Tutorial Patah Hati
8. Rindu Setingan

84.INT. PH TAN.CINEMA - RUANGAN OM TAN - DAY (FLASHBACK.)

Ayah, Ibu dan Om Arga menghadap Om Tan, pemilik PH. Mereka bertiga terlihat gugup dan takut-takut. Ruangan minimalis itu menampilkan beberapa poster sinetron dan film produksi PH tersebut. Poster paling besar adalah “Kabayan Milenial” yang menampilkan wajah Ayah sebagai Kabayan.

Di dinding, tepat di belakang kursi Om Tan ada kutipan “All is Fair in Love and War”.

OM TAN
Yu serius mau mundur dari sinetron Ay, Ded?
AYAH
Maaf, Om. Tapi Om tidak memberi saya pilihan.
OM TAN
Ay kira pilihannya jelas. 
Aurora nikah sama Ay,
Yu bakal dapat striping sinetron. 
Film juga boleh, Yu tinggal pilih,
mau judul yang mana.

Ibu memegang erat lengan Ayah, sementara Om Arga terlihat salah tingkah.

AYAH
Maaf Om, piiihan saya juga sudah
jelas kalau begitu.

Ayah menyodorkan undangan sederhana berwarna merah muda ke Om Tan. Raut wajah Om Tan menggelap, rahangnya mengeras.

IBU
Pilihan kami berdua Om. Semoga Om bisa hadir.

Om Tan menghela napas berat, matanya terluka menatap Ibu.

OM TAN
Apa sih yang Yu lihat dari dia Aurora? 
Status figuran Yu bakal ay bikin hilang. 
Yu bakal jadi bintang besar.

Ibu menatap Om Tan takut-takut, tapi menjawab dengan yakin.

IBU
Kami saling cinta, Om.
OM TAN
Huh cinta. Yu kebanyakan nonton telenovela.

Ibu menatap Ayah, mengisyaratkan untuk menyudahi ketidaknyamanan ini.

AYAH
Begitu saja yang ingin kami sampaikan Om. 
Banyak terima kasih atas kesempatan
dan kepercayaannya selama ini.
Sekali lagi maaf, Kami pamit.

Wajah Om Tan pun memaksakan senyumnya.

OM TAN
Oke, selamat buat Yu berdua ya. 
Ay terima pengunduran diri Yu. 
Tapi adik Yu ini tidak kalian ambil juga, kan?
OM ARGA
Ngg.. sebenarnya begini, Om..

Ibu terlihat memegang tangan Arga. Arga menoleh ke arah Ibu dengan heran.

IBU
Eh.. kalau Om Tan berkenan,
tentu saja adik kami mau
belajar banyak dari PH Om ini.

Ayah dan Ibu menatap saling memahami. Om Tan menatap Arga yang makin salah tingkah.

OM TAN
No problem, kerja Yu bagus, Arga. 
Plis jangan bikin Ay patah hati dua kali.

Arga menatap Om Tan, menatap ayah dan ibu, lalu mengangguk setuju.

Om Tan pun mengangguk senang dengan keputusan Arga.

(Flashback End.)

MATCH CUT TO:

85.INT. PH TAN.CINEMA - RUANGAN OM TAN/IBU - DAY

Ruangan yang sama, kini di belakang kursi ada poster besar wajah Om Tan dengan tulisan “Sultan Salim, 1946 - 2011” Tepat di bawah poster masih ada kutipan “All is Fair in Love and War”. Poster film berganti dengan film dan sinetron terkini. Om Arga duduk di depan Ibu, mengawasi ruangan tersebut dengan penuh kenangan.

OM ARGA
Maaf, harus bikin repot lagi.
IBU
Sudah seharusnya Ga. 
Itu gunanya seorang Ibu kan?
OM ARGA
Lalu, bagaimana dengan ini.

Om Arga membentangkan tangannya ke sekeliling ruangan Tan.Cinema.

IBU
Nggak masalah Ga, sejak meninggalnya
Om Tan aku memimpin dari balik layar. 
Semuanya dipegang profesional.  
OM ARGA
Untunglah Om Tan gak punya anak istri ya? 
Kalo ada, pasti repot ngurusin rebutan warisan.
IBU
Lalu aku Kamu anggap apa, Ga? Istri-istrian?

Om Arga sadar sudah salah bicara, dengan gugup ia berusaha menetralisir suasana.

OM ARGA
Sori.. sori.. Maaf, maksudku
nggak gitu, tapi kan..
IBU
Mungkin awalnya aku terpaksa
menikahi beliau. Tapi terbukti
dia lelaki yang menepati janji. 
Gilang dan..

Ibu menghela napas berat, sebelum meneruskan dengan sedikit tersendat.

IBU
..dan ayahnya tak pernah hidup kekurangan.

Suasana sesaat hening, Om Arga bicara hati-hati.

OM ARGA
Kenapa nggak jujur aja, sih? 
Bilang ke Gilang apa yang sebenarnya terjadi.
IBU
Buat apa Ga? Aku lihat Gilang bahagia
dan berhasil tanpa aku. Untuk itu
aku terima kasih banyak sama Kamu
yang sudah setia menjaganya Ga.
OM ARGA
Tapi aku gagal, Kamu lihat kan sekarang? 
Mungkin perusahan bisa kau
pimpin dari balik layar,
tapi rasa sayang tidak bisa
dilakukan dari bayang-bayang.

Ibu menatap Om Arga lalu tertunduk lesu.

OM ARGA
Sudah saatnya kamu terus terang.
IBU
Yang penting sekarang, bagaimana
kita bisa selesaikan masalah anakku, Ga.

Om Arga menghela napas, ia pun mulai menjelaskan rencananya pada Ibu.

OM ARGA
Oke begini rencananya..

86.INT. RUANG KONFRENSI PERS - DAY

Gilang nampak memeluk mesra Ibunya. Om Arga sumringah menghadapi wartawan yang berebutan mengabadikan momen tersebut.

OM ARGA
Alhamdulillah di tengah badai fitnah
yang menerpa Gilang dia dapat berkah,
bertemu Ibu kandungnya yang ternyata masih hidup.

Ruangan heboh, blitz kamera makin banyak yang mengabadikan Gilang dan Ibunya.

WARTAWAN 1
Bagaimana kok tiba-tiba Ibu muncul?

Om Arga tidak senang dengan pertanyaan yang terlalu kritis tersebut. Ibu segera mengambil alih, sambil mengusap kepala Gilang di bahunya ia menatap wartawan.

IBU
Ya, justru karena berita fitnah itu menyebar, sampai ke telnga saya. Saya sebagai seorang Ibu harus ada, harus muncul untuk menguatkan.
WARTAWAN 1
Tapi, baru 15 tahun kemudian Ibu muncul?
IBU
Saya tidak bangga dengan itu. 
Saya terlalu pengecut menghadapi
kesulitan hidup waktu itu setelah..

Ibu terisak, suasana jadi hening. Gilang dengan penuh perhatian menyodorkan tisu pada Ibunya. Setelah mengusap air mata, Ibu pun melanjutkan.

IBU
Maaf. Saya takut menghadapi hidup
setelah ayahnya Gilang..
(Suara melirih)
..bunuh diri.  
GILANG (V.O.)
Hehe.. perempuan ini oke juga,
kelas Oscar aktingnya.
WARTAWAN 2
Lalu kemana Ibu selama ini? 
Sampai-sampai Gilang menyangka Ibu sudah mati?

Situasi heboh. Wartawan masih berebutan bertanya, Gilang pun meraih mikrofon.

GILANG
Tolong bahasa Anda sekalian dijaga! 
Bisa nggak, ini dipahami sebagai seorang anak yang bertemu Ibunya kembali
setelah belasan tahun.  Kalian semua punya Ibu kan?  Bayangkan itu saja, Ibu yang kemarin cuma dalam khayalan saya
tiba-tiba ada, tiba-tiba nyata.

Gilang mendekap erat Ibu yang disambut usapan lembut Ibu di rambutnya.

GILANG
Konfrensi Pers ini pun saya
tidak mau sebetulnya, karena ini soal
yang terlalu personal buat Saya.
IBU
Ini saya yang mau. Saya harus
membela anak saya. Anak saya tidak
seperti yang dibicarakan perempuan-perempuan itu.
WARTAWAN 2
Bagaimana Ibu tahu Gilang tidak bersalah? 
Ibu baru bertemu setelah 15 tahun kemudian?
IBU
Seorang Ibu tidak pernah salah menilai anaknya.  Tidak akan pernah. Dia ada dalam tubuh saya sembilan bulan.
GILANG (V.O.)
Hahaha.. lagi-lagi bualan soal kehamilan. 
Perempuan selalu memakai takdir
sebagai senjata terakhir.  Bagaimana coba cara lelaki menandingi takdir?

Gilang tersenyum, memeluk Ibunya makin erat.

MATCH CUT TO:

87.INT. MOBIL GILANG - MOMENTS LATER

Gilang dipeluk Ibunya di kursi belakang, kamera wartawan masih mengabadikan. Om Arga duduk di depan, di samping Pak Min yang mengendarai mobil dengan pelan berusaha menembus kepungan wartawan.

Begitu pintu kaca mobil berfilter pekat tertutup, langsung saja Arga menyentakkan pundak, keluar dari pelukan Ibunya dengan kasar.

GILANG
(Dingin)
Udah! Udah! Penontonnya udah gak ada,
udah gak perlu akting lagi.

Ibunya tersenyum maklum. Om Arga menahan marah, sementara Pak Min menatap spion atas, bingung dengan situasi di kursi belakang.

88.INT. KAMAR HOTEL - DAY (FLASHBACK.)

Ibu duduk di tepi kasur yang berhiaskan bunga mawar, ia masih memakai pakaian pengantin, kelelahan tapi gembira. Di sudut kamar terlihat kado yang menggunung. Sementara ayah yang duduk di sisinya tersenyum menatap Ibu.

AYAH
Gak nyangka akhirnya kita jadi suami istri
juga ya sayang. Padahal sainganku owner PH, loh.
IBU
Kita buktiin sama Om Tan, kalo
hidup kita bisa seromantis telenovela ya, Kang.
AYAH
Kalo soal romantis mah Akang jagonya,
tapi maaf ya kita tunda dulu bulan madunya.
IBU
Gak pa pa Kang, rejeki nikah itu namanya.
AYAH
Iya, Alhamdulillah. Langsung peran utama lagi.  Tapi jadwal shootingnya aja nih yang kurang ajar.
IBU
Rejeki ya jangan ditolaklah. Ini juga
bukti akting Akang sudah diperhitungkan. 
Makanya Akang gak usah kuatir ya,
PH bukan cuma punya Om Tan, kok. 
Besok pesawat jam berapa, Kang?
AYAH
Habis Subuh-lah jalan dari sini,
makanya sekarang aja kita..

Ayah tidak melanjutkan kata-katanya, ia merapat ke Ibu yang tersipu malu. Mereka berhadapan tanpa kata, wajah mulai berdekatan.. TING TONG! Tiba-tiba terdengar bel di depan pintu kamar mereka.

AYAH
Duhh, ganggu pengantin baru aja, sih?!

Ayah berusaha mengabaikan, tapi bel tersebut terus berbunyi. Ibu pun mengelak dari ciuman ayah, lalu langsung berlari ke pintu.

AYAH
Awas ya kamu!..

Ibu kembali dengan dua buah amplop bercap PH TAN.CINEMA. Ayah menatap penasaran.  

AYAH
Dari Om Tan?

Ibu mengangguk, wajahnya tak nyaman. Dia melihat amplop tersebut, yang satu bertuliskan : Untuk Aurora-ku. Untuk hari-hari susah bersama suamimu nanti.

Sementara amplop yang satu bertuliskan Untuk Dedi Sunardi, ingat “All is Fair in Love and War”

Dengan wajah makin tak nyaman, Ibu menyerahkan amplop yang ditujukan untuk ayah.

Mereka berdua duduk di tepi kasur.

AYAH
Kamu duluan.

Ibu membuka perlahan amplop dari Om Tan, lalu mengeluarkan selembar kertas dari dalamnya.

AYAH
Wah Cek!!
IBU
(Dahi berkertut)
Limapuluh juta!?
AYAH
Alhamdulillah. Gak nyangka,
beneran udah ikhlas ya Om Tan
sama hubungan kita.
IBU
Sekarang Akang buka.

Dengan semangat ayah hendak membuka bajunya.

IBU
Amplopnyaaa, Akang genit ihh..
AYAH
(Merajuk)
Genit juga kan sama istrinya sendiri.

Ayah membuka amplopnya pelan-pelan.

AYAH
Kalo Kamu limapuluh juta, Akang
sepuluh juta aja ada kali, ya? 

Ayah mengeluarkan selembar kertas.

AYAH
Surat, bukan cek.

Pendek saja tulisan tangan Om Tan di surat tersebut. Seolah tulisan itu dibacakan langsung oleh suara Om Tan.

OM TAN (O.S.)
Selamat menikmati malam pertama dengan tenang.  Jadwal shooting sudah Ay atur ulang.

Belum habis keterkejutan ayah dan ibu. Hp ayah yang ada di atas meja berbunyi. Ayah segera menyambarnya.

AYAH
Halo?

Ayah mendengarkan lawan bicaranya, wajah ayah perlahan memerah. Ibu menggenggam tangan ayah.

AYAH
Batal? Maksudnya reschedule gitu?

Wajah ayah makin merah mendengarkan jawaban dari si penelpon. Ibu memeluk bahu ayah penuh rasa khawatir.

AYAH
Oke, batal ya batal. Saya bisa apa, Pak. 
Lain kali yeng profesional lah kalo..
Halo? Halo?? HALO?!!!

Ayah menghempaskan hp ke kasur. Pandangan Ibu penuh tanya.

AYAH
Shooting batal, peran akang tiba-tiba diganti.

Ibu meraih kertas yang ditujukan untuk suaminya oleh Om Tan. Ia membacanya, lalu menatap ayah.

AYAH
Ya, pasti buatan si seTAN itu. 
Mentang-mentang punya uang!

Ibu memegang cek dari Om Tan di tangan kanan, surat untuk suaminya di tangan kiri. Ibu tidak bisa bicara apa-apa. 

AYAH
Kamu jangan berani-berani pake cek
dari si seTAN itu ya!

Ibu pun memasukkan cek ke dalam amplopnya lagi.

(Flashback End.)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar