Kemalangan si Bungsu

Si Bungsu tengah duduk ditengah pintu kamarnya dengan membantu ibunya membuka plastik untuk wadah sambal geprek. Ia membantunya dengan setulus hati, agar tidak bosan sesekali ia melakukannya dengan melihat video didalam ponselnya. Si bungsu sangat prihatin dengan keadaan orangtuanya yang belum kunjung menemukan jalan keluar.

Sejak Ayahnya pensiun dan warung milik ayahnya tidak laku, ibunya memutuskan untuk membuka usaha baru yakni menjual ayam geprek. Setiap pagi ibunya harus bangun jam setengah tiga untuk menyiapkan bahan dan alat yang digunakan untuk memasak geprek, sedangkan ayahnya akan bangun jam tiga. Hari demi hari terulang seperti itu dan hari demi hari si bungsu menunggu hari Minggu dimana ayah dan ibunya akan libur berjualan.

Si bungsu mulai memikirkan cara bagaimana cara cepat menghasilkan uang agar ia bisa membantu kedua orangtuanya hingga ia terjerat masalah dengan leader disalah satu perusahaan kecantikan. Ia mencari ide untuk memulai bisnisnya sendiri, setiap ada kesempatan ia membuat desain kemudian ia simpan rutin didalam flasdisk yang sayangnya sekarang hilang entah kemana. Ia merana mencari flashdisknya hampir data penting berada didalamnya.

Setelah membuka semua plastik sesuai dengan kebutuhan ibunya, ia kembali memegang ponselnya dan memainkannya. "Nanti ketika dirimu sudah di Malang untuk Kuliah, tolong simpan uangmu dengan baik dan belajarlah untuk lebih berhemat lagi." Mendengarnya si bungsu tiba-tiba berhenti memainkan ponselnya. Si Bungsu selama ini pandai sekali berhemat jika dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang lain, namun sekali ia menghabiskan uang juga tidak main-main. Ia hanya mengangguk mendengarkan ucapan ibunya.

Kembali dimasa lampau, ketika ayahnya belum pensiun dan belum memiliki warung. Tempo itu sangat ia ingat kakak keduanya menambah dua tahun berkuliah, entah apa sebabnya hingga ia tidak segera lulus dari sana. Si bungsu selalu mendengar keluhan orangtuanya mengenai uang saku kakak keduanya yang suka sekali habis, banyak alasan yang menyertainya.

Kemalangan si Bungsu sebenarnya dimulai dari situ, jujur saja ia beruntung memiliki ibu yang sangat-sangat cerdas dalam memilah uang, setiap ibunya mendapatkan jatah dari ayahnya beliau selalu menyisakannya untuk si bungsu besar nanti walaupun si bungsu sudah memiliki uang sakunya sendiri namun orangtuanya sudah berpengalaman dengan kedua anaknya yang dimana saat kuliah pasti membutuhkan uang yang tidak sedikit. Tempo kini si bungsu hanya bisa menggunakan uang sisa yang tersisa dan juga uang saku yang diberikan tante-tantenya yang berprihatin dengan keadaan kami namun tetap memberikan beban kepada kami setiap harinya.

Malangnya si bungsu tak bisa merasakan kenikmatan yang dinikmati oleh si kakak keduanya yang dulu enam tahun berkuliah namun masih sempat berfoya-foya demi agar tidak ketinggalan jaman. Kini kedua kakaknya sudah memiliki pasangan hidup masing-masing, beruntung kakak pertamanya adalah laki-laki yang mandiri sedangkan kakak keduanya tetap menjadi ulat di keluarganya. Sering kali ia mengeluh ketika mengerjakan satu ataupun dua tanggung jawabnya sebagai anak dan juga istri. Dan terkadang ia juga suka mengatasnamakan si bungsu atas segala sesuatu yang sedikit bersangkutan dengan si bungsu agar kedua orangtuanya menyetujui segala hal yang seharusnya hanya bisa memuaskan dirinya saja.

Kini si bungsu hanya bisa berharap dan juga berandai-andai untuk tidak merepotkan orang yang nantinya bisa menambah beban orangtuanya dan berharap bisa membantu menyelesaikan beban kedua orangtuanya.

1 disukai 4.2K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction