Tinta Darah
8. 08

41.KAMAR RANAYA-SORE

Ranaya nampak pulas dengan posisi miring. Kertas yang telah ia tulis dengan kisahnya, berserakan di atas kasur.

Lalu Elin masuk membawakan makan siang yang kesiangan.

ELIN

MENI BAU PISAN IH KENCINGNYA! MAKANNYA NAON SIH INI ANAK?

Elin yang kesal karena bau pesing, makin kesal saat melihat Ranaya masih tidur siang.

ELIN

Malah tidur siang lagi, bukannya nulis.

Elin mengampiri Ranaya.

ELIN

HEH! BANGUN!

Elin menarik rambut Ranaya kuat-kuat hingga mendongak ke arahnya.

Ranaya yang sedang pulas langsung meringis.

ELIN

UDAH KAYA RAYA LAGI EMANG TIDUR SIANG? HAH?!

Elin melepas rambut Ranaya seraya mendorong kepalanya.

ELIN

TUH DAHAR! ABIS ITU LANJUT LAGI NULISNYA!

Ranaya bangun perlahan dan merapikan rambut yang berantakan.

RANAYA

Tintanya habis.

ELIN

Ah masa?

Elin beranjak dan mengambil bolpoin dari atas meja rias. Kemudian dia mencoret-coret kertas kosong.

Kita melihat warna hitam yang keluar dari bolpoin perlahan memudar dan hilang seutuhnya.

ELIN

Tunggu sebentar.

Elin ke luar kamar Ranaya.

Tak lama Elin kembali membawa bolpoin yang lain untuk Ranaya.

ELIN

Nih! Adanya spidol.

Elin menyodorkan spidol berwrna merah dan langsung diterima Ranaya.

ELIN

Abis makan langsung tulis lagi, ya.

RANAYA

Saya ingin buang air besar.

Elin terkekeh.

ELIN

Ya udah di situ aja lagi.

Elin menunjuk sudut ruangan dekat pintu tempat Ranaya BAK tadi pagi.

ELIN (CINT'D)

Gak usah cari-cari alasan deh untuk bisa keluar kamar. Mana hasil tuisanmu? saya mau baca juga.

RANAYA

Itu di meja.

Elin berjalan menuju meja rias, kemudian duduk di sana dan mulai membaca.

Wajah Elin berubah kesal ketika membaca lembar ke dua, dan semakin merah padam saat terus membacanya. Lalu tiba-tiba dia meremas kertas-kertas itu, melemparnya, dan mengahmpiri Ranaya penuh emosi.

Kita melihat Ranaya kaget dan ketakutan bukan main.

Elin langsung memukul wajah Ranaya ke kiri.

ELIN

BENAR-BENAR KURANG AJAR KAMU YA!

Belum sempat Ranaya mengusap wajahya yang sakit, Elin kembali memukul wajah Ranaya ke arah sebaliknya.

Darah segar mengalir pelan dari sela-sela bibir Ranaya.

Elin mencengkram ke dua pipi Ranaya kuat-kuat.

ELIN

BERANI-BERANINYA KAMU BILANG AKU PENCEMBURU DAN SUAMIKU ADALAH PENGGODA!?

RANAYA

Kan memang begitu. Bukannya kalian ingin saya menceritakan semua sesuai keadaan supaya semakin menarik?

Elin melepas pipi Ranaya, meski wajahnya masih terlihat kesal.

ELIN

Kamu beneran tadi pagi dia bilang kamu cantik dan menyentuh bahumu?

RANAYA

Untuk apa saya mengurangi isi cerita? Untuk melindungi perbuatannya?

Dada Elin naik turun seiring napasnya yang kian memburu. Lantas dia pergi begitu saja meninggalkan Ranaya yang tersenyum sinis.

RANAYA

Kena kalian.

Setelah cukup yakin Elin telah pergi, Ranaya bangun dan berjalan menuju meja rias. Di depan meja, dia memungut kertas yang sudah di remas Elin, kemudian berusaha merapikannya kembali di atas meja.

Setelah itu, Ranaya mengambil spidol berwarna merah tadi.

RANAYA

Bagus, spidol lebih cepat habis.

Ranaya mendorong meja riasnya ke depan.

Kita melihat coretan-coretan pada dinding belakang meja rias dengan tinta hitam, yang begitu semrawut dan sangat banyak.

Dengan hati-hati Ranaya duduk di lantai kemudian menyoret-nyoret dinding yang sama. Tujuannya tak lain adalah supaya tintanya cepat habis. Sehingga dia bisa segera mendapatkan handphonenya dengan asalan menulis. Tapi Ranaya tetap melanjutkan menulis pada kertas, agar mereka tidak terlalu curiga.

CUT TO

42.KAMAR DODI ELIN-SORE

Elin masuk ke kamar dengan wajah penuh emosi, lalu membanting pintu. Berselang sekian detik, Dodi masuk juga tak kalah emosi.

DODI

Aya naon deui sih Buk?

ELIN

Bapak jangan ambil kesempatan dalam kesempitan ya!

DODI

Maksudna naon?

Elin mengangkat telunjuk kanannya.

ELIN

Sakali deui aing nyaho maneh ngedeketan Si Eta, Aing moal segan-segan nelpon pulisi. Kajeun teuing teu tiasa bayar utang! Kajeun teuing urang dipenjara!

Dodi mendengkus.

DODI

Kata siapa Bapak deketin anak itu Ibu?

ELIN

Udahlah, Pak. Ibu udah baca apa yang Bapak bilang ke dia sambil pegang bahunya.

DODI

Itu ... itu Bapak malah belum tahu apa-apa. Bisa aja dia ngarang untuk nambahin cerita.

ELIN

Gak mungkin! Kan kita yang minta dia untuk menceritakan semua apa adanya.

Dodi salah tingkah.

DODI

Tapi bukan berarti dia gak bisa ngarang cerita kan, Bu?

Elin terdiam.

ELIN

Jadi dia bohong?

DODI

Ya keun wae atuh, selama itu bagus untuk cerita mah teu nanaon. Ya teu?

Elin terlihat gusar.

Dodi meraih bahu Elin.

DODI

Ibu Lamun ieu cerita meledak dipasaran, pan Ibu juga yang enak.

CUT TO

43.KAMAR RANAYA-MALAM

Ranaya bersusah payah mendorong kembali meja riasnya, agar berada di posisi semula.

Setelah itu dia meraih kalender meja, dan memberi tanda silang pada tanggal hari ini.

Ranaya mengembus napas pelan.

RANAYA

Pesananku hari ini belum datang juga.

Lalu tiba-tiba Ranaya merasakan mulas. Matanya terpejam sambil memegang perutnya.

Ranaya menoleh ke tempat dimana dia tadi buang air kecil, kemudian menggeleng pelan.

Tangan Ranaya mengepal dan memukul-mukul meja rias.

Tak lama kemudiam Elin masuk membawa makan malam dengam menu yang sama yaitu telur dadar.

Elin terkejut karena melihat makanan yang tadi siang belum dimakan Ranaya.

ELIN

Kenapa belum dimakan? Bukannya bersyukur masih dikasih makan.

RANAYA

Saya ingin buang air besar. Mana mungkin bisa makan.

Elin berubah jijik.

ELIN

Ya udah di situ aja lagi. Kan udah dibilangin tadi ku aing.

Lalu tiba-tiba tercium bau busuk.

Elin langsung memekik dan menutup hidungnya.

ELIN

IIIIH JOROK BANGET SIH!

Elin mendorong piring makanan yang ia bawa barusan.

ELIN (CONT'D)

Ya udah, tuh makanannya!

Elin bergidik dan hendak meninggalkan Ranaya.

Air mata Ranaya menggenang dan nyaris tumpah.

RANAYA

Tolong. Saya harus membersihkan diri.

ELIN

Ya udah ya udah hayuk cepet!

Elin dan Ranaya keluar kamar dan berjalan menuju kamar mandi bersamaan setelah Ranaya mengambil baju ganti.

CUT TO

44.KAMAR MANDI-MALAM

Ranaya masuk ke kamar mandi diikuti Elin yang juga ikut masuk.

Ranaya rerkejut melihat Elin ikut masuk.

ELIN

Cepetan! Ngapain malah ngeliatin?

Kita melihat tangan Ranaya bergerak-gerak membuka celananya. Sementara Elin terlihat mual.

RANAYA

Kalau jijik ya di luar aja.

Elin menjadi salah tingkah.

ELIN

Langsung dibersihin aja bajunya.

Ranaya tak menjawab

Saat sedang membersihkan pakaiannya, Ranaya melirik Elin.

RANAYA

Apa dia memang suka begitu dari dulu?

Elin langsung menoleh.

ELIN

Naon maksudna?

RANAYA

Suamimu. Apa dia memang suka menggoda perempuan lebih muda?

ELIN

Tong kurang ajar maneh!

Ranaya tersenyum.

RANAYA

Bukan begitu. Saya cuma pengen Bibi waspada dengan dia. Karena dia bisa berubah pikiran kapan saja dan menyingkirkan Bibi.

Ranaya membalik badan dan menyingkap rambutnya.

RANAYA (CONT'D)

Apalagi kita cuma bertiga di sini.

Elin terlihat gusar.

ELIN

Gak mungkin! Gak! Gak mungkin! Rumah ini kan untuk melunasi hutangnya. Jadi gak mungkin dia pakai untuk senang-senang.

RANAYA

Kata Mang Dodi saat Bibi sedang mengasah pisau, 'Gak ada tempat aman di dunia ini'. Ingat itu, kan?

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar