Satu tahun sudah aku kerja di laundry, dari awal sepi sampai menjadi banyak pelanggan. Pengalamanku yang sudah cukup, membuat pemilik laundry memutuskan memindahkan aku ke cabang laundry yang baru dibangun. Aku pribadi merasa senang karena aku akan mendapat udara baru, setelah sekian tahun aku hanya menghirup udara di tempat yang sama.
Akhirnya hari kepindahanku ke ruko baru pun tiba. Pertama kali melihat suasana ruko aku sangat senang, karena tempatnya yang dekat dengan lapangan dan pepohonan. Rukonya terlihat nyaman, ada area kosong yang akan aku jadikan tempat tidur dan ada area dapur. Ada dua sekat dan pintu yang membatasi masing-masing area, sehingga membuatnya semakin terlihat nyaman untuk ditinggali. Pada hari pertama aku tiba di ruko, saat itu juga aku langsung bekerja. Aku sangat senang tinggal sendiri, mungkin karena aku seorang introvert. Tak terasa waktu malam telah tiba, aku menutup ruko dan mampir ke warung makan yang letaknya tak jauh dari ruko. Saat di warung makan, aku banyak ngobrol dengan pemilik warung.
"Dek, kenapa adek mau tinggal di ruko sendirian? Akan lebih baik adek mencari teman supaya tidak sendirian di ruko tersebut, bahaya loh di sini." Dengan nada lembut, Ibu pemilik warung mengingatkan.
"Bahaya? Apa di sini banyak penjahat, Bu? Tapi dari tadi ada banyak orang lalu lalang dan di sini kan perumahan, apa mungkin ada penjahat di tempat ramai?"
"Sebenarnya dari dulu ada banyak yang mengontrak di ruko yang ditempati adek sekarang ini, tapi mereka tidak ada yang bertahan lama di situ. Bulan kemarin saja ada yang mengontrak, tapi hanya bertahan tiga bulan saja. Penghuni ruko sebelahnya juga baru saja keluar kemarin, katanya mereka selalu ditimpuk pakai batu kecil kalau sedang istirahat di halaman belakang saat malam."
"Oh, kalau masalah seperti itu sudah biasa aku dengar Bu, dulu aku juga pernah tinggal di kos-kosan yang terkenal angker. Tapi aku sanggup tinggal sampai tiga tahun."
"Ternyata adek sudah terbiasa dengan hal seperti itu? Tapi harus tetap hati-hati ya dek, tetap terus ber do'a dan jaga adab dimanapun adek berada. Apalagi posisi ruko adek paling ujung, tepat dekat dengan lapangan yang gelap."
"Iya, Bu. Terimakasih." Ucapku, sambil tersenyum. Setelah itu, aku pulang ke ruko untuk tidur.
Sebelum matahari terbit, aku bangun untuk membersihkan dapur yang belum begitu bersih. Hari sebelumnya aku belum sempat membersihka area dapur, sehingga kondisi dapur masih terlihat seperti rumah tua. Banyak noda yang membandel terutama di wastafel, itu sebabnya aku menyiram wastafel dengan air panas dengan harapan noda-noda membandel akan mudah dihilangkan. Kamar mandi pun tak luput dari sasaran air panas yang aku siramkan, terutama di area lubang selokan. Setelah semuanya aku siram pakai air panas, aku langsung bisa menyikatnya dengan mudah. Selesai membersihkan semua area, aku melihat jam menunjukan jam setengah lima pagi. Saat aku membuka pintu belakang, ada makhluk berbulu abu-abu yang bertatapan denganku.
"Meo...oong." Makhluk imut itu bersuara panjang sambil menatapku lembut.
"Eh.... Ada makhluk lucu, mau makan?" Tanyaku dengan semangat.
Aku sangat senang, akhirnya aku mendapat teman yang aku harapkan. Entah kenapa aku sangat nyaman tinggal bersama makhluk bulu kecil yang disebut kucing, padahal mereka suka seenaknya sendiri. Sebenarnya setelah aku mendengarkan cerita dari Ibu, aku menjadi waspada. Makannya, sebelum tidur aku berharap akan ada makhluk bulu yang datang. Aku pikir itu tidak mungkin, mengingat di area ini tidak terlihat ada kucing berkeliaran sama sekali. Tapi takdir tetap saja takdir, dan mungkin ada alasan mengapa kucing ini memilih untuk datang ke ruko ini.
