Truth Or Dance
2. Scene 11-20 (Hal Yang Sama)

11.EXT/INT. KAMPUS. KANTIN. SIANG

Kita melihat suasana kantin yang cukup ramai. Ada yang hanya sekedar mengobrol, berpacaran, atau mengerjakan tugas sambil menyantap cemilan. Di salah satu sudut kursi ada Kevlar dan Sheila sedang menyantap makan siang mereka. Namun, Kevlar terus celingak-celinguk ke pintu masuk, seperti menunggu seseorang. Ekspresi Kevlar tampak cemas.

SHEILA

Nyariin siapa sih, Kev? Freya?

KEVLAR

Ngapain aja sih dia di perpus? Paling nontonin video cowok-cowok itu doang kan?

SHEILA

Buat Freya, nonton kpop itu, dia udah kayak masuk ke dunia yang beda. Jadi enggak heran kalo dia bisa ngabisin waktu berjam-jam di depan hp. Seharian enggak makan juga dia kuat-kuat aja.

Kevlar tampak gusar. Dia hendak beranjak, tapi Sheila menahan lengannya.

SHEILA (CONT'D)

Udah sini aja. Freya juga enggak akan kenapa-napa kok. Dia bukan anak bayi yang nangis kalo enggak dikasih susu sama ibunya.

Kevlar memandangi Sheila dengan cemas. Kemudian Freya pun datang dari arah belakang dan duduk di sebelah Sheila.

FREYA

Mau ke mana, Kev?

Kevlar pun kembali duduk ke tempatnya.

KEVLAR

(Marah)

Lama banget sih lo.

Freya bingung dan memandang Sheila seolah meminta jawaban. Tapi Sheila hanya mengangkat bahunya, pertanda ia juga bingung dengan sikap Kevlar.

CUT TO

12.INT. KANTOR. RUANGAN JUANDI. SIANG

Kita melihat Juandi sedang fokus dengan pekerjaannya. Kemudian terdengar suara pintu terketuk dari arah luar.

JUANDI

Masuk!

FARAH (27) sang sekretaris membawa sebuah berkas dan menghampiri Juandi. Dia menyodorkan berkas itu ke atas meja. Juandi memandangi berkas tersebut.

JUANDI

Berkas apa ini?

FARAH

Dari perusahaan Dream Entertaiment lagi, Pak. Mereka kekeh mengajukan proposal terbarunya ini.

JUANDI

Kamu buang aja berkas ini.

FARAH

Tapi, Pak. Mereka punya konsep baru untuk mendapatkan para idol yang nantinya akan dikirim ke Seoul.

JUANDI

Apapun itu, saya enggak akan pernah investasi di perusahaan seperti itu. Paham?

FARAH

Baik, Pak.

Farah mengambil kembali berkas di meja Juandi.

JUANDI

Lain kali, kalau kamu menerima proposal seperti ini lagi. Langsung kamu buang aja ke tempat sampah.

FARAH

Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi.

Juandi mengangguk. Farah pun pergi dari ruangan. Kemudian Juandi membuka lemari mejanya. Dia mengambil sebuah buku catatan dan membacanya.

CUT TO:

13.INT. KAMPUS. TAMAN. SORE                                      

Kita melihat Freya berlatih dance di taman kampus yang sepi. Dia mengikuti gerakan dari hasil rekaman di ponselnya. Dari kejauhan Sarah melihat dan menghampiri Freya. Saat Freya berbalik badan, Sarah sudah berdiri dan memperhatikannya.

SARAH

Kamu bisa lebih baik dari ini.

Sarah berjalan pelan menghampiri Freya yang fokus memperhatikannya.

SARAH (CONT’D)

Wajar sih, karena kamu cuma belajar sendiri.

FREYA

(bingung)

Kok tau?

SARAH

Kalau kamu punya pelatih, kamu enggak akan merekam diam-diam latihan tadi pagi.

Freya meringis. Lalu Sarah mengulang salah satu gerakan yang tadi dilakukan Freya. Sarah tampak lebih luwes dari Freya tadi. Sarah selesai, Freya tepuk tangan sekaligus tampak kagum.

FREYA

Daebak!

SARAH

Enggak susah, kok. Saya yakin kamu juga bisa kalau sering belajar.

Wajah Freya cemberut.

FREYA

Mungkin kalo saya punya restu dari papa saya, saya bisa punya pelatih yang hebat dan bisa dance lebih baik dari gerakan yang tadi.

SARAH

Truth or dance?

Freya mengerutkan kening. Dia tampak bingung.

FREYA

Maksudnya?

SARAH

Pilih yang mana?

FREYA

Emmmm ... dance?

Sarah menyunggingkan senyumnya. Lalu dia pergi begitu saja meninggalkan Freya yang termangu.

FREYA (CONT’D)

Nama Anda siapa?!

Dari kejauhan Sarah berbalik sambil tersenyum lebar.

SARAH

Sarah!

Freya tersenyum lebar. Wajahnya juga tampak semringah.

CUT TO:

14.EXT/INT. MOBIL SHEILA. DALAM PERJALANAN. SORE

Kita melihat Sheila menyetir mobil. Di sebelahnya ada Freya yang tampak bersemangat dan semringah.

SHEILA

Elo alesan apa ke nyokap?

FREYA

Ada tugas kelompok yang harus dikerjain sekarang juga.

SHEILA

(terkekeh)

Klasik ya?

FREYA

Iya, tapi cuma itu yang paling mempan.

Beberapa saat mereka saling diam.

FREYA (CONT'D)

Enak ya, elo dibolehin bawa mobil sendiri. Kalo gue, sekedar diajarin mobil juga enggak pernah.

SHEILA

Malah capek bawa mobil sendiri. Tapi berhubung gue harus berangkat bareng sama dua adik gue, yaudah terpaksa deh bawa mobil. Orang tua gue terlalu pelit buat bayar supir selama ada anak sulungnya yang bisa mereka manfaatin.

FREYA

Yaitulah persamaan orang tua kita. Sama-sama ngeselin.

SHEILA

Lagian, Fre. Kalo elo bisa bawa mobil sendiri. Orang tua lo makin susah buat jagain lo biar enggak ke mana-mana.

Freya mendengkus sebal, lalu memanyunkan bibirnya.

FREYA

Udah kayak anak kecil aja ya gue. Setiap waktu dijagain. Enggak sekalian aja mereka sewa bodyguard biar gue makin gak bisa ke mana-mana. Atau alat pelacak sekalian.

Sheila terkekeh, tapi Freya masih tampak bete.

CUT TO:

15.INT. TEMPAT LES VOKAL. SORE                         

Kita melihat Freya duduk bersama Sheila di ruang tunggu. Freya tampak gugup. Kakinya tidak bisa diam sampai Sheila menghentikannya. Lalu tidak lama kemudian datanglah KEISHA (35) dari arah dalam. Keisha duduk di depan Freya dan Sheila.

KEISHA

Sorry, tadi masih ada kelas. Kelamaan ya, nunggunya?

SHEILA

Lumayan. Soalnya kita enggak bisa lama, Tan. Freya ini punya jam khusus setiap hari. Enggak boleh pulang lebih dari jam 6.

Freya menyenggol bahu Sheila untuk memberi kode agar tidak membahas hal yang memalukan.

KEISHA

(terkekeh)

Sheila udah cerita semuanya tentang kamu. Dan Tante punya cara supaya masih bisa latihan vokal tanpa sepengetahuan papa kamu.

Wajah Freya tampak semringah.

FREYA

Beneran, tante? Gimana caranya?

CUT TO:

16.EXT. RUMAH. HALAMAN DEPAN. SORE                      

Kita melihat Dewi sedang menyiram tanaman. Lalu Freya datang dari arah gerbang. Dia langsung mengecup pipi Dewi dari samping dan menyalimi punggung tangan mamanya.

DEWI

Hai, Sayang. Gimana ngerjain tugasnya? Abis itu kamu enggak mampir ke mana-mana dulu kan?

FREYA

Enggak, Mah. Kan tadi Freya udah bilang kalo Freya cuma belajar bareng sama Sheila di rumahnya. Kalo mama enggak percaya, coba tanya Sheila atau mamanya.

DEWI

Yaudah, kalo gitu. Masuk gih.Bersih-bersih terus istirahat. Sebentar lagi kita makan malam. Tinggal nunggu papa sampai rumah.

Freya mengangguk sambil tersenyum. Dia hendak melangkah, tetapi Dewi menghentikannya.

DEWI (CONT’D)

Fre ... kamu enggak akan pernah dance atau nyanyi lagi kan?

Wajah Freya menjadi pias.

FREYA

Enggak, Ma. Aku enggak mau bikin mama sakit lagi gara-gara kebodohanku waktu itu.

DEWI

(tersenyum)

Makasih ya, Sayang. Kamu memang anak mama yang baik.

Freya tersenyum tipis.

CUT TO:

17.INT. RUMAH. KAMAR FREYA. SORE                        

Freya masuk ke kamar dan menguncinya. Dia melempar asal ranselnya dan menghempaskan tubuh di kasur. Kita bisa melihat Freya tampak murung. Dia menghela napas berat. Lalu beberapa saat kemudian Freya bangun dan mengambil ponselnya di saku untuk menyalakan rekaman dance. Tidak lupa memasang headset ke telinganya. Freya mengikuti gerakan yang ada di rekaman video sambil bernyanyi lagu Korea dengan suara pelan.

PARALEL CUT TO:

18.INT. SEKOLAH. AULA. PAGI (FLASHBACK)                 

Kita melihat Freya bersama beberapa temannya sedang perfom dance di atas panggung. Banyak orang tua murid yang datang untuk menyaksikan acara pentas seni di SMP MUTIARA BANGSA. Kemudian Juandi dengan menggebu-gebu dan wajah garang. Di belakangnya Dewi tampak berusaha menenangkan. Juandi langsung menarik Freya yang masih perfom. Juandi membawa Freya menjauh dari keramaian.

FREYA

(bingung)

Papa sama mama kenapa bisa dateng? Padahal Freya ...

JUANDI

Wali kelas kamu yang memberikan undangan ke kami. Benar dugaan papa kalau kamu masih mengikuti kegiatan tidak penting ini!

DEWI

Pa, kita selesaikan ini di rumah ya?

Tanpa Juandi dan Freya sadar, wajah Dewi sudah pucat. Dia terus memegangi dadanya yang sakit.

JUANDI

Kamu benar-benar Freya! Sudah papa bilang untuk menjauhi hal tidak berguna ini. Tapi kamu malah diam-diam di belakang papa dan mama!

FREYA

Pa, ini cuma pentas seni. Kegiatan kayak gini enggak akan ganggu jam pelajaran Freya. Papa bisa enggak sih, ngertiin Freya sebentar aja.

DEWI

Pa ...

JUANDI

Tidak akan pernah! Sebentar yang kamu maksud akan berujung lebih dan semakin lama!

Tiba-tiba saja Dewi terjatuh dan pingsan.

FREYA

Mamah!

FLASHBACK CUT TO:

19.INT. RUMAH. RUANG MAKAN. MALAM            

Kita melihat Juandi, Dewi, dan Freya duduk di ruang makan. Bik Susi sibuk menyiapkan sayur dan ikan bakar kesukaan Freya.

DEWI

Makasih, Bik.

BIK SUSI.

Sama-sama, Nyonya.

Bik Susi pun kembali ke dapur. Suasana makan malam berjalan sunyi. Di sela-sela itu, Juandi mulai berbicara sambil fokus menyantap makanannya tanpa menoleh ke manapun.

JUANDI

Tadi pagi kenapa kamu enggak ikutan kuisnya Pak Gusti?

Freya tertegun. Dia lupa kalau papanya memiliki banyak mata-mata di kampusnya.

FREYA

Emmm ... itu ... Freya sakit perut! Iya, sakit perut.

Juandi meletakan sendok dan garpunya, lalu menatap Freya dengan intens.

JUANDI

Jangan kasih alasan yang gak masuk akal.

DEWI

Pa, sakit perut itu kan bisa terjadi sama siapa dan kapan aja. Termasuk Freya.

JUANDI

(Pelan tapi garang)

Berhenti membela Freya!

Freya meletakan sendok dan garpunya dengan kencang.

FREYA

(Kesal)

Papa bisa enggak, jangan selalu curiga sama Freya? Setiap hari selalu ngebahas hal yang sama. Enggak boleh inilah, itulah. Sekalian aja papa kurung Freya di menara kayak Rapunzel!

Dewi terlihat cemas. Napasnya juga mulai tidak beraturan.

JUANDI

Kamu mulai berani meninggikan suara ke papa?!

FREYA

Papa yang duluan cari masalah sama Freya!

JUANDI

Freya!

DEWI

Pa, udah.

Tiba-tiba Dewi memegangi dadanya sambil merintih kesakitan. Juandi sontak panik dan fokus pada Dewi. Freya yang peka langsung berlari ke kamar mamanya dan kembali dengan membawa obat. Cepat-cepat Juandi membantu Dewi meminum obat.

DEWI (CONT’D)

Tolong antar mama ke kamar, Pa.

Juandi memapah Dewi ke kamar. Meninggalkan Freya yang terlihat cemas dan takut, tapi hanya bisa diam.

CUT TO:

20.INT. RUMAH. KAMAR UTAMA. MALAM                             

Juandi memapah tubuh Dewi yang lemas dan merebahkannya di atas ranjang. Tidak lupa menyelimuti Dewi dan diakhiri mengusap kening Dewi. Lalu Juandi duduk di pinggir ranjang, berhadapan dengan Dewi.

JUANDI

Maafin aku yang terlalu emosi. Aku enggak bermaksud bikin kamu jadi begini. Sekarang kamu istirahat.

Dewi tersenyum simpul sambil mengangguk.

DEWI

Jangan marahin Freya lagi ya, Pa. Kita harus coba kasih kepercayaan lebih ke Freya. Dia pasti tau apa yang dia lakukan. Mama yakin, Freya enggak akan pernah bikin kita kecewa.

Juandi mengangguk. Lalu dia mencium kening Dewi dan merapikan selimutnya lagi. Dia keluar menutup pintu kamar perlahan.

CUT TO:



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar