Tutorial Patah Hati
9. Atas Nama Cinta

89.INT. RUANG TAMU APARTEMEN GILANG - DAY

Om Arga dan Ibu mengobrol akrab, sementara Gilang mengambil jarak, duduk jauh di sudut ruangan.

OM ARGA
(Sambil lihat Tab-nya)
Kamu lihat sosmed gak Lang?

Gilang malas melayani obrolan tersebut.

GILANG
Belum Om.
OM ARGA
Hashtag Ibu Gilang, trending topic
Dukungan buat kamu juga banyak masuk nih di Sosmed kita. Lebih dari limapuluh persen sekarang mendukung kamu balik ke dunia entertain.

Notifikasi wa masuk berbunyi dari hp Om Arga. Sigap Om Arga memeriksa hp-nya.

OM ARGA
Alhamdulillaahh!!

Ibu dan Gilang pun bertanya serempak.

IBU
Kenapa, Ga?
GILANG
Kenapa, Om?
OM ARGA
Akhirnya dapat Callingan shooting lagi. 
Wah di luar kota, Lang.

Gilang senyum, Ibu menangkupkan tangan ke wajahnya.

IBU
Alhamdulillaaahh..
GILANG (V.O.)
Oke, saatnya bikin patah hati
perempuan ini.

Gilang pun beranjak dari duduknya, mmenghampiri ibunya dan mengeluarkan selembar cek yang diserahkan ke Ibunya.

GILANG
Terima kasih, tugas kamu sudah selesai. 
Kita juga udahan ya akting jadi keluarga bahagianya. Nanti kalo kami perlu bantuan lagi, Om Arga bakal hubungin kamu lagi. Oke?
OM ARGA
GILANG!! Nggak segalanya bisa kamu ukur sama uang, Lang?! Kurang ajar banget, kamu? 
Biar bagaimanapun dia itu Ibu kamu! Kamu ini .. DURHAKA!
GILANG
Yah, Gilang dan Malin Kundang ber-rmima sih. Menurut Om, Gilang kurang ajar? 
Loh, yang ngajarin Gilang, buat ngukur semuanya dari uang itu memangnya siapa? Ya perempuan
yang ngaku Ibu ini juga kan, Om?
GILANG (V.O.)
Jangan tunggu jawaban, langsung pergi aja biar sakit hatinya makin berasa.

Gilang balik kanan masuk ke kamar, Om Arga berdiri hendak mengejar tapi ditahan ibu.

90.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - NIGHT

Gilang menatap puas layar laptopnya. Kini daftar korban patah hatinya menemui pencapaian baru. Tertulis checklist di sebelah tulisan “5. Perempuan Itu”.  

91.INT. DEPAN KAMAR RS GILANG - NIGHT (Flashback.)

Ayah dan Ibu duduk di depan kamar Gilang. Mereka berdua tampak cemas melihat tagihan biaya Rumah Sakit.

IBU
Kang, kalo pinjam Arga gimana?
AYAH
Lagi? janganlah, dia kan juga ada kebutuhannya, Neng. Lagian yang ini jumlahnya .. biayanya terlalu besar, Neng.

Ayah menatap kertas rincian biaya dengan gentar.

AYAH
Tigapuluh lima juta. Mau jadi
figuran sampe tipes juga gak bakal kekumpul.

Ibu duduk di samping ayah, mengusap pundaknya penuh pengertian.

AYAH
Ini gara-gara si seTAN sialan itu. 
Semua PH jadi nge-blacklist Akang. 
Cuma peran-peran murahan aja yang mereka kasih, itu juga Akang yakin karena mereka kasihan.

Ayah meremas rambutnya. Tiba-tiba ayah menatap Ibu seperti baru menemukan ilham.

AYAH
Ngg.. hmm.. cek waktu itu.

Ibu seperti sudah menunggu-nunggu perkataan ayah sejak tadi. Ibu segera mengeluarkan amplop hadiah pernikahan dari Om Tan tersebut dari tas tangannya. Tulisan di amplop “Untuk hari-hari susah bersama suamimu nanti.” kini terasa semakin mengejek.

IBU
Aku udah siapkan, cuma takut Akang marah.
AYAH
(Lirih)
Orang susah udah gak punya hak lagi buat marah,Neng.

(Flashback End.)

92.INT. RUANG TAMU APARTEMEN GILANG - DAY

Gilang sudah siap dengan koper di dekat pintu untuk penerbangan ke lokasi shooting. Ia dan Om Arga sedang sarapan sebelum berangkat.

OM ARGA
Lang. Om harap Kamu minta maaf sama Ibu Kamu.

Gilang yang sedang makan roti pun kehilangan selera, menatap malas ke arah Om Arga.

GILANG
Terima kasih mungkin maksud, Om? 
Kalo terima kasih ya masuk akal,
kan gara-gara perempuan itu karir Gilang
bisa jalan lagi, bisa shooting lagi hari ini.

Gilang menyeruput kopi hitamnya lalu melanjutkan bicara.

GILANG
Tapi kalo ‘maaf’ sih nggak ya Om? 
Salah sebelah mananya? Bahkan Gilang
udah bayar jasa perempuan itu secara profesional.
OM ARGA
Dia bukan perempuan itu Lang, dia IBU kamu.  
GILANG
Secara biologis ya, aku gak bisa bantah.
OM ARGA
Dan kamu tahu betul Ibu kamu
gak minta uang, ini bentuk kasih
sayang Ibu sama kamu Lang.
GILANG
Kasih sayang? Bilang sama PEREMPUAN ITU,
kasih sayangnya terlambat 15 tahun.

Om Arga menghela napas, matanya menerawang.

93.INT. DEPAN KAMAR RS GILANG - NIGHT (FLASHBACK.)

Ayah, Ibu dan Om Arga sedang berbincang dengan serius di Rumah Sakit yang mulai lengang karena hari sudah hampir tengah malam.

IBU
Enam ratus juta, Kang?
AYAH
(Lirih)
Iya.. Ini operasi besar soalnya.
OM ARGA
Walaupun donornya dari kita,
gak ngaruh, Kang?
AYAH
(Sambil menunduk)
Nggak, Ga.
IBU
(putus asa)
Ya Allah duit dari mana segitu banyak?
OM ARGA
Maaf, mungkin terpaksa gadaikan rumah dulu?
IBU
Itu sudah bukan rumah kami lagi, Ga.

Om Arga erperanjat, matanya tampak kebingungan, dia menoleh ke Ayah.

AYAH
Perawatan Gilang nggak murah Ga,
artis gak laku kayak Akang gak sanggup nutup biayanya.  Udah dua bulan lalu rumah kami
gadai buat tambahan biaya perawatan Gilang.

Tiba-tiba mata ayah nyalang, dia bicara dengan rahang yang mengeras.

AYAH
Karir Akang seperti dikunci, gara-gara
si seTAN itu.
OM ARGA
Maaf ya Kang, Saya masih kerja di sana.
AYAH
Gak ada hubungannya lah, Ga. Kalo gak
ada yang kerja tetap kayak kamu,
bisa tambah parah situasi Akang, Ga. 
Maaf ya Ga, udah banyak ngerepotin
Kamu selama ini.

Om Arga yang diajak bicara malah seperti sedang berpikir keras hingga tak mendengar omongan ayah. Ibu pun menepuk pundak Arga.

IBU
Ada apa Ga?
OM ARGA
Eh!, Gini..

Ayah dan Ibu makin penasaran, tatapan mereka menuntut penjelasan.

OM ARGA
Om Tan punya penawaran.  

Wajah ayah mengeras lagi.

AYAH
Maksud kamu, Ga?
OM ARGA
Om Tan menawarkan akan menanggung seluruh
biaya operasi Gilang, tapi dengan syarat. Nah tapi Om Tan, gak mau ngasitau syaratnya apa. Mau langsung ngasitau di depan Akang dan Kakak.

Ayah dan Ibu saling berpandangan, walau pun wajah mereka meniratkan ketakutan aas rencana Om Tan. Tapi orang miskin, miskin juga pilihan hidupnya. Mereka berdua lalu mengangguk lesu, menguatkan satu sama lain.

(Flashback End.)

94.INT. MOBIL GILANG - DAY

Om Arga yang tampak masih marah tidak banyak bicara dia sibuk dengan tab-nya, Gilang pun seperti biasa pura-pura mendengarkan musik. Pak Min di depan, menyetir dalam diam.

Om Arga melihat Tab-nya, dia menengok ke Gilang, menepuk pundak mencari perhatiannya. Gilang melepas headphone.

OM ARGA
Ini ada tawaran reality show, kontrak eksklusif.  Tapi ada syaratnya.
GILANG
Wah kontrak eksklusif? Rejeki banget tuh. 
Emang syaratnya apaan Om? Kok, Om kayaknya ragu gitu?
OM ARGA
Reality show-nya harus ada Ibu kamu di dalamnya. Ini reality show tentang kasih Ibu dan anak yang lama terpisah.
GILANG
Ya gak pa pa dong Om, asal ada uangnya aku mau.  Aktingku dan perempuan itu cukup oke, kok.

Om Arga menatap tajam Gilang.

OM ARGA
Setidaknya panggil dia Ibu, Lang.
GILANG
Iya Om, maksud Gilang IBU juga cukup luwes,
gak canggung untuk berperan sebagai ibu, walau udah pisah 15 tahun.

Om Arga menghela napas, tak mempedulikan sindiran Gilang. Dia sibuk mengetik sesuatu di Tab-nya.

OM ARGA
Oke, jadi kita deal ya. Alhamdulillah,
Sahrul juga laporan merchandise yang ada gambar kamu dan ibu kamu sampai harus restock karena habis dipesan.
PAK MIN
Iya tuh Mas, wong istri saya aja
kehabisan pas mau beli. Akhirnya kaos jatah
saya yang dipake sama dia hehe..
GILANG
Istrinya Pak Min gak usah belilah,
nanti minta aja sama Sahrul langsung.
PAK MIN
Wah siap Mas Gilang, terima kasih banyak.

Gilang mengenakan lagi headphonenya. Om Arga sibuk lagi dengan Tab-nya.

GILANG (V.O.)
Gila juga orang Indonesia,
kalau udah dikasih drama yang ada Ibunya
langsung dimakan. Baguslah, jadi Pak Min
dan yang lain bisa tetap makan.

95.INT. PH TAN.CINEMA - RUANGAN OM TAN - NIGHT (FLASHBACK.)

Om Tan masih di ruangan yang sama, menerima tamu yang sama. Bedanya kini Om Tan rambutnya makin memutih, sementara di jari manis Ayah dan Ibu sudah ada cincin kawin.

OM TAN
Dejavu, ya?

Ayah dan Ibu tak tahu bagaimana harus menanggapi omongan Om Tan. Om Arga pun memulai pembicaraan.

OM ARGA
Ini Om, soal tawaran operasi keponakan saya.

Om Tan, pura-pura baru teringat. Ia membuka brankasnya, mengeluarkan amplop, lalu menyerahkannya pada ayah dengan senyum penuh kemenangan.

OM TAN
Itu tawaran saya, Yu gak harus jawab sekarang.  Ya kecuali anak Yu butuh penanganan segera,ya Yu harus jawab cepat kalo gitu.

Ayah dan Ibu membaca berbarengan, Om Arga mengawasi dengan tak nyaman. Tiba-tiba Ayah berdiri dengan wajah marah dan matta merah. Membuang surat perjanjian sambil menggebrak meja. “BRAKK!”

AYAH
ANDA PIKIR ANDA SIAPA?!!

Om Tan tidak bereaksi, pintu ruangan mendadak terbuka, dua petugas keamanan berbadan kekar bergegas mendekat. Om Tan melambaikan tangan ke mereka.

OM TAN
It’s Ok, gak ada apa-apa. Yu masuk
kalo Ay panggil saja.

Dua petugas keamanan pun mengangguk sambil mata mereka tajam menatap ayah. Mereka pun keluar dan berjaga sambil mengawasi dari balik dinding kaca.

OM TAN 
Sori interupsinya. Tadi Yu nanya siapa, Ay?
Ay Sultan Salim, pemilik industri hiburan
dari hulu sampai ke hilir. PH, Agency, Yu name it.
IBU
Ini keterlaluan Om, kelewatan.

Pandangan Om Tan melembut, dia menatap Ibu tak berdaya.

OM TAN
Maaf Aurora, Ay tidak bisa pake bahasa pujangga. Bahasa yang Ay tahu ya bahasa uang.  

Om Arga yang penasaran mengambil surat perjanjian di lantai, begitu melihat matanya pun terbelalak.

OM ARGA
Om, ini gak mungkin. Ini gak adil.
Om memanfaatkan keadaan mereka dengan uang, Om.
OM TAN
Nggak adil Yu bilang? Yu ngantor di sini
tapi gak pernah meresapi arti kata-kata di belakang ay?

Tulisan quote "All is Fair in Love and War" yang biasa dilihat sambil lalu, kini terasa menohok ke tamu-tamu Om Tan.

OM TAN
Semua adil, semua boleh dalam soal
cinta dan peperangan. Untuk ay, malah ditambah "semua sah-sah saja dalam bisnis".
OM ARGA
Ta.. tapi ini gak.. nggak..
OM TAN
Nggak adil?
OM ARGA
Nggak manusiawi Om. Masak untuk dapat bantuan, kakak saya mesti bercerai dan menikahi Om??

Kata-kata Om Arga diikuti tangisan Ibu dan dengusan marah Ayah. Om Tan menyilangkan kaki dan menyandarkan punggungnya dengan santai.

OM TAN
Ini tanpa unsur paksaan, ini legal,
kalau Yu semua setuju akan disahkan
di depan notaris. Ini murni tawaran bantuan.

Ayah memaksakan bicara, meski kemarahan sudah menggelegak.

AYAH
Kalau Om benar-benar niat membantu.
Tolong Om, tolong biarkan saya jadi pemain
di ph Om seumur hidup, gratis!  
OM TAN
Yu kira Yu masih laku?
AYAH
Oke.. oke Om. Jadi apapun Om,
jadi figuran. Bahkan.. jadi office boy
di sini seumur hidup pun saya mau Om. Tolong Om.
OM TAN
Dedi Sunardi, Ay gak butuh apapun
dari Yu kecuali satu.  
(Jeda)
Istri kamu.

Ayah berdiri hendak menyergap Om Tan tapi dipegang erat oleh Om Arga dan Ibu.

(Flashback End.)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar