Tunggu kemana motor Gerandong Angga? Tanyaku dalam hati, aku menyebutnya Grandong karena motor itu motor tua kelahiran 2001 Legenda mungkin kalian tahu. Aku tidak tahu harus senang atau sedih, ok Angga menjemputku dengan mobil Pick-Up. Aku menatap Angga tajam, aku mending sama Grandong aja Ga ucapku dalam hati.
Aku tetap menyapa Angga dengan ceria, aku tidak ingin mempermasalahkan itu, dia sudah berusaha menyenangkanku good job Angga. Pacarku itu mempersilahkanku masuk kedalam mobil, "wusssh," seketika ngaheab panas.
Entah kesal atau kecewa aku tidak tahu, di perjalanan aku hanya terdiam. Seriusan harus banget pake mobil Pick-Up, bukan apa-apa aku lebih memilih Grandong saja toh aku tidak pernah komplain selama ini.
"Sayang... punten banget ini mah, motivasi kamu teh apa jemput aku pake mobil dolak?"
"Gak ada," jawab Angga singkat.
"Aku mah mendingan di jemput sama si Grandong da," kataku heran.
"Lagi di bengkel. Kenapa, kamu malu?" Angga menatapku.
"Sanes malu sayang, coba bayangin pas turun di Restoran, orang-orang pasti pada ngeliatin."
"Ya biarin aja, lagian kata siapa mau makan di Restoran, tuh aku bawa tiker sama meja lipat, kita makan di bak belakang, pinggir jalan, sepi, romantis." Angga menunjuk barang yang di bawanya.
Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, ada aja tingkah anehnya, tapi aku sukaaa... beneran romantis... jadi tambah sayang.
"Kalau disangka kita jualan tahu bulat gimana?" tanyaku.
"Ini kan terbuka gak tertutup."
Angga menghentikan mobilnya, tepat di depan Rumah Makan Padang.
"Bentar aku pesen makanan dulu, kamu mau sama apa?" tanya Angga.
"Ayam goreng," jawabku singkat.
Udah cape dandan, make lipen kalau tau gini mending makan di rumah aja aku yang masak, pengen nangis tapi gimana da aku seneng dengan usaha Angga walaupun sedikit Aneh.
"Udah disini aja kali ya?"
Angga kembali menghentikan mobilnya, di jalanan yang sepi, di kiri dan kanan jalan hanya ada pohon, sesekali ada kendaraan lain lewat.
"Ayo turun, bawa makanannya! Aku mau gelar tikar dan pasang meja lipatnya dulu."
Aku terpaksa menurutinya, tapi apapun itu kalau sama Angga ya udahlah hayu.
"Gimana enak kan?" tanya Angga.
Aku hanya mengangguk dan menyantap makanan di hadapanku. Bener kata Angga susananya memang enak, walaupun duduk di bak mobil Pick-Up beralaskan tikar.
"Happy anniversary sayang," ucap Angga menatapku tajam, aku hanya terdiam ada perasaan haru menyelimuti hatiku.
Kami saling terdiam memandang satu sama lain, tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Banyak hal yang sudah aku dan Angga lalui bersama baik susah ataupun senang. Angga mendekatkan bibirnya, dia menciumku pelan, rasanya aneh, aku mendorongnya.
"Main nyosor aja, mulut kamu masih berminyak, minum dulu ke, lap dulu ke!" teriakku kesal.
Angga hanya tersenyum.
"Belum pernah kan kamu ciuman rasa Nasi Padang," ucap Angga.
"Udah ah ayoo pulang, banyak nyamuk!" pintaku kesal.
"Ntar kalau udah sah, kita coba rasa lain yuuk?" ucap Angga.
Aku hanya tersipu malu, ahhhh gemesh banget si Angga, sama kamu mah rasa kaos kaki busuk juga hayu aja.