The Junkie
13. Papa Ditangkap
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH — SIANG

Raka tiba di rumah. Wajahnya tampak gembira dan nyaman saat menginjakkan kaki di halaman.

Raka membuka pintu bertangkai kuningan.

RATNA

Mama terus menanyakanmu. Berkali-kali dihubungi kenapa nggak kau angkat, Raka?! (tanya Ratna tiba-tiba dari atas tangga)

RAKA

Astaga?! Kakak membuat jantungku hampir copot. (Raka kaget tak menyadari kehadiran Ratna)

RATNA

Jangan sering kosong pikiranmu, Ka.

RAKA

Eh, Kak. Ini rumah aku ngerasa seperti ada sesuatu yang beda seolah memberi aura positif. Tapi apa, ya Kak?

RATNA

Mandi dulu nanti Kakak jelasin, deh.

Raka merasa nyaman dan senang. Rumah tampak berbeda, lebih rapi, banyak hiasan tanaman kehijauan, terasa adem.

Terdengar suara orang mandi, Raka mandi dan berganti pakaian. Ratna menenteng laptop sambil mendekati Raka yang nonton TV.

Ratna membuka laptop lalu memposisikan kursor pada file dokumen. Ratna membuka file itu.

Raka tampak menunggu tapi tak sabar juga.

RAKA

Kak?

RATNA

Hemmm (sambil konsentrasi ngetik di laptop)

Wajah Raka tampak khawatir jika Ratna tahu dirinya sedang dalam keadaan kurang waras.

RAKA (VO)

Ah, tidak mungkin kakak tahu bahwa adiknya adalah seorang jungkie.

Ratna menghentikan kegiatan mengetiknya, lalu memandangi Raka.

RATNA

Banyak pemuda yang tidak seberuntung dirimu.

RAKA

Maksud Kakak?

RATNA

Oh, lupakan. Oya, kamu ingin mendengar penjelasan Kakak tentang kondisi rumah ini yang pernah kau anggap neraka, kan?

RAKA

Jangan buat aku penasaran dong, Kak.

RATNA

Papa tidak ada di rumah. Mungkin itu yang bikin aura rumah ini jadi adem.

RAKA

Papa tidak ada di rumah kan hal yang biasa.

RATNA

Bukan karena itu, Ka.

RAKA

Lantas?

RATNA

Semalam Papa ditangkap.

RAKA

Whats?!!

Raka terkejut dan langsung bengong. Wajahnya berubah. Matanya berkabut kesedihan, namun dia berusaha menegarkan diri.

RATNA

Kau menangis?

Raka terdiam beku.

RATNA

Ini adalah jawaban dari pesan yang sering Kakak katakan denganmu. Tapi kakak tidak menyalahkanmu kok, Ka.

Raka melihat tubuh Ratna gemetaran, dan wajahnya mulai keluar banyak keringat. Tangannya mulai mengetik lagi di laptop.

RAKA

Kak, istirahatlah. Tutuplah laptopmu, kesehatan lebih penting, masih banyak waktu buat menulis bisa besok lusa. 

Tubuh Ratna makin gemetaran seperti Raka saat wakas. Nafasnya terasa sesak, dadanya naik turun. Ratna mematikan laptop dan melangkah ke kamar dengan lemah.

Raka menuju kamar kakak, mengintip melalui celah pintu kamar. Ratna minum obat lalu berbaring.

RAKA (VO)

Hari ini hari paling nestapa. Vena meninggal, Semilla kena HIV, Papa ditangkap polisi, dan penyakit jantung kakak yang makin memburuk, bagaimana jika Kak Ratna meninggal?

Wajah Raka berubah sedih dan cemas.

RAKA (VO)

Hanya kakak yang mau ngertiin aku.

Raka masuk kamar Ratna, dan duduk di dekat Ratna yang terlelap. Air mata Raka mulai menetes.

INT. APARTEMEN — SORE

Raka masuk apartemen Maya, ada Rendi dan Semilla yang duduk di sofa. Mereka diam saat Raka lewat. Beberapa kali Raka menyapa tapi tidak ada yang menjawab.

Raka jadi sensi dan sugestinya tiba-tiba muncul. Sekujur tubuhnya menggigil melihat wajah Semilla tak ubahnya seperti mayat hidup. Raka selintas melihat sesosok Vena.

Raka merasa rancu, panik, dan sangat sensitif. Dia menendang kursi, dan berkata, “Brengsek!!”

Maya mendekat.

MAYA

Raka, tenang, tenang.

Raka berhenti, dia berusaha menahan tubuhnya yang menggigil. Raka terduduk, mendekap kedua dengkulnya sambil gemetaran.

RAKA

Mungkin yang kau katakan hanya kebetulan saja? (suara Raka tersendat-sendat)

MAYA

Aku tahu yang kau maksud, tapi aku juga menahan rasa wakas sepertimu. Aku menantangnya dan ingin mengakhirinya. Dan itu juga dirasakan Semilla!

Rendi ke dapur, memasak air.

RAKA

Baiklah! Lupakan itu, kini yang kubutuhkan amphet. Apa kau tega melihatku seperti ini? (Raka makin menggigil)

MAYA

Ada sisa sedikit (berbisik lirih sambil menoleh takut ketahuan Rendi) Amphet Blue Ice, barang bagus, tapi di mana kau akan menyelam?

SEMILLA

Gila kalian (suara Semilla lirih)

MAYA

Itu tidak penting. Sekarang bagaimana caranya bermain?

RAKA

Kenapa mesti bingung? Seperti baru bermain sehari dua hari saja.

MAYA

Bukan masalah itu, Raka.

RAKA

Lalu apa?

MAYA

Aku menaruhnya di laci, bingung ngambilnya.

Dari dapur terdengar dering telepon, Rendi mengangkat ponselnya. Ia menerima telepon sambil jalan mendekati mereka.

RAKA

Ambillah

Mereka kaget karena tak menyadari Rendi mendekat.

RENDI

Kalian bicara apa, pakai berbisik-bisik kayak rahasia, aku pamit dulu. Ada acara mendadak yang aku harus jadi pembicara. Banyak jalan untuk melawan. Kita satu angkatan dan aku mampu. Itu menandakan kalian juga mampu!

Rendi meringis dan melangkah ke luar. Semilla angkat bahu, Maya juga.

Raka mondar-mandir. Terkadang menyiksa diri membentur-benturkan kepalanya di tembok karena tak mampu menahan rasa wakas.

RAKA

Aku tak sabar pingin nyelam. Aku benar-benar tidak mampu menahan. Tolong ambilkan satu mili saja.

MAYA

Kau memang gila!

SEMILLA

Sejak dulu selalu begitu, May. Cuma, dia tidak seperti kami yang sering gonta-ganti pasangan.

RAKA

Ayolah, sudah tak ada Rendi, kalian juga mau kan.

Maya mencari alat dan Blue Ice, lalu menyodorkannya pada Raka, alat bong.

Mereka mulai pake. Raka diapit dua perempuan. Maya mulai gila, mencopot satu persatu pakaiannya. Hanya tersisa dalamannya saja. Maya menari di depan TV LCD 45inc.

SEMILLA

Kau kenal Maya di mana?

RAKA

Di room purel. Bukannya tempat itu sering juga kau datangi?

Beberapa kali Maya menarik lengan Raka untuk diajak berdansa. Raka enggan berdiri.

Air di dalam botol mineral mini terus berputar, dan suara gelembung semakin melemparkan ketiganya lebih fly.

Raka tersenyum dan tertawa karena merasa berada di pantai, terbang di atas pelangi, awan, bintang, dan bulan. Lantas mereka bertiga bergumul dalam berahi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar