Sweet Taste of Demise
5. The Physical Impossibility of Death in The Mind of Someone Living - Damien Hirst (1991)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. VENUE KONSER KAMPUS — SIANG

Dari jauh terlihat TIRTA, rambut terikat berkaus hitam sleeveless, dan anggota HANUMEN sedang melakukan sound check.

Tirta melambaikan tangan melihat Nanta, tersenyum. Nanta tersenyum, tiba-tiba Anitya terlihat berdiri di samping Nanta. Alis Tirta menyimpul. Nanta dan Anitya melambai ke Tirta. Tirta lanjut mengotak-atik gitar.



CUT TO:

Wrath by Monkey to Millionaire starts playing.

Hanumen tengah memainkan lagu, Tirta beryanyi bersama VOKALIS HANUMEN.

VOKALIS HANUMEN

🎵...Well you might wanna slow down
Cause you're moving too fast...🎵


Tirta melihat ke arah Nanta dan Anitya. Nanta sedang merokok. Alis Tirta menyimpul. Anitya sedang menatap ke arah Nanta lekat-lekat. Nanta melihat panggung. Anitya menekan-nekan pipi Nanta yang terlihat fokus. Tirta memainkan gitar lebih bertenaga. Nanta menoleh ke Anitya.


TIRTA

🎵...Well you might wanna slow down
Because you're fading too fast...🎵


Anitya tersenyum lebar, Nanta balas tersenyum, pandangannya tidak lepas dari Anitya


VOKALIS HANUMEN

🎵...Well you might wanna slow down
Because you're moving too fast...🎵


Tirta memainkan gitar lebih bertenaga, tetesan darah mengalir di senar gitar dari jarinya yang lecet.


TIRTA

🎵...Well you might wanna slow down
You might losing your break and crush...🎵


CUT TO:


Anggota Hanumen sedang berbincang-bincang dengan Nanta dan Anitya. Vokalis Hanumen memberikan CD EP ke Anitya. Di CD itu terlihat tertuliskan HANUMEN - 98.8% VANARA juga 4 anggota hanumen berdiri menghadap ke depan, semua memakai eyepatch, dua orang di mata kanan, dua orang di mata kiri, semua memakai kaus hitam bertuliskan Hanumen. Baju salah satu anggota di gambar ada yang berbercak putih pudar di area perut, anggota yang sedang hilang. Mata Anitya terbuka lebar juga tersenyum sama lebar saat diberikan CD. Sebuah anting taring kecil persis seperti milik Mida bergantung di salah satu telinga Anitya.

Nanta, Anitya, Tirta, dan anggota Hanumen berfoto bersama, Anitya menyelipkan tangannya ke lengan Nanta, setengah memeluk. Nanta pamit ke Tirta dan para Hanumen dan beranjak pergi bersama Anitya. Tirta melihat mereka berdua berjalan pergi dari belakang, mengelus jari berperban, tanpa ekspresi.


EXT. PANTAI — SIANG.

Sebuah awan besar melayang sangat lambat di atas langit biru. Suara Angin berdesir. Layangan besar melayang di langit.

Terlihat layangan tersebut dari jarak lebih jauh, melayang santai di atas laut.

Kelly Johnson by Pirato Ketchup starts playing.

NANTA dan ANITYA duduk di pasir menonton seseorang memainkan layangan.


CUT TO:


Nanta dan Anitya sedang berjalan-jalan di sekitar tebing tinggi laut, ada beberapa orang lain di sekitar mereka juga sedang melihat-lihat tebing. Nanta berjalan menuju ujung tebing. Dari atas terlihat ombak menabrak tebing, berdebur dan surut. Dari bawah terlihat Nanta sedang melihat ke bawah, lama. Ombak sedang surut, lalu berdebur kembali. Dari samping terlihat sepatu Nanta setengah melangkah ke luar batas tebing.


MATCH TO:


Terlihat kaki Anitya tak bersepatu di pasir, berlari-lari kecil. Terlihat Nanta bejalan di belakang Anitya, memegang sepatu. Anitya menoleh ke belakang, dari dekat terlihat tangannya direntangkan ke depan, seakan hendak menarik.


MATCH TO:


Sepasang tangan di sebuah tali tambang, menarik mundur ke kanan, banyak pasang tangan-tangan di tali tambang menarik mundur ke kiri.

Terlihat orang-orang sedang main tarik tambang. Anitya dan Nanta di sisi saling berlawanan, Anitya kiri Nanta kanan. Sisi Nanta lebih dekat ke garis batas, terlihat kewalahan. Sisi Anitya mempunyai lebih banyak orang berbadan besar. Posisi badan Nanta menarik kebelakang sekuat tenaga, menahan posisi dengan tumit, pasir sedikit menumpuk di situ. Orang pada posisi paling belakang di sisi Anitya menghentak tali.

Dari sudut pandang Nanta pemandangan berubah dari barisan orang menarik tali menjadi langit. Nanta setengah melayang jatuh ke belakang pasir.


MATCH TO:


Dari bawah terlihat langit, sejenak terlihat Anitya lewat, melayang duduk di atas ayunan, langit kembali terlihat, Anitya kembali melayang lewat. Terlihat tangan Nanta mendorong ayunan, terlihat Anitya terbang dalam ayunan dari depan.


J CUT TO:


Suara hujan. Setengah wajah Anitya, menghisap rokok. Setengah wajah Nanta, menghembus asap rokok. Dari belakang terlihat Nanta dan Anitya duduk di ujung salah satu sisi pondok, hujan. Ada sisa-sisa jagung bakar yang sudah dimakan dan dua kelapa dengan sedotan di atas lantai kayu pondok. Nanta duduk bersandar di tiang, menghadap Anitya, menoleh ke samping, melihat laut. Anitya duduk di ujung, mengoyang-goyangkan kaki. Dari sudut pandang Nanta terlihat lutut hingga ujung kaki Anitya, bergoyang bergantian, santai, terlihat tato di dekat pergelangan kaki anitya, mirip tato Kaya.

Dari depan terlihat wajah Nanta sedang melihat ke arah kaki Anitya, ekspresinya seakan baru pertama kali melihat tato itu. Nanta lanjut melihat wajah Anitya, dari samping Anitya menghembus rokok khidmat, anting taringnya bergoyang halus ditiup angin. Nanta kembali menoleh ke samping, melihat hujan jatuh di tengah gemuruh laut berombak.


EXT. MANSION KELUARGA KARIM — SORE

Kelly Johnson by Pirato Ketchup still playing.

NANTA membonceng masuk ANITYA dengan motornya melewati pintu gerbang otomatis mansion, menyusuri driveway yang dihiasi pohon dan rumput indah, semak-semak bunga mawar tersebar di banyak area mansion.

Nanta berjalan bersama Anitya melewati area taman menuju rumah Anitya. PAK SAMAD terlihat sedang merawat semak bunga mawar, ia lalu bangkit mendekat, menyambut senang. Nanta berjabat tangan dengan Pak Samad, berbincang-bincang sejenak.

Anitya dan Nanta lanjut berjalan masuk ke dalam rumah. Sebelum pintu tertutup, Nanta menoleh melihat Pak Samad, ia melambai ramah ke arah Nanta.


INT. MANSION KELUARGA KARIM — SORE

Kelly Johnson by Pirato Ketchup continues playing.

NANTA mengekor di belakang ANITYA, melewati salah satu dari dua tangan di sisi lobi yang mempertegas luasnya rumah. Dibawa menyusuri lorong rumah, berbelok ke kiri menuju ruang tamu, berbelok ke kanan, menuju ruang keluarga, kembali ke lorong, lalu turun, melewati ruang piala prestasi keluarga (dari semua nama anggota keluarga, hanya nama Anitya yang tidak tertera di piagam/plakat manapun), menuju ruang tamu dengan piano, lalu naik kembali, terus berjalan hingga Nanta sampai di depan pintu kamar Anitya.

Pintu itu berwarna putih, permukaannya dihiasi lukisan suluran berduri bunga mawar. Anitya mempersilahkan Nanta membuka pintu, mempersilahkan masuk. Kenop pintu itu dari kristal, bundar, dan ada mahkota mawar merah terperangkap di dalamnya.

INT. MANSION KELUARGA KARIM - KAMAR ANITYA — SORE

Kelly Johnson by Pirato Ketchup keep playing.

Mata NANTA terbuka lebar melihat luas kamar ANITYA. Kasurnya besar, terdapat sofa panjang, dua kursi sofa kecil, coffee table bundar, meja belajar, kasur kecil untuk membaca beserta rak buku, cermin panjang, dan dua pintu kaca untuk menuju area teras menghadap salah satu taman. Kamar itu juga bertemakan mawar, merah juga putih.

Anitya menarik tangan Nanta pelan menuju sofa panjang yang menghadap ke taman. Sebuah brankas kecil terlihat di bawah meja belajar Anitya.


CUT TO:


Langit penuh pendar merah, malam hampir tiba. Anitya dan Nanta duduk di sofa, memandangi matahari terbenam. Tangan Anitya berpindah ke atas tangan Nanta. Nanta menoleh. Anitya menatap Nanta penuh tanda. Nanta menangkap maksud Anitya. Anitya menyadari reaksi Nanta. Mereka berdua saling menatap beberapa detik abadi.

Matahari semakin tenggelam. Tangan Nanta menggengam tangan Anitya. Anitya perlahan mulai mendekatkan wajahnya ke Nanta, begitu pula Nanta. Wajah mereka semakin dekat, kedua pasang mata mulai menutup. Cahaya semakin temaram. Nafas mereka mulai menyapu wajah satu sama lain, bibir mereka sedikit lagi menyentuh. Pancaran terakhir matahari terpantulkan oleh cermin, mengenai mata Nanta. Nanta relfeks membuka mata dan melirik ke arah cermin.

Semua suara mendadak hilang.


INT. RUMAH NANTA — SIANG

Dunia gelap. Yang terlihat hanya cermin dan pantulannya. Sebuah tengkorak menggigit rokok dengan asap lemah.


INT. MANSION KELUARGA KARIM - KAMAR ANITYA — SORE

Sebuah tangan menghalangi bibir ANITYA menjemput bibir NANTA. Tangan Nanta, yang tidak lagi menggenggam Anitya. Nanta tersenyum lemah.


NANTA

Kecepetan. Ada orang tuamu di rumah. Nanti-nanti aja ya.


Kedua alis Anitya terangkat, sedikit kaget, lalu ia tersenyum, senyum lega, berlanjut senyum penuh afeksi.

Mereka berdua lanjut melihat sisa cahaya matahari, berpegang tangan. Nanta tak bisa berhenti menatap senja. Anitya tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Nanta. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar