Sandyakala Payodanagari "Gardajita"
12. BAB 12

80. EXT. PAYODAPURA – HUTAN – SORE

Yada bersama Wira dan Giriputra segera meninggalkan Payodapura setelah mendapat pesan Nyi Ratih tentang keberadaan Nalendra dan Damar.

Yada memacu kudanya cepat. Lebih dari kewajibannya menyelamatkan Damar, Yada berharap Zhi Lan tidak akan bertindak sendirian.

YADA

Zhi Lan, tunggu aku.

CUT TO:

81. INT. KEDATON PAYODA – PENJARA – MALAM

Pangeran Gentala masih belum menyentuh makanan apapun yang disediakan untuknya di dalam penjara. Dia tidak terlihat lesu atau kehilangan tenaga meski tidak makan dan minum. Sesekali Sang Pangeran akan beranjak dari posisinya untuk sekedar menatap pemandangan di luar yang tidak seberapa dari jendela kecil di dalam kamar penjara itu. Dari lubang jendela itu Pangeran mengetahui di luar langit sudah gelap. 

Terdengar suara pintu masuk yang dibuka. Sang Pangeran masih diam di posisinya. 

MAHAPATIH DANADYAKSA

Hamba datang menghadap, Gusti Pangeran.

Pangeran Gentala tidak menanggapi, membuat Sang Mahapatih sadar diri.

PANGERAN GENTALA

Ampun Gusti Pangeran, hamba hanya melaksanakan tugas sebagai Mahapatih negeri ini.

PANGERAN GENTALA

Dan apa tugasmu itu, Mahapatih?

MAHAPATIH DANADYAKSA

Melindungi negeri ini, Gusti Pangeran.

PANGERAN GENTALA

Dengan cara apa? Menobatkan pewaris yang tidak sah?

Bukan suara Sang Pangeran yang meninggi yang membuat Mahapatih Danadyaksa terperanjat melainkan makna ucapannya. Sang Mahapatih masih terguncang tidak dapat berkata apa-apa.

PANGERAN GENTALA

(tegas)

Gusti Prameswari tidak mengandung anak dari Ayahanda Prabu. Pengkhianatan Gusti Prameswari awalnya diketahui oleh tabib Prawara yang menyebabkan dirinya dilenyapkan. Tetapi sebelum meninggalkan kedaton, tabib Prawara sudah menceritakan kenyataan pahit itu pada tabib Widarpa yang membuatnya juga terbunuh.

MAHAPATIH DANADYAKSA

Ampun Gusti Pangeran, apa yang Gusti katakan adalah tuduhan yang serius. Apa Gusti memiliki bukti dan bukan sekedar prasangka?

PANGERAN GENTALA

(berbalik dengan wajah geram)

Kau pikir aku akan melakukan tuduhan keji demi mendapatkan tahta?!

Mahapatih tertunduk.

PANGERAN GENTALA

Saat ini, Damar yang menjadi salah satu saksi kunciku mungkin juga sudah dihabisi. Mahapatih Danadyaksa, jika kau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu untuk melindungi negeri ini, maka kau tidak akan bersekongkol mendudukkan anak tidak sah itu ke tahta Payoda.

MAHAPATIH DANADYAKSA

Ampuni hamba Gusti Pangeran, seandainya Gusti memberi sedikit saja kepercayaan kepada hamba…

PANGERAN GENTALA

Aku punya alasan mengapa tidak mempercayaimu seperti yang Ayahanda Prabu lakukan. Lihat! Kau mengurungku dan mengirimku ke dalam penjara tanpa mencari kebenaran. Kau bahkan mengumpulkan para pejabat kedaton sebelum melakukan penyelidikan. Kau tidak benar-benar mencintai negerimu, Mahapatih. Kau hanya ingin pemimpin yang bisa kau kendalikan sama seperti Ayahanda Prabu.

MAHAPATIH DANADYAKSA

Ampun Gusti Pangeran, tuduhan itu sama sekali tidak benar. 

Pangeran Gentala terduduk kecewa.

PANGERAN GENTALA

Aku sungguh berpikir untuk mulai mempercayaimu. Tetapi jika kau berpikir sebaliknya,

MAHAPATIH DANADYAKSA

(memelas)

Ampuni atas kebodohan dan ketidakberdayaan hamba, Gusti Pangeran. Tetapi hamba tidaklah berniat sedikitpun untuk mengendalikan siapapun yang memimpin negeri ini.
Hamba terlalu sibuk meratapi dosa hamba sendiri hingga mengabaikan segala masalah yang terjadi di kedaton Payoda ini.

Pangeran Gentala melirik bertanya-tanya tentang dosa yang dimaksud mahapatih.

MAHAPATIH DANADYAKSA

Jika Gusti Pangeran memberi kesempatan, ijinkan hamba menebus dosa hamba.

Pangeran Gentala sama sekali tidak menjawab. Hanya menatap dengan mata bertanya-tanya.

CUT TO:

82. EXT. PAYODA - PELABUHAN – PAGI

Pelabuhan Payoda, pelabuhan utama yang dimiliki Payoda untuk kepentingan perdagangan. Beberapa kapal dagang berlabuh dan beberapa lainnya sudah berlayar. Para saudagar menurunkan barang-barangnya dan kembali memasukkan ke dalam kereta barang mereka. Kuli-kuli panggul berlalu lalang dengan peti-peti di punggung mereka.

Matahari sudah cukup tinggi dan burung-burung walet menghiasi langit di atas lautan.

Damar menaiki sebuah kapal dagang dengan tangan yang sudah terbebas dari ikatan. Namun Nalendra yang berjalan di belakangnya tidak memberinya kesempatan untuk kabur. Damar merasa kehilangan harapan. Dia tidak bisa membebaskan dirinya sendiri dan tidak akan ada yang datang untuk membebaskannya.

Di luar dugaannya, sosok Yada bersama dua rekannya, Damar lihat mengendarai kuda menuju kapal yang dia tumpangi. Damar merasa itu mungkin saja mimpi tetapi saat mereka sudah berada di sisi kapal dan meloncat naik ke kapal, barulah Damar sadar jika itu bukan mimpi.

YADA

Kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos!

Yada dan Nalendra berdiri berhadapan saling menghunus pedang masing-masing.

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar