Aku terlahir dari keluarga yang sederhana, orang tuaku bukan berasal dari pendidikan yang tinggi, Ayahku bekerja sebagai buruh harian dan ibuku, hanyalah ibu rumah tangga biasa. Sedih? Tentu tidak, aku bangga pada mereka karena dengan latar belakang seperti itu membuatku dan adik-adikku menjadi anak yang tidak manja.
Kami di didik untuk mandiri, dan selalu mensyukuri apapun rezeki yang di dapat.
Selintas pikiranku teringat akan cerita Ibuku, dulu beliau pernah memiliki uang hanya sepuluh ribu saja di dompet untuk menyambung biaya hidup kami, mengingat kisah itu aku menangis, motivasiku pun semakin besar untuk memperbaiki ekonomi keluargaku.
Walau dengan keterbatasan ekonomi, tapi prinsip Ayahku adalah menyekolahkanku dan adik-adiku sampai tinggi.
"Jangan seperti Ayah dan Ibu, yang hanya tamatan SD dan SMP" ujar Ayahku
Aku sedih mendengarnya, aku pun berjanji untuk membahagiakannya. Saat memasuki SMA aku belajar dengan giat, mencoba memperbaiki kekuranganku di waktu SD dan SMP dulu, sampai akhirnya aku mendapatkan panggilan untuk masuk ke perguruan tinggi tanpa tes, tangisku pun pecah melihat orang tuaku bahagia dengan pencapaianku.
Namun masalah berat harus aku hadapi, saat terkendala pada biaya masuk kuliah. Aku mulai menyerah dan mengatakan pada orang tuaku untuk mundur, apalagi dua adikku masih sekolah di SMP dan SMA. Aku tidak ingin memaksa orang tuaku untuk memasukan aku kesana, tapi Ayahku selalu mengatakan, aku tidak perlu khawatir karena dia akan mencari pinjaman untuk biayaku kuliah.
Lagi dan lagi aku menangis, mengapa justru masalah ini membebankan orang tuaku. Aku berdoa kepada Tuhan jika memang ini jalanku, aku meminta pada Tuhan untuk melancarkan semua urusanku sampai aku lulus kuliah.
Doaku pun di jawab oleh Tuhan, saat Ayahku mendapatkan pinjaman dari Omku, beliau sangat bahagia dan mengantarkanku untuk membayar biaya kuliah pertamaku.
Melihat wajah lelahnya, aku ingin mengatakan jika aku sangat bahagia menjadi anak mereka, aku akan memberikan yang terbaik untuk Ayah dan Ibuku.
Urusan biaya kuliah ku pun terselesaikan, aku masuk di kampus impianku, dan seiring berjalannya waktu aku mendapatkan beasiswa untuk membiayai kuliahku. Aku belajar dengan giat dan menjaga nilaiku agar tetap stabil supaya tetap mendapatkan beasiswa. Aku ingin orang tuaku bangga denganku, aku ingin mengangkat derajat mereka, aku tidak ingin melihat mereka diremehkan lagi karena pendidikan mereka yang tidak tinggi.
Sebenarnya banyak sekali kata-kata menyakitkan yang diberikan padaku, saat orang disekitarku meremehkanku yang berkuliah, apalagi orang tuaku bukan dari keluarga yang mampu. Aku tidak peduli dengan ucapan mereka, yang aku fokuskan hanya kebahagiaan orang tuaku.
Saat mereka melemparkan hinaan kepadaku, aku tidak bersedih, tapi akan kugenggam hinaan itu untuk membangun motivasiku.
Empat tahun pun berlalu, tanpa terasa ujian skripsiku dimulai, aku meminta restu orang tuaku agar diberikan kelancaran. Hingga hari yang menegangkan itu bisa aku lalui dengan mudah, aku pun dinyatakan lulus, dan yang membuatku menangis saat tahu IPK ku Cumlaude. Tidak sia-sia perjuanganku selama ini, doa dan airmata orang tuaku menjadi berkah buatku.
Aku pulang ke rumah dan mengatakan pencapaianku.
"Semua ini buat kalian Ayah dan Ibu. Aku bisa mewujudkan impian kalian untuk menjadikan aku sarjana"
Aku tahu mengapa mereka selalu mendorong asaku, karena aku akan menjadi motivasi pertama buat adik-adikku.