Waktu terasa sangat singkat, sampai aku tak sadar waktu sudah mendekati malam. Saat aku akan menutup ruko, tiba-tiba ada sekelebat bayangan putih melesat ke dalam ruko. Aku memeriksa keadaan di dalam, aku melihat ada makhluk berbulu putih sedang lahap memakan makanan yang aku sediakan untuk kucingku.
"Hey, perampok imut. Kok bisa kamu datang dengan seenaknya merampok makanan kucing lain?" Tanyaku dengan nada meledek. Aku sangat suka berbicara dengan nada meledek, jika sudah berurusan dengan makhluk lucu ini. Kucing itu hanya menatapku sebentar, lalu melenggang ke arah kasurku dan duduk sambil membersihkan badannya. Aku tertawa melihat kelakuannya, dan mulai melanjutkan menutup ruko.
Aku beristirahat sejenak di kasur sambil memandangi kucing putih yang kini tertidur di kasur. Aku tersenyum mengingat bahwa kucing itu adalah makhluk asing yang baru saja datang, dan tiba-tiba sudah menguasai kasurku. Satu jam berlalu, terdengar pintu berbunyi yang menandakan kucing abu meminta dibukakan pintu. Kucing abu membersihkan badan terlebih dahulu sebelum menuju ke kasur. Saat sudah di depan kasur, kucing abu berhadapan dengan kucing putih yang ternyata sudah bangun. Seperti tidak menerima satu sama lain, makannya aku segera memisahkan mereka. Kucing putih tidur di pojok kasur atas, dan kucing abu tidur di pojok kasur bawah. Saat jam sepuluh malam, tiba-tiba kucing abu duduk di pangkuanku. Aku merasa aneh, mengingat kucing abu bukan tipikal kucing yang mau disentuh. Tak lama kemudian lampu mati, anehnya aku tidak merasa takut. Aku adalah tipe orang yang sangat kaget dan takut apabila tiba-tiba lampu mati, tetapi mungkin ini disebabkan oleh kucing di pangkuanku ini yang sudah membuatku nyaman. Setelah lampu menyala lagi, aku ingin pergi ke kamar mandi yang berada di area dapur untuk buang air kecil. Saat aku beranjak ke arah dapur, tiba-tiba kucing-kucing itu bangun dan mulai mengikuti ku. Sampai di pintu dapur, aku terdiam dengan muka bingung melihat ke arah wastafel. Aku melihat ada sosok seperti hologram berwujud manusia, berbulu hitam dengan mata berwarna merah. Tiba-tiba kucing abu berlari menuju tepat di tempat sosok itu berdiri, tiba-tiba makhluk itu menghilang. Saat aku masih berusaha mencerna apa yang sedang terjadi, rasa buang air kecilku memaksaku untuk pergi menuju toilet. Di pintu toilet aku kembali terbengong, karena aku melihat sosok bermuka rusak berbalut kain putih yang lecek dan kotor. Kucing putih langsung lari dan menduduki tempat sosok itu berdiri, dan sosok itu sudah tidak terlihat lagi. Aku langsung buru-buru buang air kecil dan setelah itu aku langsung berlari ke arah luar dapur, diikuti oleh para kucing. Di kasur aku masih memikirkan apa yang tadi aku lihat di dapur, karena baru kali ini aku melihat sosok seperti itu. Untungnya aku masih bisa tidur dengan nyenyak, karena aku merasa ditemani oleh dua kucing yang tidur bersama di kasurku.
Hari berganti dan ku jalani hari dengan pekerjaan yang sama seperti biasanya, sampai malam kembali datang. Seperti biasa, setiap malam tiba aku duduk meluruskan kakiku di kasur dulu sebelum tidur. Aku sendirian di ruko, sedangkan ke dua kucingku sedang asik bermain di lapangan. Saat aku sedang memijit kakiku, aku mendengar lolongan anjing dari jauh yang tiba-tiba suara itu semakin dekat. Padahal seingat ku di area perumahan sekitar ruko tidak ada yang memelihara anjing,. Setelah melolong, suara itu berganti menjadi gonggongan kemarahan. Suara gonggongan itu terdengar seperti dari seberang jalan, tapi lama kelamaan suara itu terdengar seperti tepat di depan ruko. Aku bergidik sambil melihat ke arah pintu, karena aku mendengar gonggongan anjing yang sangat besar dari arah depan ruko. Aku takut anjing itu menggedor pintu untuk memaksa masuk ke ruko. Gonggongan itu terdengar sangat mengerikan dan terdengar sangat lama, sampai sekitar jam sebelas malam tiba-tiba saja suara itu benar-benar berhenti seketika setelah ada suara sekelompok ibu-ibu yang hendak pulang setelah dari kegiatan. Karena aku penasaran, aku langsung lari menuju pintu dan membukanya berharap aku bisa melihat anjing yang tadi menggonggong. Aku melihat sekeliling dan melihat di sekitar gerombolan ibu-ibu yang baru saja lewat, anehnya aku sama sekali tidak melihat anjing itu. Padahal jarak waktu antara berhentinya suara anjing itu dan dibukanya pintu, hanya seper sekian detik. Setelah ibu-ibu itu itu pergi menjauh, aku masuk kembali ke dalam ruko dan tidak lupa mengunci pintu. Aku memaksakan diri untuk tidur saat itu juga, berharap aku tak akan mendengar suara anjing lagi setelah aku tertidur.
Hari berikutnya, sekitar jam setengah lima ke dua kucing ku mengeong dari arah luar. Setelah aku membukakan pintu, dengan wajah polos mereka menatapku saat di depan pintu.
"Gara-gara kalian tidak pulang semalaman, aku ketakutan setengah mati. Tumben kalian tidak pulang? Apa kalian berusaha dibuang lagi sama nenek-nenek tetangga ruko sebelah? Memangnya kalian salah apa? Apa kalian pernah buang air di sekitar rumahnya? Tapi aku tidak pernah melihat kalian bermain di halam rumah nenek itu, kan halaman rumahnya dipagar." Dengan rasa takut akibat kejadian semalam yang bercampur rasa khawatir dengan keadaan ke dua kucingku, aku menanyakan banyak hal ke kucing-kucingku. Tanpa menunggu jawaban dari mereka, aku langsung menyiapkan makanan untuk mereka dan juga mulai melakukan aktivitas bersih-bersih ruko seperti biasanya.
Pada sore hari, aku mulai gelisah. Beruntungnya temanku mampir ke ruko untuk hanya sekedar menengok dan mengobrol. Aku menceritakan semua kejadian aneh yang pernah aku alami di ruko itu, aku juga menanyakan tentang suara anjing yang aku dengar semalam. Betapa terkejutnya aku setelah mendengar penjelasan temanku, ternyata di daerah sekitar ruko tidak ada yang memelihara anjing. Kami mengobrol sampai larut malam, saat itu juga temanku minta izin menumpang toilet. Saat kami baru sampai di depan pintu dapur, tiba-tiba temanku mual-mual dan kembali lagi ke ruang depan.
"Ruangan dapur di sini benar-benar bikin sesak." Kata temanku
"Di sini memang engap karena ada mesin pengering di area jalan menuju dapur, jadi wajar." Sahutku.
"Bukan itu maksudku, aku tadi mual-mual bukan karena sesak akibat panas dari mesin pengering. Tetapi aku mual-mual karena energiku berbenturan dengan energi lain. Tadi aku melihat ada sosok berdiri di dekat wastafel, jadi aku bisa menyimpulkan kalau kamu pernah menyiram air panas ke wastafel."
"Iya, aku memang menyiram air panas ke wastafel biar wastafelnya mudah dibersihkan. Tapi kok kamu tahu? Aku kan belum pernah cerita."
"Aduh..... Kan di kepercayaan kita mengajarkan untuk tidak boleh menyiramkan air panas ke lubang. Apalagi lubang selokan yang merupakan tempat tinggalnya makhluk ghaib. Kalaupun mau membuang air panas, tidak boleh tepat ke arah lubang melainkan hanya di pinggir wastafel sambil membaca do'a dan disiram air dingin secara bersamaan."
"Oh... Aku tidak tahu tentang hal seperti itu, ilmuku masih cetek. Pantesan tatapan makhluk itu benar-benar tajam dan ada suara gonggongan anjing yg sangat keras di depan pintu ruko, sepertinya mereka sedang mengekspresikan kemarahan mereka. Terus aku harus bagaimana?"
"Aku juga bingung harus bagaimana. Yang aku tahu kita harus minta maaf sama yang menciptakan kita, bagaimanapun juga mereka juga sama-sama makhluk ciptaan seperti kita. Lalu kita ber do'a meminta dilepaskan dari gangguan ini, karena normalnya kita tidak bisa melihat mereka. Ketika mata kita bisa melihat hal yang seharusnya tidak kita lihat, itu artinya mereka berhasil masuk ke tubuh kita melalui celah emosi kita. Mulai sekarang kita harus hati-hati dalam bertindak, jaga kesehatan kita karena itu bisa mempengaruhi tingkat emosi kita, rajin bertaubat setelah beribadah, dan yang paling penting harus selalu meminta perlindungan. Maaf aku harus pulang, suamiku sebentar lagi pulang dari bekerja."
Mendengar semua perkataan temanku, aku jadi merasa bersalah. Semua ini memang berawal dari kesalahanku yang tidak memperhatikan adab dan kebiasaan yang ku lakukan tanpa diiringi dengan do'a. Aku tidak mungkin terus-terusan meminta kedua kucingku untuk menemaniku terus selama aku di dapur, apalagi mereka sangat suka main di lapangan sampai larut malam. Pernah sekali, pada suatu malam aku memaksakan diri pergi ke dapur tanpa kedua kucingku. Sesampainya di dapur aku merasa gemetar dan sangat susah untuk bergerak setelah melihat makhluk yang hanya berdiri di dekat wastafel, ditambah udara sangat panas yang membuatku susah untuk bernafas. Aku bergidik saat mengingat kejadian itu, aku benar-benar tidak bisa menghadapi ini sendirian. Hari itu juga aku memutuskan untuk meminta izin ke pemilik laundry untuk keluar dari pekerjaanku, keesokan harinya.
Hari yang aku tunggu telah tiba. Paginya, aku meminta izin untuk berhenti bekerja dengan alasan aku disuruh pulang oleh orang tuaku. Tetapi aku tidak diizinkan begitu saja, melainkan aku harus mencari penggantiku terlebih dahulu supaya aku bisa keluar dari pekerjaan tanpa membuat ruko menjadi tak terurus. Apa boleh buat, aku harus bertahan dulu sampai aku menemukan penggantiku. Beruntungnya, pada siang hari ada seorang wanita yang datang dan menanyakan lowongan pekerjaan. Dengan semangat aku menyambutnya dan aku langsung mengatakan bahwa dia akan menjadi penggantiku untuk menjaga laundry setelah aku keluar dari pekerjaan. Saat itu juga aku langsung mengajari dia semuanya supaya besok dia langsung bisa bekerja dan bertemu dengan pemilik laundry.
Selama seminggu aku masih bertahan di laundry demi supaya bisa menemani karyawan baru mengurus laundry. Aku menanyakan kesiapan karyawan baru tersebut dalam menjaga laundry, dan jawabannya dia sudah siap. Betapa senangnya aku dengan jawaban tersebut. Aku tak merasa khawatir dengan nasib karyawan tersebut pada malam hari, karena dia tidak akan menginap di ruko. Dia merupakan penghuni baru di desa yang jaraknya hanya sayu kilo dari ruko, jadi dia bisa mengurus laundry tanpa harus menginap. Dengan senang hati aku langsung menghubungi pemilik laundry, supaya aku bisa keluar dari pekerjaan pada esok hari.
Hari berikutnya, aku sudah mendapat izin keluar dari pekerjaan. Pagi itu juga aku langsung menghubungi temanku si pecinta kucing yang merupakan penduduk asli di daerah sekitar laundry, untuk menjaga kedua kucingku. Hari itu juga ceritaku di ruko laundry sudah berakhir, tetapi kejadian dalam ruko tersebut akan selalu aku ingat sebagai bentuk pelajaran supaya aku lebih beradab lagi dalam bersikap.