Sunyi

SUNYI . . . .

“Aku terduduk dengan tatapan kosong menatap kemudi kendaraanku”

Senyap yah. . . . . Ucapan yang paling pantas pada malam itu.

60 Menit yang lalu kau berada di sampingku.

“Berapa lama kamu ... .?”

“Ngga tahu, jangan telalu berharap aku cepat Kembali, tapi semoga saja cuma sebentar.”

Tanpa adanya balasan hanyalah tatapan muka yang menghadap ke atas tidak ingin air matanya jatuh.

“Udah lah, ngga usah nangis” sahutku untuk menenangkannya sambil ku tepuk pundaknya,

Senyumku saat itu untuk menutupi kesedihan yang juga ku rasakan.

Dengan berat aku mengambil sepatu dan meninggalkannya.

Kulihat dia menekuk kakinya dan melipat tangannya menutupi mukanya yang ku rasa tangisnya sudah tidak tertahan.

“Aku pamit ya” Sambil berjalan meninggalkannya,

Di tengah perjalanan aku memberhentikan kendaraanku dan rasanya tidak ada yang bisa ku dengar saat itu, padahal banyak kendaraan lain melewatiku.

Mungkin dalam waktu yang lama aku tidak akan mendengar lagi

“Tawamu yang lepas ... ”

“Suaramu yang khas seperti bebek ... “

“Tingkahmu yang apa adanya ... “

SUNYI ... .Tidak ada lagi kata yang lebih mendeskripsikan apa yang aku rasakan.

Selamat tinggal kamu untuk sementara waktu, jangan berubah saat aku tak di sampingmu lagi.

Hanya itu doaku.

Sampai jumpa kembali bila sudah tiba waktunya.

3.7K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction