Pagi mengusap awan, membuka tabir hari yang berseri. Matahari menyentuh pucuk-pucuk daun dengan lembut, seolah ikut merayakan sebuah awal yang selama ini kudambakan. Gaun putih membungkus tubuh, begitu sempurna. Ia dipilih sendiri, dijahit dengan harapan. Namun, harapan tak lagi terasa hangat. Ia menggigil di dalam dada sejak riasan wajah dipasang.

Tiga hari sebelum janur berdiri, map berwarna krem diletakkan di atas meja ruang tamu. Tangan seseorang menyodorkannya dengan sikap tenang, rapi, dan penuh keyakinan.

“Maaf, ini hanya prosedur biasa,” ujarnya kepada keluargaku.

Kalimat itu terdengar sederhana, mengalun dengan lembut dan sopan, tetapi terasa seperti palu godam di dalam kepala. Di dalam map ...