Sweet Taste of Demise
2. Titik Nyeri - F.X. Harsono (2007)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. KANTIN FAKULTAS P — PAGI

Terlihat sepasang mata DUGA sedang menatap ke suatu hal jauh dari tempatnya berada. Suara riuh orang berlalu-lalang terdengar. Rintik-rintik hujan jatuh menubruk genting.

Terlihat dari depan Duga duduk sendiri di sebuah meja yang bisa menampung 4 orang. Pandangannya tidak berubah. Di meja terlihat ada makanan di atas piring, sendok sudah ditumpuki makanan siap disuap.

Masih dari depan, dengan jarak sedikit jauh, perlahan Duga mulai mengangkat sendok menyuapi dirinya, perlahan pula pemandangan mendekat kembali ke Duga, ke matanya yang masih tak bergeming menatap. Suara riuh sedikit teredam.

Semakin dekat ke Duga. Makanan masuk ke mulut Duga, dikunyah perlahan, sendok masih melayang dekat mulut, cincin hitamnya mengkilap sejenak. Semakin dekat ke Duga, ke pandangannya, masuk ke dalam bola matanya. Suara riuh hilang sepenuhnya.

Terlihat ANITYA, agak jauh dari tempat Duga berada, duduk bersama teman-temannya. Anitya sedang minum jus stroberi dari gelas plastik. Mata Duga menatap lekat-lekat sosok itu.


INT. KAMAR DUGA — MALAM

Klak. Kaca jendela digeser tutup. Tangan masih menempel di kaca. Di luar, sebuah kupu-kupu hitam terbang menjauh. Dari luar jendela terlihat DUGA di dalam kamar menatap kupu-kupu itu.

Pintu mendadak terbuka. Sebuah kepala dengan rambut keriting semi-afro menyembul dari luar. Sebuah anting berbentuk taring putih kecil menghiasi salah satu telinga. Pemilik kepala tersenyum lebar. Ia adalah Mida.Duga menoleh ke Mida, ekspresinya biasa saja.


DUGA

Apaan?


MIDA

Masih ketemuan sama Kaya ga?


DUGA

(ekspresi berubah suram, suara lemah)

Ga...


MIDA

Gue baru tau Kaya punya tato


DUGA

(ekspresi bingung)

Ha?


MIDA

Lu belum denger? Bentar gw kirim.


Mida mengambil smartphone dan menekan-nekannya. Ping! smartphone Duga di atas kasur menyala. Di atas kasur juga terlihat buku Fight Club. Duga mengambil smartphone dan membuka pesan dari Mida. Sebuah himbauan orang hilang. Mata Duga menyisir baris-baris tulisan.

"Telah hilang KAYA LAHUTA, mahasiswi fakultas ..."

"...memiliki rambut bob pendek berponi ..."

"... 165 cm."

"Bertato seperti gambar di dekat mata kaki kanan."

"terakhir terlihat di..."

Di ujung himbauan terlampir foto Kaya Lahuta dan tatonya. Mata Duga sedikit bergetar. Melihat ke arah Mida.

MIDA

(mengendikkan bahu)

Kirain kabur bareng lu.

 

DUGA

(mengalihkan pandangan dari Mida)

Udah sebulanan ga ketemu.


MIDA

Ha? kok?


DUGA

(pasrah)

Yaa gitu... Sama dia di-ghosting juga.


MIDA

(simpatik)

oof, kasian amat manusia.


Duga menghela nafas panjang. Ia menatap layar smartphone yang telah gelap, bayang raut depresif Duga menatap balik ke dirinya.

MIDA

btw, beneran ga mau ikut pindah ke apart bareng gue?


DUGA

(ketus)

Ga.


MIDA

Padahal tempatnya bagus, deket pantai.


DUGA

Ga punya uang Mida. Lagian tempatnya makin jauh dari kampus.


MIDA

Lah emang kenapa?


DUGA

Lu main doang yang ada. Gue yang ditanya terus entar sama anak fakultas kalo lu ngilang.


MIDA

(nyengir)

Tinggal ngulang lagi, pindah kampus, gampang.


Duga menggeleng-geleng pasrah. Mida melipir pergi. Menutup pintu. Duga melirik ke dompet lusuhnya di atas meja, menghela nafas. Ia lanjut melihat foto Kaya di jarkoman berita orang hilang.

Bayangan wajah Kaya muncul, tersenyum ke arah Duga. Tangan Duga menyapu lembut bibir lalu pipi Kaya. Tangan Kaya menahan pergelangan tangan Duga, ekspresinya kaget bercampur jijik. Gerak tangannya lanjut hendak melempar tangan Duga.

BRAKK!! Pintu tiba-tiba terbuka.

MIDA

(melempar kunci mobil)

Eh ini gw titip ke lu dulu ya.


Kunci menubruk wajah Duga, ia mengernyit tanpa suara, tak bergeming dua detik, lalu perlahan-lahan membuka sebelah mata.

Mida

(ekspresi bersalah)

Wah sorry.

(ekspresi bersalah lenyap)

Pake aja kalo lu mau. Gue males nyetir ke sana. Entar kalo butuh baru gue ambil lagi. Oke?


BRAKK!! Pintu langsung ditutup tanpa menunggu respon Duga. Wajah Duga terlihat kesal. Ia melihat kembali ke layar smartphone. Duga menyentuh pipi Kaya di foto dengan salah satu ujung jari. Ekspresi Duga tidak berubah.

INT. FAKULTAS P - KANTIN — SIANG

Mata DUGA masih fokus menatap, makanan masih terus ia suap.


MIDA

(menepuk punggung Duga)

Kok ga bilang lagi di sini?!


Sendok terlempar dari tangan Duga ke lantai. Dentingnya bergema. Orang-orang di sekitar melihat ke arah Duga dan MIDA, orang lain ikut melihat ke arah yang sama karena suasana mendadak lebih hening. ANITYA ikut melihat.

Mida mengambil sendok, ia nyengir ke para penonton, tanda minta maaf. Orang-orang lanjut dengan kesibukannya masing-masing. Mata Duga berusaha mencuri lirik ke arah Anitya, namun terlihat tidak berani menoleh.

Mida melihat tingkah Duga, lalu menoleh ke arah lirikan Duga. Mida tersenyum jahil. Anting taring kecilnya bergoyang-goyang.

DUGA

(ekpresi kusut dan malu)

Apaan sih mid?


MIDA

Jangan marah dong. Udah lama ga liat lu. Ga kangen gue? Tumben di sini.


DUGA

Lu yang tumben di sini.


Mida hanya balas tersenyum. Ia melirik ke arah Anitya.


MIDA

BTW, mobil atau motor?


DUGA

(menjawab malas)

Motor gue rusak.


MIDA

Pas banget. Anterin gue ya.


Duga membuka mulut hendak menolak.

MIDA

Gue beliin makan deh entar. Sama duit bensin. Lagian mobil gue juga.


Duga menghela nafas, pasrah. Mida melirik ke arah Anitya. Anitya dan teman-temannya sudah beranjak pergi dari meja, ke arah Duga dan Mida.

MIDA

(melambai menyapa)

Eh kenalin temen gue Duga.


Duga kaget, salah tingkah. Anitya dan teman-temannya balas melambai Mida, tersenyum ke arah Duga, lalu berbasa-basi sejenak dengan Mida sebelum lanjut beranjak. Mata Duga tidak pernah lepas dari Anitya.


EXT. FAKULTAS P - PARKIRAN — SIANG

Tetes demi tetes air menumpuk di atas mobil. DUGA menyetir, MIDA duduk santai di samping. Terlihat dari jauh Anitya sedang berdiri menunggu, berlindung dari hujan.


MIDA

Ga, bentar.


MIDA membuka kaca mobil. Menggeluarkan kepalanya lewat jendela.


MIDA

(setengah teriak)

Tya. Mau bareng ga? Gue anterin.


ANITYA

Masih ada kelas sampe malem Mid.


MIDA

Oh ya udah, kapan-kapan main tempat gue ayo, seru deket pantai.


ANITYA

(senyum ramah setengah bercanda)

Buat nyeret lu ke kampus kan? Biar lulus.


Mida tertawa keras. Antingnya bergoyang sama keras. Ia melambai ke Anitya, lalu menutup kaca. Anitya balas melambai. Mida menoleh dan tersenyum jahil, menepuk pundak Duga.


MIDA

Lain kali ya, Ga.


Duga lanjut menyetir, ia terus melihat Anitya melalui kaca spion.


SLOW DISSOLVE TO:


EXT. JALANAN - DEKAT KAMPUS — MALAM

Hujan semakin deras, bergemeretak tiap menubruk mobil sekuat tenaga. Embun menempel di permukaan kaca. Mobil sedang berhenti di perempatan lampu merah. Suara wiper berdetak bagai metronom. TEK TEK.

Dari sangat dekat terlihat mata Duga melirik ke kanan atas. Rambu bertuliskan "Universitas I" menunjuk ke kanan. TEK TEK.

Jari telunjuk Duga mengetuk-ngetuk setir. Timer lampu merah berubah dari 15 ke 14 ke 13. TEK TEK.

Duga menggemeretakkan jari bercincin dengan ibu jarinya. Sebuah keringat turun di samping pelipis Duga. TEK TEK.

Cahaya rambu merah menutup warna bola mata Duga. Papan Universitas I terlihat kembali. TEK TEK.

Jakunnya bergerak, menelan ludah. Cahaya rambu berubah hijau di permukaan mata Duga. TEK TEK.

Sepasang tangan memutar setir ke kanan.


EXT. JALANAN - UNIVERSITAS I — MALAM

DUGA terlihat celingak-celinguk di belakang setir selama berkendara, mencari-cari sosok seseorang. Wajahnya mendadak sedikit terkejut lalu tersenyum. Ia menarik nafas lalu menginjak pedal gas perlahan.

Terpantulkan bayang seseorang di kaca saat mobil mendekat dan berhenti di depan halte, pantulan bayangan terkaburkan oleh tetesan hujan. Jendela mobil terbuka.


DUGA

(agak ragu)

A..nitya?


Anitya melihat wajah Duga agak bingung. Tidak ada orang lain di halte.


ANITYA

(mencoba mengingat)

Duga ya?


DUGA

(tersenyum)

Lagi nunggu jemputan?


ANITYA

(menggangkat hp di tangan)

Engga, baru mau mesen.


DUGA

Hoo

(menelan ludah)

Mau bareng ga?


Anitya diam sejenak tidak langsung merespon.


ANITYA

Aku ke arah Atas tapi.


DUGA

Oh gue pulangnya ke arah sana kok.


Alis Anitya agak menyimpul. Berpikir. Ia mengangkat tangan melihat jam sejenak, jam bebek berwarna kuning. Mata Anitya melirik ke atas, berpikir, mempertimbangkan sesuatu.

Di belakang Anitya samar-samar terlihat papan informasi. Terdapat beragam poster orang hilang di sana. Baru, pudar, robek, tertimpa. Senyum kecil mengembang di wajah Anitya.


ANITYA

(menoleh ke Duga)

Boleh deh.


Anitya duduk di sebelah Duga. KLIK. Seatbelt terpasang. Ban mobil berputar berjalan.


INT. MOBIL — MALAM

DUGA malu-malu melirik wajah ANITYA selagi menyetir. Bulir-bulir air menempel di rambut Anitya. Suasana hening.

ANITYA

(masih melihat ke jalan)

Temen SMA Mida?


DUGA

Engga, dulu kenalnya waktu masih sefakultas.


ANITYA

Anak fakultas T juga?


Duga menoleh sejenak untuk mengangguk. Bulu mata Anitya yang lentik menarik perhatian Duga.


ANITYA

Ngekos bareng?


DUGA

Ga lagi, dia udah pindah.


Alis Anitya terangkat, ia melirik santai ke Duga, Duga fokus menyetir. Senyum tipis muncul sekilas di wajah Anitya.

ANITYA

Oh pantesan kamu pulangnya ga ke arah Bawah.


Suasana kembali hening. Canggung. Jalan demi jalan terlewati.

Just The Two of Us by Grover Washington, Jr. starts playing.

Mobil berhenti di lampu merah. Suasana masih hening. Duga kembali mencuri lirik. Matanya menyisir wajah Anitya dari ujung kepala hingga dagu(ada bulu mata di pipi Anitya), turun menyusuri lengan dan menatap lekat ke tangan di pangkuan pahanya. Tanpa sadar perlahan-lahan kepala Duga menoleh sepenuhnya ke Anitya.

Duga menatap kembali mata Anitya. Tiba-tiba Anitya menoleh. Badan Duga terhentak kecil, kaget, salah tingkah. Anitya tersenyum, matanya seakan bertanya kenapa.


DUGA

(canggung)

Ah itu. Ada bulu mata jatuh di pipi.


ANITYA

Oh iya?

(melihat-lihat sekitar mobil)

Punya tisu ga?


DUGA

Ada di kursi belakang.


Anitya berbalik ke belakang, tangannya meraih tisu. Di jok belakang ada tas Duga setengah terbuka, di dalamnya terlihat buku The Great Gatsby.


ANITYA

(kembali ke posisi semula)

Suka baca novel?


DUGA

Eh iya.


ANITYA

Novel favorit kamu apa?


Duga menoleh menatap Anitya. Pantulan lampu lalu lintas berubah hijau di bola mata Duga. Ban mobil berputar. Bangunan demi bangunan terlewati.


LONG CROSS DISSOLVE TO:


Dunia seakan melambat. Selama berkendara terlihat Duga berbincang dengan semangat sambil sesekali menoleh ke Anitya. Anitya mengangguk-angguk juga ikut berbicara merespon Duga. Hujan deras meredam segala suara. Dari dekat terlihat mulut Duga membentuk kata, lalu bibir Anitya juga membentuk kata. Kilat mata Anitya terlihat menghipnotis. Senyum lebar menghias wajah Duga.


DISSOLVE TO:


Hujan sudah reda. Anitya berdiri manis di trotoar, melambai ke Duga. Duga balas melambai. Senyum Anitya masih mengembang melihat mobil berjalan menuju kejauhan.


IRIS TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar