Kau dan aku telah hidup bersama selama 65 tahun, anak-anak kita pun sudah pada dewasa dan memiliki anak yang menjadi cucu kita sekarang.
Waktu memanglah cepat berlalu, baru saja kemarin kau melamarku. Seperti bianglala yang berputar, saat kita sudah mencapai usia puncak itu berarti saat bianglala turun, sudah bersiap juga untuk pulang menghadap Sang Illahi.
Di hari terakhir, kau menunggu anak kita yang di Bekasi untuk pulang ke rumah. Lalu saat dia tiba, kau berkata,"Nak, jaga Mamah nya. Bapa bade niis heula, bade mancing sareng rencang Bapa. Ulah waka uih ka Bekasi, nginep heula sabulan mah nya."
Harusnya aku dan anak-anak tahu, bahwa itu pesan terakhir darimu.
Kau menghembuskan nafas terakhir saat usai makan siang dan saat itulah hari terakhirku menyuapimu.
Seisi rumah menangisi kepergianmu, hatiku sedih tentu anak-anak kita juga sedih. Namun, aku takkan pernah lupa kata-kata yang sering kau ucapkan.
Mungkin sudah saatnya generasi kita beristirahat. Kau benar, hidup itu tak selamanya di dunia, hidup itu kita harus pergunakan sebaik mungkin selama kita masih memiliki nafas.
Malam harinya kau hadir di mimpiku untuk mengucapkan kalimat terindah yang tak pernah kau ucapkan sebelumnya. "Istriku, terima kasih kau sudah merawatku selama ini. Kini sudah saatnya untuk kamu beristirahat. Hentikan sedihmu itu, jalanilah sisa hidupmu dengan penuh senyuman. Ragaku mungkin pergi meninggalkan kalian, namun hatiku tak akan pernah pergi. Aku menunggu kalian di Surga." Membisikkannya di telingaku lalu mengecup keningku cukup lama. Mungkin saat tertidur, aku sempat menitikkan air mata.
Mantel yang tergantung di kamar itu adalah mantel yang selalu kamu pakai bekerja. Kau tak pernah mau ganti dengan mantel yang baru, karena kau tahu itu hadiah dariku saat kita nikah dulu.
Canda tawamu dengan cucu kita selalu menghangatkan rumah ini di setiap pagi. Dengan raut wajah bahagia telah memberikan energi positif bagi kita semua. Tak peduli seberapa sakit yang kau rasakan, senyum tulusmu tak pernah pudar.
Ketika aku lihat hidangan di meja, seperti salad sunda, combro, es campur. Itu menu yang selalu ingin kamu makan setiap harinya, namun aku melarangnya karena peduli dengan kesehatanmu.
Salad sunda aku ganti dengan waluh hijau rebus, combro aku ganti dengan singkong rebus dan es campur hanya aku kasih potongan buah dan agar-agar tak berasa. Aku tahu, kau pasti sedikit kesal tapi percayalah semua itu demi kebaikanmu. Namun, ternyata Allah lebih sayang kepadamu.
Terima kasih telah memberi warna dan kebahagiaan yang terindah untukku dan keluarga kita. Kini sudah saatnya kamu beristirahat dengan tenang. Insyaallah, dalam beberapa waktu kedepan kita akan terbiasa dengan semua ini.
Salam senyum hangat untukmu disana. Suamiku....