Sandyakala Payodanagari "Gardajita"
14. BAB 14

87. INT. KEDATON PRABU DHANANJAYA – KAMAR – PAGI

Prameswari Pramidhita berkunjung untuk memastikan keberhasilan rencananya. Tetapi tubuhnya ambruk di lantai setelah masuk ke dalam kamar Prabu Dhananjaya dan melihat orang-orang sudah berkumpul. Mahapatih Danadyaksa, Damar, dan Pangeran Gentala.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(geram)

Persekongkolan macam apa ini?! Mahapatih Danadyaksa! Bagaimana bisa kau membiarkan tabib yang berusaha membunuhku ini masuk ke dalam kamar Gusti Prabu?! Apa kali ini dia berencana membunuh Gusti Prabu?! Dan kau membebaskan Pangeran yang memerintahkan pembunuhan terhadapku dan calon pemimpin negeri ini?!

PANGERAN GENTALA

Sudahi semua sandiwara ini, Ibunda Prameswari.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Sandiwara??? Siapa yang bersandiwara di sini? Kalian bersekongkol untuk membunuhku, membunuh anakku, lalu Gusti Prabu?

PANGERAN GENTALA

Haruskah ceritakan semua kejahatanmu dari awal hingga akhir?

Seorang prajurit masuk menggiring Parwati bersamanya. Parwati langsung bersujud.

MAHAPATIH DANADYAKSA

Di depan Gusti Prabu Dhananjaya aku berksaksi. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, dayang ini memasukkan racun ke dalam minuman Gusti Prabu.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(mengelak)

Bagaimana kau tahu itu racun atau obat?

Prajurit yang masih berdiri di sana mengeluarkan botol obat yang disita dari Parwati dan menyerahkannya pada Pangeran Gentala.

PANGERAN GENTALA

Ibunda ingin membuktikan itu obat atau racun? 

Pangeran Gentala mengambil sebuah kendi dari meja, lalu menghampiri Parwati dan menyodorkan kendi itu.

PANGERAN GENTALA

Kalau begitu bagaimana jika kau mencoba meminumnya?

Parwati yang ketakutan tidak berani melakukannya tetapi prameswari menatapnya dengan kemarahan. Parwati yang gemetar meraih kendi itu tetapi sebelum sempat meminumnya, prameswari berteriak kesakitan sambil memegangi perutnya.

Parwati melemparkan kendi itu ke lantai untuk mendekati junjungannya. Kendi yang di lempar pecah. Air menggenangi sekitarnya. 

PANGERAN GENTALA

Sandiwara apa lagi ini?

Mahapatih dan Damar mendekat. Prameswari setengah roboh di pangkuan Parwati.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Tolong… selamatkan anakku…

CUT TO:

88. INT. KEDATON PRAMESWARI – KAMAR – PAGI

Prameswari terbaring kesakitan di atas ranjangnya. Beberapa dayang yang tidak bisa membantu hanya menyaksikan tabib kedaton memeriksa dengan panik.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Tolong selamatkan anakku…

Itu yang terus diucapkan Prameswari Pramidita hingga kedatangan Damar ke kamarnya yang membuatnya bungkam. Prameswari dengan wajah dan tubuh basah oleh keringat, menatap Damar seolah ingin menghabisi tabib itu.

DAMAR

Aku bisa saja menyelamatkanmu.

Prameswari mematung.

DAMAR

Tetapi kau telah menghabisi kakekku dan mencoba menghabisiku.

Prameswari lebih terkejut dari sebelumnya namun bingung. Dia tidak bisa memikirkan ucapan Damar untuk saat ini.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Tolong selamatkan anakku…

DAMAR

Kau akan mengakui semua kejahatanmu dan menerima hukumanmu.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(kesakitan)

Aku akan melakukannya.

DAMAR

Apa jaminannya?

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(memohon)

Sang Hyang Widi, terkutuklah aku jika tidak menepati janjiku.

Tidak ada yang lebih meyakinkan Damar selain ucapan seorang ibu yang mengutuk dirinya sendiri demi anaknya. Damar pun melupakan dendamnya demi jalan takdirnya menyelamatkan nyawa.

CUT TO:

89. INT. KEDATON PRABU DHANANJAYA – KAMAR – MALAM

Pangeran Gentala tidak meninggalkan sisi ayahandanya sejak keluar dari penjara. Seorang prajurit datang menghadap. Mahapatih tampak tegang setelah mendengar laporannya. Pangeran Gentala yang bertanya-tanya menghampiri Mahapatih di dekat pintu.

Mahapatih menggeleng-gelengkan kepala.

90. INT. KEDATON PRAMESWARI – KAMAR - MALAM

Prameswari terbujur kaku. Tubuhnya masih bernyawa tetapi tidak berjiwa. Damar sudah berusaha tetapi sang calon bayi sudah meninggal di dalam rahim ibunya. Damar hanya bisa menyelamatkan sang ibu agar tetap hidup.

Larut malam, Sang Prameswari masih menerawang langit kamarnya dengan temani Parwati seorang.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(pasrah)

Sepertinya Dewata tahu aku akan mengingkari janjiku. 

Parwati menangisi kesedihan junjungannya di samping ranjang. Parwati tidak melihat tetapi tatapan Prameswari Pramidita berubah.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Dimana Nalendra?

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar