Sekarang malam jumat bego." Titah Alif pada Barata 'si anak indigo' yang sedang asyik menceritakan makhluk halus di area kampus.

"Udah yuk! Tinggal kita berlima nih, jangan sampai kita diusir pakai lagu sayonara." Ajak Alif.

"Ah payah lu Lif." Ketus Sapto.

"Yuk kita cabut! Udah gerimis keburu hujan." Ucap Barata.

"Lu pulang sendiri ya Lif! gue nebeng Barata." Adit memberikan tiket parkir dan kunci motor kepada Alif.

"Gue ikut."

"Lu mau nginep juga? Kasihanlah Nenekmu sendiri di rumah." Jelas Adit.

"Oh, nginep." Wajah Alif memelas saat tahu dirinya harus pulang sendiri. "Dompet gue ketinggalan di kos Barata, nitip ya!" Lanjutnya.

"Ok."

"Awas Lif sering-sering lihat spion nanti, siapa tahu ada yang nebeng di jok belakang." Sapto tertawa cekikikan dengan candaan recehnya.

"Minta jampe-jampe dulu tuh sama Barata." Sambung Aji sambil menepuk pundak Sapto isyarat jalan. "Kita duluan ya." Lanjutnya.

Tak lama Barata dan Adit juga ikut menyusul pulang.

Suasana parkiran mendadak sunyi, semilir angin malam menjalar pada tubuh Alif lewat celah-celah kemeja flannel yang ia kenakan. Alif menyalakan motor dan bergegas pergi.

"Ini Bang." Alif menyodorkan tiket parkir dan uang dua ribu.

"Parkirnya gak usah dek. Sudah dibayar tadi sama temennya." Ucap penjaga parkir mengambil tiket nya.

"Oh..Iya Bang, makasih Bang, mari!" Alif menarik tuas gas perlahan.

"Mahasiswa akhir zaman. Udah bawa cewek kemana-mana." Ucap penjaga parkir pada teman sebelahnya.

Alif yang saat ini berkendara tanpa helm tentu mendengar ucapan penjaga parkir, apalagi jarak ia dengan pos penjaga belum terlalu jauh. Seketika bulu kuduk Alif berdiri karena tahu tidak ada perempuan yang bersamanya, spontan Alif mengarahkan spion kiri pada jok belakang.

Kendaraan-kendaraan besar hampir memadati seluruh jalan. Hanya terhitung jari orang yang mengendarai sepeda motor, termasuk Alif. Setengah perjalanan Alif masih belum melihat sosok perempuan di jok belakang. Fokus Alif menjadi teralihkan dengan pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya.

"Apakah benar di jok belakang ada sosok perempuan?" Pikirnya.

"Apakah sosok perempuan ini wujudnya seperti yang Barata ceritakan?" Lanjutnya.

"Kalau iya, berarti dia berpakaian lusuh, rambut hitam terurai menutupi sebelah matanya yang melotot hampir copot, mulut menganga penuh darah, dan semerbak bau busuk." Pikirnya lagi.

Tatapan Alif pada jalanan mulai hilang fokus oleh pikirannya sendiri, ditambah rintik hujan yang merabunkan pandangannya.

Alif menyalakan lampu sein kiri, hendak berteduh dan menjernihkan pikirannya sejenak. Namun saat menepi di pinggir jalan tercium bau busuk yang sangat menyengat. Tak tahu dari mana asalnya.

"Sial." Ketus Alif sambil tancap gas kencang.

Alif melihat mobil truk didepannya, lalu membuntuti dengan kecepatan sama agar terhindar tamparan hujan. Sesekali ia melirik spion kiri.

"Tiiiiiittt..."

Tiba-tiba truk depan berhenti mendadak.

*

"Ngapain lu rem mendadak?" Tanya Aji kaget.

"Bentar Ji." Jawab Sapto sambil memundurkan motor.

"Bang, ini uang parkir motor buat temen gue, sisanya buat Abang ya." Jelas Sapto.

"Makasih dek."

"Eits bentar bang, nanti Abang bilang gini sama temen saya yang sendirian ..." Sapto menjelaskan dengan rinci.

*

"Aaa...lif!" Seru Adit.

Terlihat Nenek Sri keluar rumah dengan langkah lemas.

"Alif nya ada Nek?" Tanya Adit sambil memutar-mutar dompet di tangannya.

"Nenek juga gak tahu, dari semalam belum pulang."

3.6K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction