Tinta Darah
5. 05

28.KAMAR RANAYA-MALAM

Kita melihat punggung Dodi dan Elin. Kemudian mereka membawa Ranaya yang masih pingsan ke kamar mandi. Ranaya mulai setengah sadar. Dia membuka mata perlahan dan pasrah saat dibawa.

CUT TO

29.KAMAR MANDI-MALAM

Dodi dan Elin palsu mendudukan Ranaya di lantai kamar mandi dengan kasar. Lalu Elin mengambil semprotan toilet dan menyemprotkannya pada Ranaya.

Ranaya sontak terpejam dan menggeram. Dia berusaha mengelak, tapi Elin palsu selalu mengikuti arah kepalanya.

ELIN

Geus sadar belum?? Hah?!

Elin mengacak rambut Ranaya hingga kepalanya bergoyang.

DODI

Cuma digituin aja pingsan. Udah jam berapa ini? Harusnya kamu teh udah mulai nulis!

Ranaya yang masih lemas, tak bisa melawan kali ini. Dia hanya tertunduk dan air menetes cepat dari helai rambutnya.

RANAYA

Jadi ide cerita yang kemarin kamu bilang, itu sebenarnya kalian?

Dodi dan elin tertawa mengejek.

ELIN

Muhun atuh geulis. Kami emang bukan Dodi dan Elin yang asli. Tapi, gak ada satu orang pun yang tahu kan?

RANAYA

Dari mana? Kalian tau dari mana tentang aku?

DODI

Kamu akan mengetahui itu nanti saat mulai menulis.

Dodi menarik kasar lengan Ranaya.

DODI (CONT'D)

Sekarang cepat bangun! ganti baju dan mulai menulis!

Dodi menarik Ranaya keluar dari kamar mandi.

DODI (CONT'D)

Tenang aja. urang moal terlalu keras sekarang mah. Sebab urang mau maneh hirup keneh sampe cerita ini tamat.

Dodi terus menyeret lengan Ranaya hingga tiba di depan kamar.

Ranaya terkejut melihat pintu kamarnya telah berubah menjadi tralis besi layaknya penjara. Besi itu lah yang Ranaya lihat saat malam pertama tiba di rumahnya.

Elin membuka kunci gembok pada tralis besi.

DODI

Kenapa? Tralis besi yang kamu lihat malam itu, memang untuk kamu.

Dodi menyeret ranaya masuk ke dalam kamar.

DODI

Cepet ganti baju!

Ranaya hanya diam dan menatap seisi kamarnya yang terlihat suram. Matanya terhenti pada jendela kamar yang juga telah diberi tralis besi tambahan.

Dodi mendorong tubuh ranaya agar mendekat ke lemari baju.

DODI

CEPETAN!

Ranaya membuka lemari baju perlahan dan mengambil baju dari dalamnya. Setelah itu Ranaya kembali diam menatap Dodi dan Elin bergantian.

DODI

KUNAON CICING WAE? ENGGAL BUKA BAJUNA!

Ranaya menarik napas dan memejamkan mata kemudian mengembuskannya pelan-pelan.

Sambil menatap Elin, Ranaya membuka kaosnya perlahan. Kulit putih pada perutnya yang rata dan ramping mulai tersingkap.

Mata Dodi seketika berbinar, dan kita melihat Elin mulai menyadari itu. Elin terbelalak penuh emosi ketika menoleh ke arah Dodi di sebelahnya.

ELIN

Hayuk keluar dulu!

Elin menarik lengan Dodi.

Dodi yang tak siap hanya bisa mengikuti ajakan istrinya.

Ranaya melihat mereka tanpa ekspresi

CUT TO

30.TANGGA RUMAH-MALAM

Elin terus menarik tangan Dodi, dan Dodi berusaha mengimbangi langkah Elin menuruni tangga.

Begitu tiba di bawah, Dodi melepas paksa tangannya.

DODI

Kunaon si Ibu teh??

ELIN

Bapak yang kunaon?! Sengaja pengen ngeliatin Ranaya buka baju?

Dodi terkesiap dan salah tingkah.

DODI

Eeee lain kitu Bu. Maksud Bapak teh supaya Ranaya bener-bener ngikutin maunya kita.

Elin membuang mukanya sambil bersedekap.

CUT TO

31.KAMAR RANAYA-MALAM

Ranaya yang masih mengenakan pakaian yang sama mendekati pintu tralis besi yang lupa dikunci Elin.

Dia berjalan perlahan hingga meraih pembatas kayu yang ada di depan kamarnya, kemudian melihat ke bawah.

Dari atas kita melihat Dodi dan Elin masih berdebat.

ELIN

Ya bukan berarti Bapak ngeliatinnya kaya gitu atuh.

DODI

Lho, emang Bapak ngeliatinnya kumaha, Bu? Perasaan biasa wae.

Dodi meraih bahu Elin dan mengarahkannya agar menghadap Dodi.

DODI

Lagi pula, Bu. Semakin dia tersiksa, bukannya lebih bagus buat ditulis? Iya teu?

Ranaya segera menangkap momen itu untuk membebaskan diri. Dia berlari menuju kamar orang tuanya yang memiliki balkon.

CUT TO

32.KAMAR ORTU RANAYA-MALAM

Ranaya membuka pintu dan terus berlari menuju balkon, menyusuri kamar orang tuanya. Namun sayang pintu menuju balkon ternyata di kunci.

Mau tidak mau Ranaya harus mencarinya terlebih dahulu.

Dengan tangan bergetar hebat dan napas yang tersengal, Ranaya membuka beberapa laci dan kotak penyimpanan yang ada di kamar orang tuanya. Dia keluarkan juga semua isinya ke lantai agar lebih cepat mendapatkan kunci.

Setelah berkutat selama lima menit penuh keringat, Ranaya berhasil mendapatkan sepasang kunci. Dia segera berlari menuju pintu balkon, dan mencoba membukanya sambil bergetar. Tapi ternyata itu bukan kunci yang tepat.

Ranaya kembali mengeluarkan isi laci dan kotak yang belum sempat dia periksa termasuk laci yang ada di dalam lemari pakaian.

Ranaya kembali menemukan sebuah kunci pada laci lemari pakaian dan segera mencobanya.

RANAYA

YES!

Ranaya berhasil membuka pintu balkon dan dia segera keluar.

CUT TO

33.BALKON-MALAM

Sambil memegang pembatas balkon, Ranaya menunduk melihat ke bawah guna memperkirakan ketinggian jika melompat nanti.

Sebagai cewek yang belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya, Ranaya jelas ketakutan.

Berkali-kali kakinya kembali ia turunkan karena merasa ngeri. Berkali-kali juga ia menoleh ke belakang untuk meyakinkan diri.

Kemudian Ranaya mulai menguatkan tekad. Kakinya mulai menaiki pembatas balkon hingga akhirnya dia berhasil berdiri di pinggir balkon membelakangi pintu. sementara ke dua tangannya masih memegangi pembatas.

Ranaya diam beberapa detik di pinggir balkon, lalu dia mulai menuruni balkon dengan cara menghadap tembok serta berpijak pada tembok-tembok yang menjorok ke luar.

Setelah berjarak cukup dekat dengan tanah, Ranaya melepaskan pegangan, dan melompat.

Fx Suara Ranaya jatuh ke tanah.

Ranaya mengerang kesakitan karena jatuh dengan kaki yang tidak sanggup menopang. Dia meringkuk sambil memegangi bahunya. Namun Ranaya tak ingin kehilangan kesempatan untuk lari.

CUT TO

34.DI DEPAN TANGGA RUMAH-MALAM

Elin dan Dodi yang masih berdebat, menoleh bersamaan ketika mendengar suara benda jatuh.

Mereka segera berjalan cepat ke luar rumah dengan wajah kesal.

CUT TO

35.PEKARANGAN-MALAM

Sekuat tenaga Ranaya segera bangkit dan berlari menyusuri pekarangan rumahnya yang penuh ilalang di malam hari gelap.

Hingga tiba-tiba sesuatu yang tajam menjerat kakinya.

FX suara benda tajam mengenai kaki.

Seketika Ranaya berteriak dan kembali terjatuh.

Kita melihat Ranaya terkejut melihat kaki kanannya telah terkena perangkap kaki hewan buas yang bergerigi tajam. Ranaya kembali mengerang dan ke dua tangannya bergetar di sisi kaki kanannya.

Darah segar mengalir dari tiap gerigi yang menancap menembus kulit dan daging Ranaya.

Beberapa detik Ranaya mencoba mengendalikan isakan tangisnya. Kemudian secara sadar dia berusaha membuka perangkap itu.

RANAYA

AAARRGGHHH!

Ranaya kembali mengerang karena gerigi tajam itu terangkat sedikit. Namun karena berat dan menancap kuat, perangkap besi itu terlepas dari ke dua tangan Ranaya.

Ranaya menjerit semakin jadi karena hentakan dari perangkap yang mengakibatkan lukanya semakin dalam.

Elin dan Dodi datang dan menghampiri Ranaya yang tak jauh dati pintu utama.

Di depan Ranaya, mereka menatapnya sinis. Kemudian Elin berlutut.

Ranaya menatap penuh ketakutan.

Elin tetap mendekat dan menyentuh rambut Ranaya.

ELIN

Tenaang, jangan takut. Kami tidak akan menyiksamu untuk saat ini meski telah berusaha lari. Kami tidak ingin kamu mati sebelum ceritanya tamat.

Dodi berjalan ke belakang Ranaya kemudian menyeret Ranaya dari belakang.

Perangkap besi yang masih menancap dan ikut terseret kembali memberi rasa sakit pada Ranaya. Dia kembali berteriak.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar