Seperti pesakitan, Winarko memasuki mobil polisi yang
diparkir tak jauh dari rumahnya. Wajahnya serupa awan menggantung
pekat di langit, ketika melihat tetangga kiri-kanannya melemparkan
senyuman sinis. Tubuhnya seringan kapas di langit lepas.
FAJAR hari, android berdering. Winarko terbangun dari tidur. Menuju meja kerja. Di mana android itu berada. Mengangkatnya. Melihat sejenak nomer pengirim di layar yang belum tercatat di dalam phone book. Hatinya bergetar. Winarko menempelkan erat android itu di telinganya. “Hallo!”
“Wintala?”
“Bukan.”
“Maaf. Salah sambung!”
Winarko meletakkan androidnya di meja di samping laptopnya. Ia kembali ke kamar. Tak bisa tidur. Gelisah. Menunggu calling dari seorang gadis yang berjanji semalam untuk memutuskan apakah ia menerima atau menolak ci...