Sandyakala Payodanagari "Gardajita"
15. BAB 15

91. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – GUDANG – PAGI

Damar masuk ke dalam gudang dimana Nalendra disembunyikan. Dia memang diberi tugas untuk merawatnya. Namun dia juga memiliki motif tersembunyi. Mencari kebenaran dan tidak menduga-duga. 

Nalendra masih belum sadarkan diri. Damar menghampiri. Tangannya mendekat ke wajah, menyingkirkan penutup di wajah Nalendra. Damar mematung dengan mata berapi-api.

Pemuda yang dia selamatkan di dalam hutan adalah pembunuh kakeknya.

CUT TO:

92. EXT. PAYODAPURA - RUMAH BARU YADA – SORE

Beberapa hari kemudian.

Yada membawa Zhi Lan ke sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas di pinggiran Payodapura. Keduanya berdiri di halaman memandangi rumah itu.

ZHI LAN

Rumah siapa ini, Yada?

YADA

(tersipu)

Gusti Pangeran mengembalikanku ke pasukan dan memberiku kenaikan jabatan. Begitu juga dengan Wira dan Giriputra.

ZHI LAN

Kalian pantas mendapatkannya. Kalian sudah bekerja keras.

YADA

Aku tidak bisa melakukan itu semua tanpa bantuanmu. Tanpamu.

Yada tampak gugup dan tersipu di waktu bersamaan. Membuat Zhi Lan menebak-nebak.

YADA

(terbata)

Rumah ini adalah rumah baruku yang akan menjadi rumah kita.

ZHI LAN

Rumah kita?

YADA

(gugup)

Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya.

(berusaha tenang dengan menatap mata Zhi Lan)

Aku ingin hidup bersamamu di rumah ini.

Sebuah pinangan. Zhi Lan mematung.

YADA

Menikahlah denganku, Zhi Lan.

Zhi Lan mulai berkaca-kaca hingga air menetes dari matanya yang masih tenang. Membuat Yada bingung harus berbuat apa. Setelah beberapa saat terdiam, Zhi Lan menghela napas berat.

ZHI LAN

Maafkan aku, Yada.

Yada bingung.

ZHI LAN

(berat)

Aku tidak bisa menerima pinanganmu. Aku tidak bisa menikah denganmu.

Yada masih bingung. 

ZHI LAN

Aku akan menikahi Pangeran Gentala.

Yada mematung. Tidak lama hingga lelaki itu tertawa terpaksa.

YADA

Kau bergurau, seperti biasa.

Air mata mulai mengalir di pipi Zhi Lan. Membuat Yada gelisah dan merasa sesak napas.

ZHI LAN

Aku dan Pangeran Gentala, kami memiliki tujuan yang sama. Kami bisa mewujudkan mimpi kami jika melakukannya bersama. Dia ingin membawa Payoda menjadi negeri yang terbebas dari kekuasan negara lain,

YADA

(menggeleng)

Omong kosong. Ini tidak benar. Kalian bisa bekerja bersama tanpa pernikahan. Kau selalu mengatakan kalau kau mencintaiku. Semua yang kau katakan, itu semua palsu?

ZHI LAN

Aku mencintaimu, Yada. Itu kebenaran. Perasaanku sungguh-sungguh dan tulus.

YADA

Lalu mengapa? Mengapa?!

(napasnya memburu)

Kau, kau tidak memikirkan Payoda. Kau hanya ingin menguasai jalur perdagangan di seluruh tanah Jawa ini.

Zhi Lan tidak membantah.

YADA

Ya. Kau berambisi untuk itu. Kau bisa saja mewujudkan ambisimu lalu mengapa harus menikahi Gusti Pangeran??? Apa kau tidak bisa melakukannya sendiri??? Jadi semua yang kau lakukan adalah untuk mendapat keuntungan itu? Kau tidak benar-benar mencintaiku. Perasaanmu tidak sungguh-sungguh. Kau lebih mencintai ambisimu!

Zhi Lan menahan diri agar tidak menumpahkan air mata. Meski wajahnya berusaha tenang tetapi matanya penuh penyesalan.

ZHI LAN

Itu memang ambisiku. Lalu salahkah jika aku memilikinya? Apa hanya orang lain yang boleh memilikinya?

PAUSE

Bagaimana denganmu, Yada? Bukankah selama ini kau berusaha keras untuk mendapatkan gelar dan kehormatan? Bukankah itu juga ambisimu?

YADA

Aku menginginkannya demi menjadi pasangan yang layak untukmu!

Zhi Lan bungkam mendengar pengakuan Yada. Yada memukuli kepalanya sendiri. Wajahnya memerah penuh amarah. Zhi Lan berusaha mendekat untuk menenangkannya tetapi Yada menepisnya.

YADA

Pergi! Pergi!

Zhi Lan sangat terpukul bukan karena Yada mengusirnya tetapi karena dia yang menghancurkan perasaan lelaki itu. Kenyataan itu lebih menyakiti dirinya sendiri.

CUT TO:

93. INT. KEDATON PAYODA – BALAI UTAMA – PAGI

Upacara penobatan Pangeran Gentala sebagai pewaris tahta Payoda dilaksanakan di balai utama dengan dihadiri beberapa pejabat kedaton termasuk Mahapatih Danadyaksa.

Setelah melakukan beberapa ritual, kepala pendeta menyematkan mahkota di kepala Pangeran Gentala. Pangeran Gentala resmi menjadi pewaris tahta Payoda, disambut para pejabat istana yang sudah berubah haluan mendukung Sang Putra Mahkota.

SEREMPAK

Hidup Gusti Pangeran! Hidup!

CUT TO:

94. EXT. KEDATON PAYODA – HALAMAN LUAR – PAGI

Sang prameswari yang seharusnya bersiap menunggu hukuman, berdiri di pinggir gapura dengan senyuman misterius. 

CUT TO:

95. EXT. KEDIAMAN ZHI LAN – PAGI

SLOW MOTION: Orang-orang berlarian keluar masuk kediaman Zhi Lan. Beberapa prajurit membawa air dalam ember, beberapa mengeluarkan peti-peti. Bangunan mewah nan megah di seluruh pasar Payodapura itu terbakar. Api yang mulai melahap seluruh bangunan membuat tidak ada siapapun yang berani masuk lagi.

CUT TO:

96. EXT. PAYODAPURA - RUMAH BARU YADA – PAGI

Api juga berkobar di rumah baru Yada. Lelaki pemilik rumah itu berdiri tegak di halaman dengan obor yang dia gunakan untuk membakar rumah itu. 

SPLIT SCREEN:

Pangeran Gentala sudah mengenakan mahkota di upacara penobatannya. Prameswari tersenyum misterius sebelum meninggalkan gapura balai utama. Kebakaran di kediaman Saudagar Zhi. Kebakaran di rumah baru Yada.

97. EXT. KEDIAMAN ZHI – SIANG

SLOW MOTION:

Langkah Yada di jalan menuju kediaman Zhi Lan. Ibunya berusaha menghalangi. Tetapi Yada yang dipenuhi tanda tanya dan ketakutan tidak bisa dihentikan oleh siapapun.

Yada berhenti. Di depannya Tantri bersimpuh menangisi jasad korban kebakaran yang sudah tidak bisa dikenali lagi rupanya. Tetapi jasad itu memegang pedang milik Sang Saudagar Muda.

Yada merengkuh jasad itu ke dalam pelukannya. Lelaki itu berteriak, menangis, memelas, memohon. 

FADE OUT


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar