Tutorial Patah Hati
4. Perempuan Romantis

36.INT. MOBIL GILANG - DAY

Gilang asik mendengarkan musik dengan headphone-nya, Om Arga membaca berita entertain seperti biasa. Berita yang penuh dengan kehebohan putusnya pasangan idola remaja masa kini. “Gilang bungkam, Zara meradang”. “Zara: Gilang Itu Cowok Buaya!”. Om Arga menengok ke arah Gilang yang tampak tak peduli, dia pun hanya bisa menggelengkan kepala.

37.EXT. PINTU MASUK LOKASI SHOOTING - MOMENTS LATER

Terlihat Gilang terjebak di depan pintu masuk lokasi shooting, karena puluhan wartawan meminta konfirmasi soal kabar putus. Gilang pun menatap wartawan yang berkumpul dengan tenang. Semua wartawan ribut, berebut bertanya.

WARTAWAN 1
Mas Gilang, kata Zara
Anda buaya, ada tanggapan?
GILANG (V.O.)
Kesempatan! Gue bisa bikin
patah hatinya makin sakit.
GILANG
Gue buaya? Bagus dong,
kalo Zara pernah nonton
National Geographic
pasti bakal tahu kalo buaya
itu binatang monogami. 
Setia. So, thanks pujiannya.

MATCH CUT TO:

38.INT. KAMAR ZARA - SAME TIME

Televisi di kamar Zara sedang menayangkan wawancara tersebut. Mata Zara yang bengkak karena menangis menjadi marah, sekuat tenaga di lemparnya remote ke arah wajah Gilang di televisi.

SMASH CUT TO:

39.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - NIGHT

Gilang tersenyum puas menatap maha karyanya di whiteboard, di nomor urut 2 kini sudah tertulis “2. Perempuan Romantis”

GILANG (V.O.)
Oke, saatnya mematahkan
hati perempuan yang lain.

40.INT. KAMAR RS GILANG - DAY (FLASHBACK.)

Gilang kecil sedang disuapi makan oleh Ibu, sementara Ayah membantu mengelap sudut mulut Gilang dari makanan yang kadang berceceran.

IBU
Ayah kamu ini tukang gombal nomor satu.
AYAH
Tapi suka kan Akang bikinin puisi,
sampai disimpan di dompet loh
puisi dari ayah, Lang.
GILANG KECIL
Lihat! Gilang mau Lihat!
IBU
Iya, habisin dulu makanannya ya.

Gilang melakukan aksi tutup mulut, sendok makanan tak bisa masuk.

Ibu pun mengalah, mengeluarkan lipatan kertas dari dompetnya. Lipatan kertas yang garis lipatannya terlihat sudah menguning karena terlalu lama disimpan.  

GILANG KECIL
(Kegirangan)
Baca bu! Baca!

Ayah tersenyum geli melihat Ibu salah tingkah.

AYAH
(Sambil mengambil kertas dari tangan Ibu)
Udah sini, Akang aja yang baca.

Dengan gaya dramatis ayah membuka lipatan tersebut. Setelah berdehem ayah pun membacanya sambil menghadap ke arah ibu.

AYAH
Cintaku karena itu kamu. 
Cintamu karena itu aku. 
Cinta kita karena Tuhan mau. 
Sesederhana itu.

Gilang bertepuk tangan, sementara Ibu bersemu merah.

GILANG (V.O.)
Ibu penyuka puisi. 
Zaman sekarang biasanya satu paket
dengan penyuka kopi,
senja dan musik indie. 
Mendekati perempuan model begini
butuh trik khusus.

(Flashback End.)

41.INT. STUDIO SHOOTING - DAY

Gilang sedang ada di lokasi shooting yang menggunakan greenscreen. sambil menunggu dia membaca buku puisi.

GILANG (V.O.)
Ingat bukan sembarang buku puisi. 
Jangan buku ‘Aku’-nya Syuman Jaya.
emangnya kalian Rangga? 
Dan kalau lo belum tahu,
Aku itu, bukan buku puisi. 
Yang pasti jangan yang bernada perjuangan
macam Chairil Anwar, jangan juga
puisi mbelingnya Remy Silado. 
Paling aman kasihlah puisi
manis ala Sapardi. Biasanya mereka suka.

Gilang sedang serius membaca ‘Hujan Bulan Juni’-nya Sapardi. Om Arga memandang curiga kebiasaan baru Gilang tersebut.

GILANG (V.O.)
Sisanya adalah waktu. 
Perempuan tipe ini paling luluh
kalo lihat lo suka baca buku,
apalagi puisi. Sabar aja,
anggap aja kalian memancing
dengan umpan puisi. Romantis kan?
FVO
Kak Gilang serius amat,
hujan bukannya bulan Desember ya, Kak?

Gilang menatap tajam artis cantik yang tiba-tiba sok akrab ini.

GILANG (V.O.)
Sayangnya, gara-gara muka gue,
kadang yang kepancing
perempuan sok asik kayak begini.

Melihat tatapan Gilang, perempuan itu pun segera pergi.

KINANTI (O.S.)
Kakak suka puisi Sapardi yang mana?

Gilang mengalihkan pandangan pada Kinanti (20 tahun) artis pendatang baru yang biasanya pendiam.

GILANG (V.O.)
Hmm, aku tak mau tertipu lagi.
GILANG
Kalau kamu?

Dengan antusias dan mata berbinar Kinanti menjawab.

KINANTI

“Dalam Diriku” Puisi itu dalam banget buatku.

GILANG (V.O.)
Hmm, oke juga, bukan
puisi Sapardi yang mainstream.
GILANG
Ya, baris terakhirnya yang
paling kontradiktif sekaligus kontemplatif.
GILANG (V.O.)
Perempuan jenis ini paling suka
bahasa susah yang sok sastra begini.
GILANG
Dan karena hidup itu indah..
KINANTI
..Aku menangis sepuas-puasnya.

Gilang pun memasang wajah kagum.

GILANG
Wah hebat, kamu hapal.
KINANTI
Kakak sendiri suka puisi
almarhum Sapardi yang mana?
Belum dijawab loh.
GILANG
Kamu bakalan ilfil nggak kalo
aku jawab puisi ‘Aku Ingin’
Puisi paling mainstream-nya Pak Sapardi.
KINANTI
Nggaklah Kak, itu memang puisi
beliau yang sangat indah.
GILANG
Saking indahnya, sering dipakai
buat kata-kata di surat
undangan pernikahan loh.
KINANTI
Sayangnya banyak yang salah kutip tuh, Kak. 
Pakai kutipan Puisi ‘Aku Ingin’-nya Pak Sapardi,
tapi malah ditulis..
GILANG & KINANTI
(Berbarengan)
Kahlil Gibran!

Mereka pun tertawa dengan kekompakan tersebut.  

GILANG
Ya, begitulah. Kayaknya mereka gak percaya,
kalo puisi seindah itu bisa
diciptakan oleh orang Indonesia.

Mereka berdua pun akrab saling bicara soal puisi, sementara Om Arga mengawasi dengan wajah was-was.

42.INT. PASAR BUKU KENARI - DAY

Terlihat Gilang dan Kinanti sedang asyik melihat-lihat buku bekas, Gilang memakai samaran kacamata hitam dan topi.

GILANG (V.O.)
Selanjutnya gampang, tinggal
kencan murah ala Rangga dan Cinta.

43.INT. KIOS KOPI PASAR BUKU KENARI - AFTERNOON

Gilang dan Kinanti duduk ngopi dengan tumpukan buku yang mereka beli. Di latar belakang terdengar lagu dari Payung Teduh. Kinanti terlihat bersenandung mengikuti alunan lagu.

GILANG (V.O.)
Apa gue bilang, Kopi, senja,
musik indie dan puisi.

MATCH CUT TO:

44.INT. MOBIL GILANG - THE NEXT DAY

Di tab Om Arga terlihat foto Gilang dan Kinanti yang berhasil diambil sembunyi-sembunyi dengan caption “Pacar Baru Gilang?”. “Artis Pendatang Baru Kencan Buku dengan Gilang.”

Om Arga memperlihatkan Tab-nya ke Gilang, yang seperti biasa santai dengan headphone.

OM ARGA
Ini apa Lang?

Gilang terusik dan mencopot headphone-nya.

GILANG
Loh katanya Om, Gilang harus pacaran kan?
OM ARGA 
Tapi serius kan Lang? 
Gak kayak sama Zara kemarin?
GILANG
Serius? Nikah itu kurang serius
apa, Om? Tapi buktinya Ibu ninggalin
aku dan ayah begitu aja, kok.

Gilang langsung memasang headphone-nya kembali dan melakukan aksi pura-pura tidur. Om Arga menghela napas dengan cemas.

45.EXT. TAMAN MONAS - PATUNG CHAIRIL ANWAR - DAY

Gilang dan Kinanti sedang mengagumi patung Chairil Anwar.

GILANG (V.O.)
Kencan ke tempat-tempat
yang mereka nggak sangka-sangka.
KINANTI
Wah ternyata di sini ada patung
penyair hebat ini ya? Kok aku nggak tahu?
GILANG (V.O.)
Tetap humble, perempuan jenis ini
gak suka lelaki sok tahu.
GILANG
Aku juga tahunya baru-baru aja kok.

46.INT. PERTUNJUKAN TEATER - TIM - NIGHT

Gilang dan Kinanti berdampingan sedang menonton pertujukan teater di Taman Ismail Marzuki. Kinanti menatap penuh kasih Gilang yang serius menikmati pertunjukan teater, Kinanti pun merebahkan kepalanya di bahu Gilang.

GILANG (V.O.)
Yak! Kepancing deh. Sekarang tinggal
bikin hati mereka patah. 
Persoalan yang gampang-gampang susah.

47.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - NIGHT

Gilang dengan kaos dan celana pendek santai sedang menelpon Kinanti.

GILANG
Iya Sayang. Aku gak bisa nih. 
Mendadak ada urusan.
GILANG (V.O.)
Susah karena empati mereka besar. 
Alasan apapun akan dimaklumi.

INTERCUT.

48.INT. KAMAR KINANTI - SAME TIME

Kinanti yang sudah mengenakan gaun yang cantik tampak kecewa.

KINANTI
Ya udah sayang, gak pa pa. 
Makan malam kan bisa kapan aja. 
Yang penting urusan kamu cepat kelar ya, sayang.
GILANG
Makasih ya sayaang.. Mmuahh..

49.INT. STUDIO SHOOTING - DAY

Kinanti sedang di ruang istirahat talent, mengamati Gilang yang terlihat tak nyaman duduk berdekatan. Begitu ada pemain lain masuk, Gilang menjauhkan duduknya dari Kinanti.

GILANG (V.O.)
Gampang, karena hati mereka
luar biasa sensitif. Tanda sekecil
apapun akan masuk di ingatan mereka.
KINANTI
Kamu mulai gak nyaman ya
sama hubungan kita?
GILANG
Nggaklah, siapa bilang?
GILANG (V.O.)
Percayalah. Mereka tahu lo bohong. 
Sisanya tinggal kata final dari kita aja.

Mata Kinanti terluka, tapi tetap berusaha tersenyum maklum.

Gilang tiba-tiba seperti teringat sesuatu, mengeluarkan buku dari tas, menyerahkannya ke Kinanti.

GILANG
Oh ya, ini aku dapat
buku puisi yang kamu pesan.
KINANTI
Waaaahh.. terima kasih ya Sayaaang. 
Ini kan buku langka, kamu dapat dari mana?

Kinanti berbinar langsung ingin membuka buku tersebut tapi dicegah oleh Gilang.

GILANG
Bacanya di rumah aja, gak enak,
kita kan lagi kerja.

Kinanti agak kecewa, tapi lagi-lagi mengangguk mengerti.

50.INT. KAMAR KINANTI - NIGHT

Kinanti membuka buku puisi yang diberi Gilang, terjatuhlah sebuah kertas yang bertuliskan : “Dari Hati untuk Kinanti.”

GILANG (V.O.)
Apalagi yang lebih sadis
daripada surat putus yang puitis?

Kinanti berbinar membuka surat tersebut, ia membaca, suara Gilang seolah langsung membacakan tiap bait kata.

GILANG (V.O.)
Dari Hati untuk Kinanti. 
Sungguh mati, aku ingin mencintaimu
dari hati. Tapi ternyata
hidup bukan cuma puisi. 
Butuh rasa yang aku rasa puasa. 
Sepertinya kita cuma sesama pujangga,
yang berbeda tujuan hati. 
Maaf kinanti, bukan kau
hati yang Kunanti.

Tangan Kinanti bergetar, air matanya menetes. Tapi dengan tegar ia meraih hp-nya menuliskan sebuah pesan singkat ke Gilang.

51.INT. KAMAR APARTEMEN GILANG - SAME TIME

Gilang yang sedang tiduran santai menyambar hp-nya yang berbunyi. Ia melihat pesan yang masuk. Gilang tersenyum melihat nama pengirim. Dibacanya pesan yang masuk. Singkat saja : “Aku mengerti..”

Gilang pun bangun dari tempat tidur, melakukan selebrasi seolah sudah mencetak gol kemenangan.

Sambil bertolak pinggang dia pun menaruh tanda checklist di sebelah tulisan “2. Perempuan Romantis”


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar