Tinta Darah
9. 09

45.KAMAR RANAYA-PAGI

Pagi-pagi sekali Ranaya sudah bangun dan menulis sedari tadi dengan tinta merah.

Senyum tipis tersungging di bibirnya karena spidol merah yang ia pakai, warnanya sudah semakin pudar. Itu artinya tintanya akan segera habis. Ranaya pun semakin semangat menulis.

Lalu saat sedang asyik menulis di meja rias, Dodi masuk membawa sarapan.

Dodi tersenyum senang.

DODI

Gitu donk, pagi-pagi bangun. Nulis yang rajin.

Dodi meletakan nampan berisi sarapan, kemudian melihat kertas yang semalam diremas Elin

Dodi mengambil kertas tersebut dengandahi mengkerut.

Sedangkan Ranaya tiba-tiba panik karena melihat oret-oretan yang berada di sisi dodi belum tertutup semua oleh meja rias. Namun Ranaya berusaha tenang.

DODI

Kunaon kertasnya diremes-remes gini?

Untuk mengalihkan perhatian Dodi, Ranaya bangkit dari kursi dan duduk di ujung meja sambil mengibaskan rambutnya ke kiri. Mempertontonkan lehernya yang putih, kemudian mengambil kertas itu dari tangan Dodi, perlahan.

Dodi tertegun melihat tingkah Ranaya.

RANAYA

Elin yang melakukannya. Dia cemburu buta membaca ini.

Dodi perlahan tersenyum miring menyadari gerak-gerik Ranaya.

Kemudian Dodi mendekatkan tubuhnya hingga berada sangat dekat dengan Ranaya yang masih duduk di atas meja.

Ranaya sontak menahan tubuh Dodi agar tidak lebih mendekat.

RANAYA

Selama ada dia, semua bisa gawat. Karena saya tidak akan mengurangi isi cerita.

Dodi mundur beberapa langkah. Dia kembali tersenyum miring kemudian pergi meninggalkan Ranaya.

Ranaya langsung mengembuskan napasnya kuat-kuat.

Beberapa detik ranaya masih terengah-engah, kemudian dia mendorong meja riasnya agar menutupi seluruh oretan bolpoin hitam dan sipidol merah di dinding.

Ranaya terduduk lemas di kursi meja rias. Kedua tangannya menopang kepala yang tertunduk lesu.

Matanya melirik ke kalender, kemudian mengembuskan napas pelan sambil terpejam.

Ranaya mengangkat kepala, mengambil sarapannya, lalu mulai makan perlahan.

PETUGAS EKSPEDISI (O.S)

PAAKEETT

Ranaya yang tengah makan dengan lesu langsung mendongak. Dia diam beberapa saat untuk memastikan dia tidak salah dengar.

PETUGAS EKSPEDISI (O.S)

PAAKEETT

Ranaya langsung bangkit dan berlari ke jendela.

CUT TO

46.RUANG TENGAH-PAGI

Dodi keluar dari kamar, sedangkn Elin berjalan dari arah dapur. Mereka bertemu di ruang tengah dan saling menatap kebungungan.

DODI

Ibu pesen naon?

Elin hanya menggeleng.

DODI

Terus itu paket dari siapa?

Elin mengangkat bahu.

DODI

Coba ibu lihat dulu sana.

Elin berjalan menuju pintu utama.

CUT TO

47.PINTU UTAMA-PAGI

Seorang laki-laki pembawa paket (extras) dengan seragam ekspedisi, lengkap dengan topi, tangah berdiri di depan pintu. Di tangannya terdapat paket tipis berupa baju pesanan Ranaya. Pria itu terlihat kebingungan menatap pintu utama telah terdapat tralis besi yang amat tebal bagai penjara.

Tak lama Elin muncul dengan wajah kesal. Dia menatap tajam pria itu.

Petugas Ekpedisi yang kaget mendapat tatapan seperti itu menjadi salah tingkah.

PETUGAS EKSPEDISI

Permisi, Bu. Ini ada paket pesanan Ranaya. Betul ini rumahnya?

Elin hanya diam dan terus menatap tajam. Kemudian tangan Elin menadahkan tangan, meminta paket itu.

RANAYA (O.S)

TOLOOOOONG! TOLOOOONG!

FX : SUARA KAKI YANG MELOMPAT-LOMPAT DARI LANTAI ATAS.

Elin dan petugas ekspedisi sontak menoleh ke atas.

CUT TO

48.KAMAR RANAYA-PAGI

Sambil memegangi tralis besi pada jendela kamarnya, Ranaya terus berteriak dan melompat-lompat sekuat tenaga, agar petugas ekspedisi percaya bahwa itu suara asli.

RANAYA

MAAAS! TOLOONG SAYA MAAAS! TOLOOOONG!

CUT TO

49.PINTU UTAMA-PAGI

Elin dan petugas ekspedisi saling berpandangan beberapa detik.

Petugas ekspedisi memberikan paket itu melalui sela-sela tralis. Elin menerima paket itu. Kemudian petugas ekspedisi menyodorkan kertas tanda terima dan bolpoin.

PETUGAS EKSPEDISI

Punten, Bu, minta tanda tangannya juga.

Elin menrimanya dengan wajah kesal.

RANAYA (O.S)

MAAAAAS PAKEEET, TOLOOONG SAYAAA MAAAS!

FX: SUARA HENTAKAN KAKI RANAYA DARI LANTAI ATAS.

PETUGAS EKSPEDISI

M-maaf Bu. Itu suara siapa ya?

Elin yang sedang mengarang tanda tangan palsu dengan nama Elin, menatap tajam petugas selama beberapa detik. Lalu tiba-tiba senyumnya mengembang. Sangat ramah.

ELIN

Ooohh, biasa itu anak-anak. Lagi suka banget itu, naon sih, yang suka ada di internet? Ngapreng?

PETUGAS EKSPEDISI

Ooh, nge-prank. Saya kira ada apa-apa.

ELIN

Ya enggak, atuh. Hahaha

Petugas hanya terdiam dan matanya kembali melirik ke atas.

CUT TO

50.KAMAR RANAYA-PAGI

Dodi masuk kamar Ranaya dengan wajah penuh emosi.

RANAYA

MAAAAAAS! INI SAYA RANA-

Dodi mendekap mulut Ranaya, menariknya menjauh dari jendela, kemudian menghempaskannya.

CUT TO

51.PINTU UTAMA-PAGI

Elin menyodorkan kertas tanda terima yang telah ditandatangani melalui sela-sela. Namun petugas masih terdiam dan terus melirik ke atas.

Karena tak ada respon, Elin menggoyangkan kertas itu. Wajahnya kembali kesal.

ELIN

HEY! INI KERTASNYA.

PETUGAS EKSPEDISI

(GUGUP)

Oh, iya BU.

Petugas menerima kertas dan memasukannya ke dalam tas.

Petugas ekspedisi pergi begitu saja dengan terburu-buru.

Elin langsung berbalik badan dan berjalan penuh emosi menuju kamar Ranaya di lantai atas.

CUT TO

52.KAMAR RANAYA-PAGI

Elin masuk dan kita melihat Ranaya tengah di jambak oleh Dodi. Darah segar keluar dari hidungnya.

DODI

NGAKU KAMU! KAMU PASTI ADA HAPE SATU LAGI KAN? SINI!

RANAYA

(menangis)

Enggaaak. Saya cuma punya satu hape.

Elin langsung menampar Ranaya saat sampai di depannya. Kemudian dia melempar bingkisan pesanan Ranaya.

ELIN

TERUS ITU KAMU PESAN DARI MANA HAH?

Ranaya mengusap darah pada hidungnya.

RANAYA

Itu saya pesan saat tiba di sini. Sebelum kalian berubah menjadi iblis!

Dodi menginjak kaki Ranaya yang masih belum sembuh. Ranaya langsung menjerit. Perban yang membalut luka Ranaya kembali berdarah.

DODI

Malam ini kamu tidak boleh tidur dan harus menulis semalaman. Saya mau cerita ini cepat selesai, mengerti?

Ranaya yang masih menjerit hanya bisa mengangguk.

DODI (CONT'D)

Kamu juga mau penderitaanmu segera berkahir kan?

Dodi melepas injakannya kemdian pergi meninggalkan Ranaya diikuti Elin dari belakang.

Ranaya masih terisak beberapa saat. Kemudian dia bangkit perlahan, berjalan enuju lemari rias, mendorongnya sekuat tenaga, dan mulai mencoret-coret dinding lagi.

FADE IN

FADE OUT

53.KAMAR RANAYA-SIANG

Ranaya masih mencoret-coret dinding hingga sinar matahari siang masuk ke kamarnya. Ranaya melihat cahaya itu, kemudian melihat jam dinding menunjukan pukul 12 siang.

Ranaya segera bangkit dan kembali mendorong meja rias agar menutupi coretan di dinding.

Setelah itu, Ranaya duduk di kursi meja rias dan mulai menulis.

INSERT-KERTAS DI ATAS MEJA

Ini sangat keji. Sepasang iblis itu membakar tubuh Elin dan Dodi yang asli serta Lisa sahabatku. Ternyata, bau tubuh manusia yang dibakar sangat tidak enak. Hampir mirip daging bakar, tapi sangit dan menyengat.

Saat menulis kita melihat perlahan tinta pada spidol mulai habis. Membuat Ranaya tersenyum tipis.

Tak lama Dodi masuk membawakan makan siang.

Di sebelah Ranaya, Dodi membaca tulisan Ranaya. Namun Dodi tiba-tiba merebut kertas itu, hingga menimbulkan coretan panjang berwarna merah pudar.

DODI

APA-APAAN INI?! TIDAK BOLEH ADA YANG TAHU BAHWA ELIN DAN DODI YANG ASLI TELAH KAMI BAKAR!

RANAYA

Tapi, katamu saya harus menuliskan semuanya.

Dodi mendekatkan tubuh dan wajahnya hingga sangat dekat dengan Ranaya. Ranaya memundurkan wajahnya ketakutan.

DODI

TIDAK UNTUK YANG INI. MEREKA HANYA BOLEH TAU, KAMU DISEKAP OLEH DODI DAN ELIN PALSU, HINGGA KAMI YANG ASLI MENEMUKAN MAYATMU, MENGERTI?

Ranaya hanya mengagguk.

Dodi kembali berdiri, kemudian mendorong kepala Ranaya.

DODI

TULIS ULANG!

RANAYA

TAPI ... tintanya sudah mau habis. Kau bisa lihat sendiri.

Dodi mengambil spidol dan mencoret-coret bagian kertas yang masih kosong.

DODI

Kok, cepet banget habisnya? Bukannya baru kemarin Elin memberikan spidol ini? Kamu sengaja ya??

Ranaya tersnyum sinis.

RANAYA

Rumah ini kosong sangat lama. Lantas apa yang kamu harapkan?

DODI

Ya sudah saya cari dulu.

Dodi keluar kamar dan tak lupa mengunci tralis kamar Ranaya.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar