Disukai
1
Dilihat
5
Andai Ibu Bersamaku
Slice of Life
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Sejak aku duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar, aku mulai bertanya-tanya dalam kepala; dimana ibu? Mengapa aku tak punya ibu? Disaat teman sebaya lainnya diantar jemput oleh ibunya, aku hanya mampu diam dari kejauhan. Meskipun ayah selalu menyempatkan waktu di tengah pekerjaannya untuk hadir disetiap acara sekolah, aku tetap merasa sedikit...kosong.

“Lalita ngga punya ibu?”

“Ibunya sudah mati.”

Begitu ucapan teman-temanku setiap ayahku datang seorang diri pada pembagian raport sekolah. Seharusnya ucapan anak kecil tak perlu dirisaukan karena mereka hanya mengatakan apa adanya, tapi aku selalu merasa sedih. Aku hanya mengingat samar-samar bau tubuh ibuku, pelukan hangat dan suara lembutnya saat memanggil namaku. Bentuk wajahnya pun aku hanya tahu dari sepotong foto usang yang aku temukan di lemari ayahku. Entah mulai kapan aku tak merasakan kehadiran ibu, saat itu aku terlalu kecil untuk memahami banyak hal besar yang terjadi.

“Ayah, dimana ibu?”

Aku selalu mempertanyakannya—setiap hari—kepada ayahku. Namun, ayahku tak pernah menjawabnya. Ia hanya membiarkanku terpengkur dengan ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)