Sandyakala Payodanagari "Gardajita"
10. BAB 10

69. INT. KEDATON PRAMESWARI – KAMAR – PAGI

Damar mengunjungi kedaton prameswari seperti permintaan Prameswari Pramidhita sebelumnya. Pagi itu Damar datang dengan membawa kotak akupuntur dan sebotol racun yang disembunyikan di balik lilitan pinggangnya. Sesekali dia menyentuh lilitan di pinggangnya.

Prameswari berbaring di ranjang, di sampingnya Damar memeriksa denyut nadi dan di belakang Damar, Parwati bersimpuh jauh darinya. 

Damar mengeluarkan jarum akupunturnya, bimbang, menyentuh lilitan di pinggangnya. Melirik prameswari yang menutup mata dan melirik Parwati yang tidak akan melihat apa yang dilakukannya.

Selama beberapa saat, Damar bimbang. Lalu menghela napas berat mengurungkan niat awalnya. Padahal baginya itu kesempatan yang bagus. 

Damar mulai menusuk titik-titik pada tubuh prameswari untuk melancarkan peredaran darahnya. Namun belum lama sejak Damar mulai, tiba-tiba prameswari mengalami kejang. Parwati bankit dan berusaha menenangkan junjungannya.

PARWATI

Gusti, gusti, gusti…

Damar masih bingung tetapi ucapan Parwati membuatnya sadar akan apa yang terjadi.

PARWATI

Apa yang kau lakukan pada Gusti Prameswari?!

Damar menggeleng. Bangkit menjauh. Bertanya-tanya apa ini jebakan untuknya. 

PARWATI

Prajurit! Prajurit!

Teriakan Parwati membuat Damar gugup. Beberapa prajurit berlari masuk.

PARWATI

Tangkap tabib ini! Dia berusaha membunuh Gusti Prameswari!

Damar melotot terkejut. Tanpa sadar dia memegang lilitan di pinggangnya yang disadari Parwati.

PARWATI

Apa itu?! Apa yang kau sembunyikan?!

Damar menggeleng menjauh tetapi para prajurit sudah mengapit lengannya. Parwati mendekat dan mengambil sesuatu di balik lilitan pinggang Damar. Betapa terkejutnya Parwati melihat botol dengan tanda yang juga dia ketahui. Para prajurit pun turut menjadi saksi.

PARWATI

Kau benar-benar berniat membunuh Gusti Prameswari?!

Damar menggeleng. Penyangkalan seperti apapun tidak akan berguna karena botol racun itu memang dia sengaja membawanya. Meski pada akhirnya dia tidak melakukan rencananya.

PARWATI

Masukkan dia ke penjara!

Para prajurit menunduk patuh menggiring Damar keluar. Damar meronta tetapi tak berdaya melawan dua prajurit yang menyeretnya.

PARWATI

Panggil tabib lain!

CUT TO:

70. INT. KEDATON PANGERAN GENTALA – BALAI – PAGI

Pangeran Gentala tengah mondar mandir memikirkan sesuatu di balai saat terdengar ribut-ribut dari luar. Satu pasukan khusus muncul setelah memukul mundur penjaga kedatonnya. Pangeran Gentala segera turun mencari tahu apa yang mereka ributkan.

PANGERAN GENTALA

Ada apa ini Reswara? Mengapa kau datang membawa pasukanmu ke kedatonku seperti ini?

Reswara, pemimpin pasukan khusus utama kedaton memberi hormat.

RESWARA

Ampun Gusti Pangeran, tanpa mengurangi rasa hormat, hamba mendapat perintah untuk mengurung Gusti Pangeran tetap di dalam kamar sampai penyelidikan selesai.

PANGERAN GENTALA

Mengurungku? Atas tuduhan apa dan perintah siapa?

RESWARA

Ampun Gusti, Gusti Mahapatih yang memberi perintah kepada kami dengan tuduhan percobaan pembunuhan Gusti Prameswari.

PANGERAN GENTALA

Percobaan pembunuhan Gusti Prameswari? Siapa yang melakukannya?

RESWARA

Ampun Gusti, tabib bernama Damar yang Gusti Pangeran bawa ke kedaton Payoda ini.

PANGERAN GENTALA

(geram)

Damar… Ceroboh… Gegabah…

Reswara mengarahkan Pangeran Gentala untuk kembali ke dalam kamar. Pangeran Gentala mengikuti sambil terus berpikir. Prajurit pasukan khusus pun mengambil posisi masing-masing hingga depan pintu kamar Sang Pangeran.

PANGERAN GENTALA

Reswara, ini bukan perintah melainkan permintaanku sebagai teman seperguruan. Biarkan aku bertemu dengan Yada.

Reswara tidak membantah tetapi juga tidak mengiyakan. Wajahnya gamang. Permintaan Sang Pangeran sekaligus teman seperguruannya itu tampak sulit dilakukan.

CUT TO:

71. INT. MARKAS MAHAWIRA – PAGI

Yada berada di halaman belakang kedai makan markas mahawira, memikirkan kembali hal yang mengganggu kepalanya. Bayangan punggung Zhi Lan yang dia tinggalkan di balai kedaton Pangeran Gentala terus menghantuinya. Begitu juga dengan perubahan sikap Zhi Lan dan perselisihan mereka tempo hari.

Wira datang menyadarkannya dari pusaran pikiran.

WIRA

Reswara mengirimkan pesan dari kedaton.

YADA

Reswara?

Yada bersama Wira kembali masuk ke dalam kedai melalui pintu belakang. Di ruang rahasia, para mahawira sudah berkumpul dan seorang prajurit khusus di bawah pimpinan Reswara berdiri diantara mereka sebagai pembawa pesan.

CUT TO:

72. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – SIANG

Zhi Lan sedang mengemasi beberapa catatan ke dalam sebuah peti di dalam kamarnya. Tantri muncul di ambang pintu yang terbuka. Wajahnya menyiratkan kedatangan seseorang.

ZHI LAN

Ada apa, Yada?

Yada berbalik untuk melihat senyum dari pemilik suara yang menyebut namanya. Tetapi harapannya pupus saat melihat Zhi Lan tidak lagi menyambutnya dengan mata yang berbinar-binar maupun senyuman menggoda. Perempuan itu terlihat lesu dan tidak bersemangat.

YADA

Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat kurang sehat.

ZHI LAN

Katakanlah Yada. Kau tidak datang hanya untuk menanyakan kabarku.

Yada ingin membantah tetapi dia urungkan. Saat ini dia memiliki hal lain yang sangat penting untuk dilakukan.

YADA

Gusti Pangeran ditangkap atas tuduhan percobaan pembunuhan pada Gusti Prameswari.

Zhi Lan yang tidak tampak terkejut. Sebelum Yada menuduhnya lagi Zhi Lan pun membantah.

ZHI LAN

Aku baru mengetahuinya darimu.

YADA

Damar berusaha melukai Gusti Pramesawari dengan jarum akupuntur yang sudah dibubuhi racun. Aku tidak percaya dia melakukan itu.

ZHI LAN

Dia bisa melakukannya. 

Yada bergeming.

ZHI LAN

Dia mempelajari teknik akupuntur dan ramuan beracun sebelumnya. Masalahnya hanyalah, dia memiliki kesempatan itu atau diam-diam dia yang masuk ke dalam jebakan yang sudah dipersiapkan Gusti Prameswari.

YADA

Jebakan katamu? 

ZHI LAN

Gusti Prameswari mungkin tidak ingin membunuh tabib kedaton untuk ketiga kalinya. Jadi, dia menggunakan rencana Damar untuk berbalik menyerangnya. 

YADA

Senjata makan tuan.

PAUSE

Aku butuh bantuanmu.

Yada segera menyesali ucapannya mengingat hubungan mereka tidak baik akhir-akhir ini.

ZHI LAN

Aku tidak bisa membantumu, Yada.

YADA

Jika kita tidak melakukan sesuatu, Damar mungkin akan terbunuh di dalam penjara.

ZHI LAN

Kau pasti sangat mencemaskannya.

Yada mengernyit kening bertanya-tanya.

YADA

Apakah kau sedang cemburu? Itukah yang membuatmu bersikap aneh beberapa hari ini?

ZHI LAN

(tersenyum kecut)

Apa yang membuatku cemburu, Yada? Kita bahkan bukan pasangan suami istri, juga bukan sepasang kekasih. Kau bukan milikku. Aku tidak berhak cemburu jika kau mencemaskan perempuan lain.

Tatapan Yada berkeliaran bingung. Untuk pertama kalinya mereka berbicara tentang hubungan mereka sejauh itu. Di satu sisi Yada senang tetapi kecewa dan terpukul mendengar pengakuan Zhi Lan. Di sisi lain dia tidak mengerti dan tidak bisa menebak apa yang diinginkan perempuan itu.

YADA

Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Sikapmu berubah akhir-akhir ini. Dimana Zhi Lan yang bersemangat, selalu tersenyum, dan sering menggodaku?

Zhi Lan menoleh menatap Yada. Lelaki itu tampak gelisah. Zhi Lan ingin mengatakan sesuatu tetapi diurungkan dengan mengatakan hal lain.

ZHI LAN

Pergilah, Yada. Lakukan tugasmu untuk negeri ini. Kita bicarakan ini lain kali.

CUT TO:

73. INT. KEDATON PAYODA – PENJARA – MALAM

Yada menggunakan pakaian serba hitam dan penutup wajah menyusup ke dalam penjara. Tetapi setibanya di sana, para penjaga sudah terkapar di posisi masing-masing. Khawatir akan nyawa Damar, Yada segera masuk lebih jauh. Tiba di ruang penjara khusus, pintunya sudah terbuka dan ruangan itu kosong. Yada memeriksa, tidak ada noda darah yang menandakan kemungkinan Damar masih hidup. Yada segera meninggalkan tempat itu sebelum ada yang menangkap basah dirinya.

CUT TO:

74. INT. KEDATON PAYODA – BALAI – PAGI

Prameswari Pramidhita bersama Mahapatih Danadyaksa memimpin pertemuan para pejabat kedaton di balai utama. 

SENOPATI

Ampun Gusti Prameswari, kami bersyukur Gusti Prameswari dapat pulih dengan cepat.

Prameswari Pramidhita tersinggung. Melirik botol berisi racun di atas meja di depan mata para pejabat kedaton.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Botol berisi racun ini ditemukan di balik pakaian tabib Damar yang diberi tugas merawatku, oleh Pangeran Gentala.

Para pejabat kedaton mulai berbisik.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Ini adalah percobaan pembunuhan yang bukan hanya ditujukan padaku tetapi juga anak yang saat ini berada dalam rahimku, calon pewaris tahta Payoda ini.

SENOPATI

Ini adalah tindakan makar dan siapapun yang melakukannya harus diberi hukuman mati!

Ucapan senopati mendapat dukungan dari para pejabat lain yang mengangguk setuju. Mahapatih tidak berbuat atau bicara apa-apa karena pikirannya tampak berada di tempat lain.

Prameswari tersenyum. Dewata sedang mendukungnya. Dia hanya berencana bersandiwara, siapa yang menyangka jika Damar benar-benar berencana membunuhnya. Dia bahkan membawa bukti bersamanya. Senyuman Prameswari berubah geram mengingat rencana pembunuhan terhadapnya.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(bergumam)

Pangeran Gentala…

CUT TO:

75. INT. KEDATON PANGERAN GENTALA – BALAI – SIANG

Segera setelah titah diturunkan, prajurit khusus datang ke kedaton pangeran. Mereka berbaris di luar balai menunggu pangeran digiring keluar kamar. Reswara sendiri yang menyertai Sang Pangeran meninggalkan kediamannya. Reswara tetap memperlakukan pangeran dengan hormat meski statusnya kini adalah tahanan.

Pangeran Gentala tidak punya pilihan lain selain mengikuti proses hukum yang berjalan meski baginya itu tidak adil.

76. EXT. HUTAN – SORE

Seekor kuda berlari melintasi hutan meninggalkan wilayah Payodapura membawa dua penumpang. Penumpang depan yang tak lain adalah Damar dengan kedua tangan terikat di depan dan kerudung menutupi kepala hingga sebagian wajahnya. Di belakangnya pemuda berpakaian serba hitam dengan penutup wajah yang membawanya kabur dari penjara yang tak lain adalah Nalendra. 

Mereka sudah berkendara seharian dan baru beristirahat setelah mencapai wilayah lain Payoda.

Damar duduk bersandar pada batang sebuah pohon dengan tangan masih terikat. Pemuda yang membawanya kabur tampak tidak berencana membuka ikatan tangan Damar. Dia menyodorkan botol air yang terbuka ke mulut Damar. Meski risih, mau tidak mau Damar membuka mulutnya. Air mengalir membasahi kerongkongannya yang kering. Damar mengusap mulut dengan pergelangan tangannya.

Pemuda itu meneguk air dari botol yang sama setelah Damar. Itu membuat Damar mengernyitkan kening. Pemuda itu mengikat tangannya tetapi membiarkannya minum lebih dulu.

DAMAR

Siapa kau sebenarnya? Mau kau bawa kemana aku dan atas perintah siapa?

Nalendra bergeming. 

DAMAR

(memastikan ketakutannya)

Kau, pembunuh bayaran itu. Gusti Prameswari memberimu perintah untuk membunuhku.

Tatapan Nalendra cukup meyakinkan Damar.

DAMAR

(dengan mata menyala)

Kau bisa membunuhku di dalam penjara atau di hutan Payodapura. Mengapa kau membawaku sejauh ini? Kau tidak ingin meninggalkan jejak? Kau ingin membuangku ke laut agar tidak ada yang bisa menemukanku? Dengar, jika aku mati, aku akan menjadi hantu dan kembali untuk mengikutimu seumur hidup. Aku akan mengganggumu dan kau tidak akan pernah hidup tenang sampai kau akan meminta kematianmu sendiri.

Damar baru berhenti menggertak saat mendengar lirih pemuda itu terkikik.

DAMAR

Kau bisa tertawa?

NALENDRA

Kau memang berisik.

Keduanya saling berpandangan. Damar mencoba mengingat dimana pernah mendengar suara itu. 

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar