Ratapan Rawi

Sejak ibu meninggal karena sakit, ayah lebih banyak mengurung diri. Dia mengabaikan toko tali kami. Aku tidak suka dia mengabaikanku juga. Ayah memilih tenggelam dalam kesedihannya. Beberapa kali aku mencoba menarik perhatiannya, mengajaknya berbicara, mengingatkan tentang usaha toko kami. Semua usahaku terasa tidak berarti, aku merasa tidak berharga. Hidupku benar-benar hancur, sepulang dari toko aku mendapati ayahku terbujur kaku. Tubuhnya menggantung dengan tali yang biasa kami jual.

Tokoku tutup tanpa aku tahu kapan akan buka. Setiap melihat tali aku teringat ayah. Aku mencoba usaha garmen tapi nyatanya aku gagal. Mungkin nasib usahaku memang cocok dengan tali. Aku bertemu dengan Larisa gadis pengrajin layang-layang. Dia menawarkan kerjasama. Cinta menarikku dari kubangan kesedihan. Aku menikahi Larisa dan mengembangkan bisnis taliku. Aku merasa berada di puncak hidupku.

Aku mencintai Larisa hingga aku takut kehilangannya. Aku sudah diabaikan oleh kedua orang tuaku. Setiap melihat tali aku memikirkan hal itu. Aku mencoba membuat Larisa bahagia, hingga dia tidak berpikir mengkhianatiku. Rasa takut itu semakin nyata membuatku mencari wanita lain untuk menumpahkan rasaku. Sehingga ketika Larisa meninggalkanku aku tidak merasa kehilangan. Larisa tahu pengkhiatanku, tapi aku telat menyadarinya. Aku mendapati Larisa menggantung pada tali yang kami jual. Aku menyesali kebodohanku.

3 disukai 4.3K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction