Tinta Darah
3. 03

15.INT.RUMAH RANAYA-PAGI DUA HARI KEMUDIAN.

Pagi-pagi sekali Ranaya sudah bangun. Setelah merapihkan kamar sebentar, Ramaya keluar dan turun ke dapur untuk membantu Elin.

ELIN

Tumben udah bangun Neng?

RANAYA

Iya dong, aku kan mau bantuin bibi.

ELIN

Duuhh, gak usah repot-repot. Nanti tangan mulus kamu jadi kasar, lho.

RANAYA

Ah, enggak,kok, Bi. Lagipula, sekarang aku kan udah bukan orang kaya. Anak yatim piatu malah. Jadi harus membiasakan diri.

ELIN

Ulah sedih kitu atuh. Kan kata bibi juga, kami ini sama dengan orang tuamu.

Elin mengusap pundak Ranaya yang tengah kesukitan mengupas bawang.

ELIN

Udah, kamu tolong bersihin sayur aja. Nanti kalo ikut masak malah meledak lagi.

RANAYA

Hehe, Bibi bisa aja.

Ranaya menuruti perintah Bi Elin menyuci sayuran.

RANAYA

Eh, iya Bi. Anak bibi si... Siapa itu namanya?

ELIN

Anak? Bibi, kan gak bisa punya anak. Gimana, sih.

Elin menyenggol Ranaya.

RANAYA

Lho, bukannya kata Lisa anak bibi satu-satunya baru berangkat ke Singapur, ya jadi TKW?

Elin tersedak.

ELIN

Oooh, iya, ya. Itu....Soalnya... Maksudnya itu... Dia... anak angkat.

RANAYA

Ooooh, anak angkat.

ELIN

Iya anak angkat. Bibi gak bilang ke temen kamu kalau bibi punya anak angkat.

Ranaya kembali mencuci sayur sambil melihat-lihat sekitar dapur.

Ranaya terkejut melihat sepeti telur ayam, sekarung beras paling besar, Lima botol minyak goreng, dan sekardus mie instans juga makanan kaleng.

Meski terkejut, Ranaya tak banyak komentar dan menyelesaikan tugasnya.

Tiba-tiba Dodi masuk memggelontorkan lima air mineral dalam galon yang terisi penuh.

Ranaya semakin terkejut.

RANAYA

Wah, banyak banget, Bi persediaannya. Kaya mau mengisolasi diri aja.

ELIN

Iya memang.

RANAYA

Maksudnya?

ELIN

Ya supaya gak perlu bolak-balik belanja selama kira-kira seminggu. Oh, iya, Lisa jadi dateng??

RANAYA

Jadi atuh. Tadi ceuk Lisa udah teu sabar pengen ketemu Amang Bibi.

Ranaya menoleh sedikit ke Elin.

RANAYA (CONT'D)

Hehe, udah bener belum bahasa sundanya? Kayanya aku harus biasain pakai bahasa sunda dari sekarang.

Elin yang sedang memotong daging, menghentikan kegiatannya, meremas gagang pisau dengan tangan kanan dan tak menjawab pertanyaan Ranaya.

RANAYA

Bi? Bibi kenapa?

Elin yang berwajah kesal, berubah setelah Ranaya menepuk bahunya.

ELIN

Eh, kumaha Neng?

RANAYA

Itu Bi. Kayanya aku harus biasain ngomong bahasa sunda dari sekarang.

ELIN

Ooooh, iya. Leres eta Neng.

Elin kembali memotong daging. Ranaya kembali mennyuci bahan masakan lain. Mereka terlihat canggung.

RANAYA

Bi, gak apa-apa, kan kalau Lissa datang dan makan di sini?

ELIN

Ya teu nanaon atuh Neng. Ini kan rumah kamu. Bibi malah ikut seneng.

ELIN

Mandi dulu sana, Neng. Biar ini semua Bibi yang urus. Neng Rana beresin kamar mama papa aja.

RANAYA

Iya Bi. Banyak barang yang udah gak kepake dan lumayan kalau dijual. Ada juga yang udah aku pisahin mau aku simpan di gudang.

ELIN

Eh, jagan Neng! Biar Mang Dodi aja yang bawa ke gudang. Nanti kamu kecapean bawa-bawa barang berat.

RANAYA

Cuma se kardus, kok Bi. Itu juga gak berat.

Wajah Elin berubah dingin dengan tatapan tajam.

ELIN

Pokoknya jangan. Saya bilang jangan ya jangan. Nyaho teu?

Ranaya mengerenyitkan dahi.

RANAYA

Oke Bi.

Ranaya berlalu dan berjalan kembali ke kamarnya.

CUT TO

16.INT. RUMAH LISSA

IBU LISSA

Lisa, kamu jadi ke tempat Ranaya?

Lissa

Jadi, dong, Ma. Dari awal dia datang, belum sempat ketemu.

IBU LISSA

Tapi... Perasaan Mama gak enak, deh. Apalagi kamu bilang di sana ada setannya.

LISSA

Hari gini masih percaya setan aja, sih. Ma. Lebih serem orang jahat tau, Ma.

IBU LISA

Lho, itu buktinya kamu nitipin makanan ke manusia jadi-jadian di sana.

LISSA

Tapi Lisa yakin, kok, itu bukan hantu. Itu mah kerjaannya si Rana aja kali. Dia, kan, suka iseng.

IBU LISSA

Ya, udah. Yang penting jangan malem-malem pulangnya. Kamu belum terlalu kenal daerah sini, lho.

LISSA

Gak malem, kok, Ma. Tapi pagi.

IBU LISSA

Yeee, dibilangin orang tua kok malah becanda. Kalau mau nginep mending Rana aja ajak ke sini. Mama juga kangen sama dia.

LISSA

Iya, Ma. Kalo emang ada setannya, Rana aku paksa tinggal di sini dulu aja.

Lisa akhirnya berangkat menuju rumah ranaya dengan mobilnya. Di tengah perjalanan Lisa berhenti di sebuah rumah mewah dengan tulisan DISITA oleh bank setempat. Lisa kecewa karena tak berhasil menemui pemilik rumah.

CUT TO

17. INT-KAMAR ORANG TUA RANAYA

Ranaya memasukan beberapa barang ke dalam kardus yang sudah terisi penuh.

Saat masih mekakukan kegiatan yang sama, Ranaya melihat dari jendela, Dodi sedang berada di depan gudang.

Tidak ada yang aneh, sampai Ranaya menyadari Dodi sedang menyemen sela-sela pada pinggiran jendela gudang.

RANAYA

Lho kok disemen? Wah, gak beres nih. Masa gak ijin dulu. Aku harus ke sana.

Ranaya mengangkat kardus berisi barang-barang, kemudian keluar kamar.

CUT TO

18.EXT.PEKARANGAN BELAKANG RUMAH-PAGI

Ranaya keluar sambil membawa kardus. Setiap langkhanya terangkat tinggi-tinggi karena harus melewati rerumputan dan ilalang.

Ranaya meletakan kardus tepat di belakang Dodi.

RANAYA

Mang. Kok, disemen jendelanya?

Dodi menoleh dengan wajah terkejut.

Belum sempat Dodi menjawab, Ranaya berjalan ke depan Dodi hendak melihat ke dalam jendela. Namun lengannya dicengkram oleh Dodi kuat-kuat.

RANAYA

AAAW!

Ranaya menarik lengannya dan terlihat kesal kemudian mengusap-usap lengannya karena kesakitan.

DODI

Jangan! Nanti jendelanya copot! Semennya belum kering.

RANAYA

Oh, ini jendelanya udah mau copot? Keliatannya masih bagus padahal.

Dodi hanya berlalu begitu saja dan melanjutkan menyemen jendela selanjutnya.

RANAYA

Memang, semuanya udah mau copot, Mang?

DODI

Begitulah.

Dodi lanjut menyemen.

Ranaya mengangkat kardus.

RANAYA

Ya udah kalau gitu minta kunci gudangnya, Mang. Aku mau nyimpen ini.

DODI

Jangan! Udah simpen aja di situ.

RANAYA

Kenapa emangnya, Mang?

DODI

Saya, lupa kuncinya. Biar dicari dulu ya. Sudah simpen di situ aja dulu. Nanti saya yang simpen.

RANAYA

Oke. Nuhun Mang.

Ranaya pergi meninggalkan Dodi dan kembali masuk ke rumah.

Setelah melihat Ranaya masuk ke rumah, Dodi merogoh kantong celana dan mengeluarkan kunci dari dalamnya.

Dodi membuka pintu gudang dengan kunci tersebut.

Setelah pintu terbuka Dodi sontak mengusap hidung.

Dodi menutup pintu, kemudian terus berjalan masuk ke dalam gudang yang remang-remang.

Saat berada di tengah-tengah, Dodi meletakkan kardus tersebut dan kita melihat sepasang kaki laki-laki perempuan tergeletak di sana.

DODI

Geus mulai bau maraneh! Isuk diduruk ku aing!

Dodi membalik badan dan meninggalkan gudang.

Cahaya yang masuk dari pintu membuat kita dapat melihat jelas jasad sepasang laki-laki perempuan seusia Dodi dan Elin tergeletak di gudang.

Jasad tersebut mulai bengkak dan dikerumuni lalat.

CUT TO

19.HALAMAN RUMAH RANAYA-SIANG

Sebuah mobil masuk ke dalam halaman, kemudian Lisa turun dari mobil.

Dia berjalan menuju pintu masuk.

Di ujung pekarangan luas, Dodi yang sedang memangkas ilalang dengan parang menyadari kedatangan Lisa.

Begitu juga Lisa yang menyadari keberadaan Dodi.

Lisa menghampiri Elin yang tengah menyapu lantai.

LISA

Punten, Bu. Rana ada?

ELIN

Ada. Hayu masuk.

Lisa dan Elin berjalan masuk ke dalam rumah.

CUT TO

20. RUANG TAMU-SIANG

ELIN

Duduk, Neng.

Lisa langsung duduk di sofa.

ELIN

Sebentar yaa dibuatin minum dulu.

LISA

Nuhun, Bu.

Beberapa saat kemudian Elin kembali membawa secangkir teh manis.

ELIN

Mangga, Neng.

LISA

Nuhun ya Bu.

Elin kembali meninggalkan Lisa.

CUT TO

21.KAMAR RANAYA-SIANG

Selesai membereskan semua barang di kamar orang tua, Ranaya masuk ke kamar untuk menelpon Lisa. Namun sebelum mengambil hape di atas meja riasnya, Ranaya melihat mobil Lisa dari jendela sudah terparkir di pekarangan.

RANAYA

Lho, Lisa udah datang?

Ranaya tersenyum senang dan bergegas turun sambil berlari kecil untuk menemui Lisa.

CUT TO

21. RUANG TAMU-SIANG

Ranaya tiba di ruang tamu. Dan melihat Lisa sedang meminum teh. Namun sedetik kemudian Lisa meringis.

RANAYA

Kok gak bilang kalau udah sampe?

Lisa menaruh cangkir tersebut.

LISA

Baru banget sampe kok, aku.

Ranaya duduk di samping Lisa.

LISA

Amang Bibi mana?

RANAYA

Lho, emang belum ketemu?

LISA

Belum tuh.

RANAYA

Terus ini teh siapa yang buat?

LISA

Ibu yang kerja di sini kan? Tadi dia yang aku temuin pertama kali dan bikin teh.

Ranaya mematung.

RANAYA

Kamu serius belum ketemu Amang Bibi?

Lisa hanya menggeleng

RANAYA

(BERBISIK)
Aku mau tanya. Amang Bibi yang kamu temuin waktu itu kaya gimana penampilannya?

Lisa menerawang

LISA

Seinget aku Bi Elin itu cantik banget. Badannya agak gemuk, rambutnya pendek, dan kulitnya putih banget.

RANAYA

Kalo Mang Dodi?

LISA

Kalo Mang Dodi, dia kumisnya tebel banget. Rambutnya juga tebel dan hitam. Mereka berdua belum ubanan untuk seusia mereka. Emang kenapa sih Ran?

Dodi yang sangat berbeda dengan yang Lisa bilang, tiba-tiba melintas di depan pintu dan melewati jendela ruang tamu.

Ranaya pucat pasi melihat Dodi melintas.

RANAYA

Kita harus pergi sekarang!

Lisa tiba-tiba ambruk. Dia sesak napas.

Ranaya turut duduk di lantai.

RANAYA

Ya ampun Lisa! Kamu kenapa Lis?

Ranya menggoyang-goyangkan tubuh Lisa yang masih sesak napas.

LISA

(TERBATA)
La ri. Ra na, la ri.

Lisa terbatuk dan memuntahkan banyak darah dari mulutnya.

Sedetik kemudian Lisa mengembuskan napas terakhir.

RANAYA

LISAAA LISAAAA!

Ranaya sangat panik, ketakutan dan kebingungan. Air matanya tergenang dengan tangan bergetar hebat menutup mulut.

Dengan tangan bergetar, Ranaya mengambil ponsel genggam milik lisa yang tergeletak di lantai.

Dari pintu, Elin muncul dengan wajah menyeramkan.

Ranaya bangkit perlahan dan segera berlari sekencang-kencangnya menuju pintu belakang. Menyusuri rumah besarnya yang hening, melewati ruang keluarga, ruang tivi, ruang makan, dan terakhir dapur.

Ranaya panik membuka pintu yang tdak terkunci sambil sesekali menoleh ke samping dan melihat Elin sedang berjalan pelan ke arahnya.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
aku nggak sabar nih nunggunya ... chapter skrip ini masih kurasi ya? aku tunggu juga. jangan malulah! punyaku saja masih jelek kok. semangat!
3 tahun 1 bulan lalu
@witari aduuhhh,, jadi malu. makasih banyak mba wiji yang kece,, ini kebetulan langsung skrip. tapi ada rencana untuk dinovelkan juga sihh supaya narasinya lebih ciamik.
3 tahun 1 bulan lalu
Bagus, lho ... tapi lebih bagus lagi full novel. apa ini dari novel? boleh dong baca ...
3 tahun 1 bulan lalu