Tutorial Patah Hati
12. Surga di Hati Ibu

104.INT. RUMAH SAKIT - RUANG DOKTER - DAY (FLASHBACK.)

Ayah dan Ibu duduk di depan Dokter dan seorang suster, sementara di sudut ruangan Om Arga ikut mendengarkan.

DOKTER
Maaf sekali, keadaan hati Gilang sudah rusak permanen. Solusi cangkok hati sudah final.
IBU
Kapan Dok?
DOKTER
Lebih cepat lebih baik. Menurut catatan ini juga sudah ada donor hatinya ya, Sus? (menengok ke Suster)
SUSTER
Iya, Dok. Dari hasil pemeriksaan kedua orangtua. Ibu Aurora yang paling cocok jadi donor, golongan darahnya sama dengan anaknya, Dok.
DOKTER
Good! Oke, baguslah dari Ibunya sendiri. 
Ibu jangan kuatir ya, hati itu
jaringan yang akan tumbuh, kok. Jadi diambil
sedikit jaringannya untuk anak Ibu
itu tidak ada masalah sama sekali.
IBU
Oo gak masalah, Dok. Yang paling penting anak saya, Gilang. Cepat sembuh, cepat sehat.
DOKTER
Aamiin..
AYAH
Yang masalah itu biayanya Dok,
ratusan juta.. apakah kami ttidak bisa minta kebijaksanaan. Ngg .. mencicil misalnya.

Dokter kebingungan, melihat lagi data yang dipegangnya. Dia berkaa sambil menatap kebingungan suster dan kedua orangtua pasien.

DOKTER
Loh menurut keterangan di sini
biaya sudah lunas kok. Benar, Sus?
SUSTER
Betul Dok, sudah ada deposit untuk
penanganan Gilang sampai sembuh
dari Bapak Sultan Salim.
DOKTER
Wah, pengusaha film itu ya,
beliau memang orang baik. Masih saudara Bapak atau Ibu ya?

Ayah tersenyum dipaksakan. Ibu menggeleng sopan.

AYAH
Eh bukan kok, Dok. Si Se ..

Ibu menyikut pelan lengan ayah, agar jangan sampai kelepasan bicara yang tidak sopan.

AYAH
Eh, maksud saya Pak Tan memang sudah berjanji membiayai. Cuma siapa tahu bisa dicicil, biar saya nggak ada hutang budi, Dok.
DOKTER
Wah nggak baik menolak bantuan orang, Pak. Berarti beneran orang baik itu Pak Sultan,
mau keluar sampai ratusan juta. 

Suasana hening. Suster mengangguk sopan, sementara Dokter bingung melihat kedua orangtua pasien tidak kelihatan lega menerima bantuan yang begitu besar ini.

DOKTER
Oke, jadi
semuanya sudah beres nih, tinggal Ibu
sebagai pendonor kapan siapnya,
karena harus ada proses preparation dulu untuk pendonornya.
IBU
Sekarang juga saya siap, Dok.

(Flashback End.)

105.INT. RUMAH SAKIT - KAMAR VVIP - NIGHT

Gilang terbaring lemah, kepalanya dibalut perban dengan infus yang terpasang. Di ruangan tersebut ada Dokter yang dulu mengoperasi Gilang, tampak makin tua dan berwibawa. Ibu duduk sambil mengusap kepala Gilang penuh kasih sayang. Om Arga terlihat menunduk sambil meremas rambutnya.

OM ARGA
Ini salah aku.
IBU
Bukanlah, Ga. Aku aja yang terlalu
pengecut untuk ngasitau situasi yang sebenarnya. Aku takut Gilang tidak memaafkan dan hilang selamanya dari hidupku.
OM ARGA
Selama ini bukannya kakak juga kehilangan Gilang?
IBU
Beda, Ga. Selama ini dia tahu aku ada hanya memilih membenciku saja. I can live with that! Tapi ternyata kayak gini ..
OM ARGA
Sudah, yang penting Gilang masih hidup. Kita ceritakan saja semuanya. Dia mau terima atau tidak urusan nanti, Kak.

Ibu mengangguk lesu ke arah Gilang yang belum juga sadar.

DOKTER
Mas Arga betul. Yang penting secara medis kondisi fisik Gilang baik-baik saja. Hanya luka luar. 
IBU
Hatinya gimana Dok?

Dokter menatap Ibu sambil menunjuk dadanya dengan wajah bertanya.

DOKTER
Physicalyy or mentally?

IBU

Maksud saya hatinya secara organ, Dok. Kalo keadaan hati secara mental, ya pasti hancur.
DOKTER
Aman kok, Bu. Masa kritisnya sudah lewat. 
Mungkin karena selama ini gaya hidup
Gilang cukup terjaga, maka hatinya bisa bertahan.
GILANG (O.S.)
Memangnya hati Gilang kenapa, Bu?

Mereka kaget, Gilang sudah siuman sambil menatap mereka semua penuh pertanyaan.

IBU
Eh sayang, kamu manggil..
GILANG
(Sambil menatap lembut)
Ibu? Maaf Gilang baru mengakui Ibu
di saat kayak gini. Gilang baru
tahu soal surat perjanjian jahanam itu.

Ibu pun memeluk Gilang, yang masih belum bisa membalas, hanya bisa meneteskan air matanya tanpa daya. Om Arga menghela napas lega, ia menatap kejadian tersebut penuh haru. Dokter berusaha tetap diam, menjaga sikap profesionalnya.

IBU
Maafin Ibu ya Sayang, maafin, ayah.
maafin, Om Arga. Maafin kami semua, ya..
GILANG
Gilang yang banyak salah, Bu.  

Ibu dan anak itu melepas haru sejenak. Gilang bertanya penasatan ke Dokter.

GILANG
Eh memangnya ada apa dengan hati saya Dok?

Dokter pun menjelaskkan panjang lebar.

106.INT. RUMAH SAKIT - KAMAR VVIP - DAY

Seminggu kemudian, Gilang sudah bisa duduk bersandar sambil melihat kumpulan surat dari Ibunya yang tak pernah ia baca. Surat selamat ulang tahun, selamat juara kelas, selamat main film pertama, dan lain-lain.

Gilang melihat itu semua sambil disuapi oleh Ibunya. Ibu sedang sibuk menunduk memotong lauk sementara Gilang menatap Ibunya penuh cinta.

GILANG (V.O.)
Perempuan yang sering gue kutuk ternyata
malah Ibu terbaik di dunia. Dia benar-benar
mengorbankan hatinya buat gue.
IBU
Kenapa ngelihatnya gitu amat, Sayang?
GILANG
Gilang heran, kok hati Ibu kuat banget. 
Mau maafin Gilang, Padahal Gilang ini lebih
Malin Kundang dari Malin Kundang, Bu.
IBU
Hati semua Ibu itu pasti untuk anaknya, sayang.  Nggak bakal ada Ibu yang tega mengutuk anaknya sendiri.  (Sebal) Pasti yang ngarang Malin Kundang laki-laki, deh.

Ibu menyuapkan makanan dengan telaten, menatap anaknya yang mengunyah pelan.

IBU
Lagian kamu juga jadi anak manis banget loh, Lang.  Walaupun kamu hidup cuma sama Om Arga, kamu gak penah mengecewakan. Kecuali pas kamu mulai mainin hati perempuan tuh..
GILANG
Iya Bu, Gilang udah minta maaf kok ke mereka semua, sesuai saran Ibu. Cuma ya belum ada yang balas.
IBU
Gak pa pa, Lang. Yang penting niat kamu tulus. Nanti kalau kamu sudah sehat, kamu kunjungi langsung untuk minta maaf, tapi ingat jangan maksa. Memaafkan itu berat soalnya, Lang.

Gilang mengangguk, kemudian Gilang menatap Ibunya penuh ragu.

GILANG
Gilang boleh tanya sesuatu, Bu?
IBU
Boleh dong sayang, mau tanya apa?
GILANG
Ibu gak benci sama ayah? Gilang aja
yang baru tahu ceritanya jadi benci banget
sama ayah. Jadi laki-laki kok lemah banget!

Ibu tersenyum, menatap serius Gilang.

IBU
Loh, jadi menurut Gilang lemah itu cuma
milik perempuan? Kalo laki-laki
harus kuat, gak boleh nangis?

Gilang gelagapan mendengar jawaban Ibunya.

GILANG
Eh nggak sih. Buktinya Ibu perempuan,
tapi kuat banget.
IBU
Ya, karena kuat dan lemah itu tidak ada hubungannya sama jenis kelamin Sayang. Itu hal manusiawi dalam hidup. Pasti kita semua pernah mengalami cobaan yang berat.

Gilang masih menatap Ibunya, belum sepenuhnya mengerti.

IBU
Sekarang coba kamu merem deh.

Gilang dengan patuh memejamkan matanya. Ibu menggamit tangan Gilang dan mulai berbicara lembut.

IBU
Bayangkan kamu ada di posisi Ayah. Kamu seorang ayah yang anaknya punya penyakit mematikan, yang harus segera dioperasi.

Gilang masih memejamkan matanya dengan khusyu’.

IBU
Kamu tidak punya uang untuk menutupi biaya operasi.  Kamu harus memilih hidup anak kamu.. (Contd.)

Terdengar nafas tertahan Gilang dan isakan kecil Ibu.

IBU
(Contd.)..atau istri kamu.

Gilang membuka matanya menyaksikan Ibu terisak.

GILANG
Tapi ayah memilih kalah?
IBU
Pilihan ayah memang salah, tapi apakah kamu
tahu pilihan yang benar kalau kamu ada
di situasi kayak ayah, Lang?

Gilang berusaha membuka mulut, matanya berpikir mencari jawaban.

GILANG
Susah Bu.
IBU
Begitulah Sayang, jadi jangan pernah
salahkan ayah. Kita doakan saja, ya.

Gilang pun mengangguk paham. Ibu memberikan sebuah amplop A4 ke Gilang.

GILANG
Apa ini Bu?
IBU
Buat gantiin yang ada di kamar kamu, untung Ibu masih punya fotonya semua. Masak foto
Ibu gak bener semua, dicoret-coret kayak penjahat.

Gilang pun bersemu merah.

GILANG
Ihh Ibu gak sopan, masuk-masuk kamar
anaknya nggak izin.
IBU
Biarin, itu hukuman buat anak durhaka.

Gilang pun meraih hp-nya bersiap melakukan selfie sambil mencium pipi Ibunya.

IBU
(Tertawa geli)
Eh mau ngapain kamu?..
GILANG
Ini ciuman yang terlambat 15 tahun buat Ibu.

Sfx : Jepretan kamera hp.

MATCH CUT TO:

107.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - NIGHT

Di kamar Gilang kini ada foto dia selfie sambil mencium Ibunya. Foto mereka sebagai keluarga juga kini sudah lengkap, tak ada lagi yang terpotong atau tercoret.

Gilang sedang ada di depan laptopnya, kursornya mengarah ke file “Korban Patah Hati”, lalu men-delete-nya.

108.EXT. KUBURAN AYAH - DAY

Ibu, Gilang dan Om Arga berdoa di depan pusara ayah.

IBU
Maaf Kang, baru kali ini kami bisa datang
bareng sebagai keluarga yang utuh.  

Tiba-tiba terdengar notifikasi pesan masuk di hp Gilang. Gilang pun panik dan memohon maaf ke pusara ayahnya.

GILANG
Maaf.. maaf ya Ayah Gilang lupa silent.

Gilang melihat pesan yang masuk dan senyum sumringah.

OM ARGA
(Sambil mengecek Hp-nya sendiri)
Kerjaan ya, Lang?
IBU
(Menggoda)
Duhh seneng bener bacanya, dari siapa sih?

Gilang bersemu merah.

GILANG
Eh ini, ada yang menerima permintaan maaf Gilang.
IBU
Wah yang mana tuh, Lang. Calon menantu Ibu, tuh.
GILANG
(Malu)
Ibu, aahh.. 

Kamera meninggalkan keceriaan di pusara Ayah, terus bergerak ke angkasa, suara tertawa keluarga kecil tersebut makin mengecil. Kamera terus mengangkasa ke arah langit yang cerah.

SELAMAT MENJAGA HATI




Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar