Disukai
0
Dilihat
24
Tuhan, biarkan aku selingkuh
Drama
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Sayang, aku pulang terlambat malam ini," 

"Ya," balasku pendek. Hanya ada beberapa patah kata yang sama dan nyaris tiap hari kudengar dari Pria yang sama pula, suamiku.

Namaku Vivin Erlangga, aku adalah wanita yang berstatus Istri dari seorang Pria pekerja keras bernama Ario Aksara. Lima tahun mengarungi bahtera rumah tangga bukanlah perkara mudah bagiku. Setidaknya, Ada tiga kali kejadian aku di teror oleh seorang wanita yang mengaku sebagai pacar suamiku dan itu terjadi dalam tiap rentetan tahun pernikahanku.

Jika kamu bertanya Apakah aku masih sanggup meneruskan bahtera yang nyaris karam ini? sanggup, tentu aku masih sanggup. Aku memaafkannya, setiap kali suamiku melakukan kesalahan aku selalu memaafkannya. 

Menginjak tahun pernikahanku yang kelima, rumah tanggaku menjadi sunyi. Aku hilang rasa dan cintaku mulai hambar, aku kesepian. Kuhabiskan malam-malam yang panjang tanpanya. Berteman sosial media dan mencoba menghibur diri dengan menonton berbagai video unik yang ada pada sosial mediaku adalah obat dari setiap sakit yang sesekali muncul dalam ingatan.

( Hai ... Assalamualaikum )

Aku menatap layar ponsel berwalpaper foto pernikahanku lima tahun yang lalu. Sebuah pesan singkat berisi ucapan salam dari seseorang pada aplikasi sosial media berwarna biru milikku.

Penasaran, ku stalking akun dari seseorang yang baru saja mengirim pesan padaku.

"Akun fake," gumamku lirih. 

(Waalikumsalam)

Ku ketik pesan balasan dan segera ku kirimkan padanya. 

Cukup lama pesan itu terkirim, masih belum ada balasan. Hingga menjelang azan isya' berkumandang masih juga belum ada balasan. 

Dengan langkah lemah, aku beranjak menuju kamar mandi. Gemericik air mulai membasuh wajahku, melunturkan setiap luka yang masih bersarang di dalam dada ini. 

Tuhan, tatap saja ada beban yang tak bisa kutanggung sendiri meski aku telah sujud puluhan kali di atas sajadah.

Selesai mengadu, ku gantung mukena dan kulipat sajadah yang tiap kali aku melihatnya selalu mengingatkanku akan statusku yang telah berubah semenjak lima tahun silam.

Istri sampai kapanpun akan tetap diikat oleh mahar. 

Kurebahkan diri sejenak, menatap langit langit kamar yang hening. Kehadiran seorang bayi mungkin akan memperbaiki hubungan ini tapi apa daya, meski telah puluhan kali aku mengajak suamiku untuk ikhtiar tetap saja ia menolak dengan berbagai alasan yang selalu saja menyudutkan statusku sebagai Istri.

Ting!

Sebuah pesan pendek masuk melalui akun messenger ku. Kuraih benda pipih itu dan segera kubuka.

( Butuh pinjxxan onlxxe, Kak? Saya bisa bantu )

"Ais ..." Lirihku sembari menggaruk kepala. Ada ada aja cara orang untuk menipu.

Iseng kubalas pesan singkat itu dengan emoji tertawa.

Tak kusangka sosok itu merespon dengan cepat.

( Kok malah ketawa, Kak ) 

( Aku wanita yang susah untuk ditipu ) balasku kemudian.

( Yakin? )

Tak berselang lama, muncul pesan balasan berikutnya yang berisi deretan emoji tertawa terbahak bahak. Ah ada ada saja.

( Aku tebak, sekarang kakak sedang pakai kimono merah muda )

 Aku mengernyitkan dahi, menatap tubuhku yang berada dalam balutan kimono tipis bewarna merah muda.

( Sok tahu! ) Ku kirim pesan singkat lengkap dengan emoji marah.

Tak lama berselang, muncul empat buah emoji tertawa.

( Jangan marah, aku bahkan tahu warna yang sama di dalam kimono yang kakak pakai ) 

 Ah, mataku nyaris meloncat membaca pesan pendek itu. Ku tarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku.

( Mesum! ) balasku.

Tak lama berselang, muncul puluhan emoji tertawa yang membuatku malah ikut ikutan tertawa. Ada hal hal bodoh yang nyatanya mulai menggelitik di hatiku.

( Tinggal dimana, Kak? ) tanya sosok itu lagi.

( Tangerang ) balasku.

( Single atau Istri orang? ) Tanyanya kemudian.

( Istri tak dianggap ) balas ku dengan emoji sedih.

( Jangan sedih ) 

( Saya dari pinxxman onlxxe terpercaya, bersedia mendengarkan keluh kesah, Kakak ) lanjutnya lagi.

Ku kirim puluhan emoji tertawa dan tanpa sadar aku pun terpingkal. 

Mulai malam itulah pertemanan itu dimulai. Nyaris tiap malam sosok yang mengaku bernama Damara Huan itu menemaniku bercerita, bertukar saran dan bahkan bertukar foto masing masing.

Hatiku yang semula gersang dan langkahku yang awalnya tak terarah kini mulai menemukan tujuan. Meski tak kusentuh namun sosok itu berhasil menyentuh hatiku. 

Malam-malam ku tak lagi sunyi, bahkan aku bersyukur saat suamiku ternyata harus pergi keluar kota dan meninggalkanku sendirian. Selepas isya' Damar biasanya melakukan panggilan video padaku, bertatap muka, berbagi cerita humor hingga membuat tawaku pecah.

Aku berkata jujur sejujur jujurnya mengenai statusku demikianpun dengannya yang mengaku baru saja kehilangan sosok kekasih beberapa bulan yang lalu. Sampai suatu malam ...

( Bibirmu menggoda ) 

( Aku selalu menjadikanmu fantasi liarku )

Sebuah pesan masuk menjelang tengah malam. Aku menatap layar ponsel itu lama, setengah mengantuk ku buka rentetan pesan dari Pria yang bagiku terasa istimewa.

( Sejak kapan? ) Ku ketik pesan seadanya dan ku kirimkan padanya.

( Sejak panggilan video pertama kita ) balasnya.

Seketika hatiku menghangat, hubungan pertemanan yang dipenuhi oleh curahan hati itu nyatanya tumbuh mengakar dan mulai berbunga.

( Aku wanita bersuami ) balasku kemudian.

( Tapi kamu selalu kesepian ) balasnya lagi.

Kuabaikan pesan itu cukup lama hingga akhirnya sebuah panggilan video masuk dan dengan jemari bergetar ku angkat panggilan itu.

Ku tatap wajahnya, wajah manisnya yang tak pernah membuatku bosan. Matanya yang sipit dan senyumnya yang terasa begitu tulus untukku.

" Kok ngelamun?" Tanyanya kemudian.

Aku tersenyum, rambutku yang berantakan serta wajahku yang polos tanpa make up terpampang dengan jelas pada layar ponsel. 

" Baru bangun tidur?" Tanyanya lirih.

" Iya, aku kaget kamu vc larut malam," balasku pendek.

" Kamu keliatan seksi banget," ujarnya lembut.

Aku tertawa renyah. Tanpa kusadari bahwa sejak tadi Ia menatap kimono yang kupakai yang sedikit terbuka hingga mengekspose bagian dadaku.

( Thanks atas pujiannya ) sahutku.

( Boleh lihat lebih?) Pintanya sembari tertawa.

Aku kaget mendengar permintaannya. Terus terang, lama kami berkomunikasi ini untuk pertama kalinya ia meminta sesuatu yang begitu intim padaku. Lama aku terdiam hingga ia mulai mengalihkan pembicaraan kami.

 "Jangan diambil hati, aku hanya bercanda tapi kalau kamu gak keberatan ya aku senang sekali" ujarnya santai. Ia bahkan tak merasakan bahwa sejak tadi dadaku bergetar hebat, rayuannya membangunkan hasratku yang nyaris mati terkubur kesepian selama ini.

" Maaf ya," ujarnya lagi.

Aku mengangguk, menggigit bibir bawahku sembari menatap lurus ke kamera. 

"Gak masalah kok, santai aja," ujarku.

" Berapa lama suamimu di luar kota?" tanya Damar.

" Seminggu kurang lebih," balasku pendek.

" Apakah malam malam sebelumnya kamu selalu seperti ini? Di tinggalkan sendiri tanpa kabar sama sekali?" tanya Damar lagi.

Ah, aku menarik nafas berat, jangan ditanya rasanya, pedih sekali.

" Maaf, membuatmu sedih," lirihnya.

Aku mengangguk. Ku tatap sosok tampan dengan kaos putih tipis yang tengah menatapku di seberang sana.

Malam itu, setelah pembicaraan kami selesai aku justru terjaga sampai pagi. Kantuk terasa enggan menggoda lagi. Dan sialnya aku malah membayangkan sosok itu, sosok yang menawarkan kehangatan padaku yang nyaris membeku dalam kesepian.

" Tuhan, bolehkah aku selingkuh?" Tanyaku lirih dalam setiap doa doaku. Aneh memang, aku bertanya tentang hal yang jelas jelas di larang oleh Tuhan. 

Kamis malam, hujan lebat mengguyur seluruh kota yang kini terbalut sepi. Semua orang sudah terlelap sejak sore bahkan aku rasa ada sebagian pasutri yang tengah sibuk berbagi peluh dalam kenikmatan, sedangkan aku, mendekam sunyi dan kesepian. Hujan selalu saja membangkitkan hasrat dalam diri tanpa mau tahu kemana gejolak ini akan kutumpahkan.

( Boleh Vc ) 

Sebuah pesan singkat kuterima dari Damar. Senyumku merekah, sejak tadi Ia kutunggu untuk mengusir sepiku.

Aku yang baru saja bersiap hendak tidur segera mengganti pakaianku dengan kimono tipis, dengan begitu aku bisa leluasa tidur tanpa merasa sesak.

Ku tatap tubuhku di cermin, tubuh yang indah. Kimono yang ku pakai masih tergeletak di ranjang.

Ku sentuh setiap inci tubuhku, rambutku yang hitam tergerai, leherku yang jenjang serta dadaku yang membusung indah, tapi entah mengapa suamiku enggan menyentuhku, Apa salah tubuh ini? Kujatuhkan tubuhku di ranjang, kimono yang hendak ku pakai ku lempar dengan sembarang.

( Boleh Vc ) 

Damar kembali mengirim pesan singkat untuk kedua kalinya.

Ku raih benda pipih itu dan dan ku ketikkan beberapa kata.

( Boleh )

Tidak lama berselang, sebuah panggilan video masuk, ku tatap layar ponselku, wajahku yang terlihat menyedihkan dengan tubuh yang nyaris tel*****g terpampang jelas dan begitu menggoda. Aku penasaran apa yang akan Damar lakukan saat melihatku seperti ini, Bukankah ini yang kemarin malam ingin ia lihat?

Aku dilema, antara harus mengangkat panggilan video itu atau justru tetap mempertahankan harga diriku agar tidak terlihat murahan.

Ingin menolak tapi justru hatiku memberontak menginginkannya.

Perlahan, ku tekan tombol hijau itu.

Tak lama panggilan video kami terhubung.

Lama kami saling menatap, ia memandangku lekat.

" Kamu seksi sekali," ujarnya kemudian.

Aku tersenyum, beranjak mengambil bantal dan menyandarkan diri pada sisi ranjang.

Bisa kulihat saat Damar menelan saliva sembari menatapku lekat.

" Disini hujan lebat, aku kedinginan," lirihku.

" Ya, aku tahu, termasuk rasa 'ingin' mu sekarang," ujarnya tanpa berkedip.

Aku tersipu. Pria selalu pandai menebak gestur tubuh wanita yang sedang menginginkan sesuatu. Ku sibak rambut panjang yang masih menutupi bagian dada. Di depan matanya ku perlihatkan tubuh polosku.

" Indah sekali, ini yang selalu aku bayangkan," ujarnya sembari meraup wajah kasar.

" Mau lihat yang lainnya juga boleh," godaku lagi.

Malam itu, hubungan kami yang awalnya sebatas teman baik kini justru menjadi lebih intim. Hampir setiap malam kami melakukan panggilan video yang bermuara pada kepuasan diri lewat jarak jauh. Ia berjanji akan segera menemui ku dan kami akan melakukannya secara nyata.

Tuhan, biarkan aku selingkuh!

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi