Sandyakala Payodanagari "Gardajita"
6. BAB 6

40. EXT – KEDATON PAYODA – HALAMAN DEPAN – PAGI

Dua prajurit penjaga menemani Zhi Lan menunggu di halaman balai utama. Zhi Lan bersikukuh untuk menemui angeran. Pangeran Gentala pun datang memenuhi permintaan seseorang yang sangat ingin bertemu dengannya. Zhi Lan dan beberapa prajurit yang ada di sana memberi hormat.

PANGERAN GENTALA

Ada apa ini? 

(Pada Zhi Lan)

Kudengar kau ingin bertemu denganku? Siapa kau?

ZHI LAN

Gusti Pangeran, hamba adalah Zhi Lan dari kelompok dagang Zhi di Payodapura.

PANGERAN GENTALA

Kelompok dagang Zhi? Kau putri saudagar Zhi?

Beberapa saat kemudian, Pangeran Gentala sudah membawa Zhi Lan ke balai di halaman depan.

PANGERAN GENTALA

Kau sudah tumbuh menjadi seorang perempuan dewasa sekarang. Kau masih remaja setiap kali mengikuti ayahmu datang ke kedaton. Bagaimana kabar ayahmu? Apa dia sering berkunjung ke Payodapura?

ZHI LAN

Terima kasih atas perhatian Gusti Pangeran, beliau baik-baik saja. Beliau belum sempat berkunjung tetapi beliau sangat ingin mengunjungi tanah yang telah membesarkan namanya ini.

PANGERAN GENTALA

Benar. Setelah menguasai perdagangan di sini dia memperluas wilayahnya ke Dahanapura. Jadi, sejak saat itu kau yang mengelola perdagangannya di sini? Itu pasti sudah lama sekali. Tetapi mengapa aku tidak pernah melihatmu datang ke kedaton?

ZHI LAN

Hamba beberapa kali datang untuk bertemu Gusti Putri Danastri. 

PANGERAN GENTALA

Benar. Dia selalu membeli kain sutera dan perhiasan dari saudagar Zhi, ternyata itu kau. Lalu hari ini, kau malah ingin bertemu denganku? Pasti ini bukan karena kau ingin menawarkan perhiasan atau sutera padaku.

ZHI LAN

Gusti Pangeran, hari ini hamba membawa kawanan perompak yang merampok barang-barang dagangan hamba. 

PANGERAN GENTALA

Kau membawa perompak???

ZHI LAN

Benar, Gusti. Hal ini sudah terjadi untuk keempat kalinya dalam satu warsa. Hamba membawa mereka ke penjara tetapi dalam beberapa hari mereka dibebaskan dengan alasan sudah membayar denda. Seperti itu setiap kali hingga terulang keempat kalinya. 

PANGERAN GENTALA

Jadi kau datang untuk meminta keadilan.

ZHI LAN 

Gusti Pangeran, jika ini terus terjadi, kami para pedagang akan merugi. Kami tidak keberatan dengan pajak yang harus kami bayar setiap tahun. Tetapi jika kejadian ini terus terulang, bukan tidak mungkin kami akan mencari tanah baru yang memberikan perlindungan.

PANGERAN GENTALA

Kau benar. Hukuman bagi para perompak itu memang harus dibenahi. Mereka bukan sekedar pencuri kecil yang terpaksa mencuri makanan karena kelaparan. Aku kurang memberikan perhatian karena selama ini Gusti Prabu yang memiliki wewenang penuh.

ZHI LAN

Hamba bersyukur Gusti Pangeran menerima keluhan hamba. Selain itu, jika Gusti Pangeran tidak keberatan hamba ingin memberi sebuah saran.

PANGERAN GENTALA

Apa itu?

ZHI LAN

Untuk mencegah hal seperti ini terjadi lagi tidak cukup dengan memberikan hukuman yang jelas dan tegas atas kejahatan mereka. Karena tidak semua perompak itu dapat ditangkap. Jadi, mengapa Gusti Pangeran tidak membuat sistem keamanan di lautan?

PANGERAN GENTALA

Maksudmu armada laut?

ZHI LAN

Bukan armada laut untuk berperang. Hanya prajurit yang rutin berjaga. Hamba sudah mendiskusikan ini dengan para saudagar lain. Kami siap menambah jumlah pajak jika dibutuhkan untuk membiayai sistem keamanan itu.

PANGERAN GENTALA

Aku bahkan belum memikirkan sejauh itu. Baiklah. Aku harus mendiskusikan ini dengan Mahapatih. 
PAUSE
Kau, mungkin seharusnya tidak menjadi pedagang. Kau bisa menjadi salah satu pejabat di kedaton ini.

ZHI LAN

Gusti Pangeran terlalu memuji. Lagipula itu tidak mungkin terjadi.

PANGERAN GENTALA

Itu benar. Tidak ada perempuan di kursi pemerintahan ini. Tunggu, kau menangkap para perompak itu sendirian?

ZHI LAN

Itu tidak mungkin, Gusti. Hamba membawa beberapa prajurit pribadi hamba.

PANGERAN GENTALA

Kau sangat berani. Bagaimana kau tahu dimana harus menyergap mereka?

ZHI LAN

Gusti, para perompak memang mencari uang di lautan tetapi mereka menghabiskannya di daratan. Karena sampai sekarang lautan tidak memiliki tempat bagi mereka untuk bersenang-senang.

Pangeran Gentala tertawa senang. Bahkan sepanjang percakapannya dengan Zhi Lan, Pangeran Gentala terlihat tertawa beberapa kali.

CUT TO:

41. EXT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – SERAMBI LANTAI DUA – SIANG

Zhi Lan dan Tantri baru saja kembali dari kedaton dan Yada sudah menyambutnya dengan wajah khawatir di depan kediamannya. 

Tak lama kemudian, Zhi Lan dan Yada sudah berdiri di serambi lantai dua.

YADA

Mengapa kau mengejar para perompak itu lagi? Aku sudah melarangmu. Kau tidak tahu mereka berbahaya? Kau tidak tahu jumlah mereka, kawanan mereka, dan kekuatan mereka. Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu?

ZHI LAN

(santai)

Mereka mengambil barang-barangku. Apa aku harus diam saja? Lagipula mereka bukan perompak yang sama seperti terakhir kali.

Yada ingin memarahinya lagi tetapi Zhi Lan menghiburnya dengan mengalihkan topik.

ZHI LAN

Baiklah, aku tidak akan mengejar mereka lagi. Kau datang untuk mencari informasi, bukan? Aku punya beberapa petunjuk.

Kekesalan Yada tampak mereda mendengar kata petunjuk. Zhi Lan memandang sesuatu di kejauhan sambil mengingat.

ZHI LAN

Saat guruku datang ke tanah ini, dia tidak sendirian. Dia datang bersama kekasihnya. Mereka adalah sepasang pendekar yang sangat sakti dan terkenal di tanah kami. Tetapi bakat dan kemampuan mereka justru menjadi petaka. Kerajaan dan pendekar-pendekar lain memburu mereka. Mereka terpaksa meninggalkan tanah kelahiran mereka. Saat tiba di sini, guruku ingin memulai lembaran baru dengan melupakan dunia persilatan. Dia ingin hidup seperti rakyat biasa tanpa musuh tetapi kekasihnya berubah pikiran. Dia tidak ingin menyia-nyiakan bakat dan kemampuannya. Dia ingin menguasai dunia persilatan di tanah ini. Perbedaan itu yang membuat keduanya berpisah. Sampai sekarang, guruku tidak pernah bertemu dengannya lagi.

YADA

Jika dia ingin menguasai dunia persilatan, bukankah seharusnya namanya sudah terkenal? Mengapa justru tidak terdengar kabar darinya?

ZHI LAN

Di Semenanjung Malaya, ada sebuah perguruan ilmu hitam yang tidak bernama. Tempat itu membentuk para pendekar yang bisa dimanfaatkan seseorang atau golongan tertentu yang mampu membayar mereka tinggi.

YADA

Pembunuh bayaran. Apa hubungan Gusti Prameswari dan pembunuh bayaran itu hanya sebatas itu?

ZHI LAN

(menggeleng)

Itu tugasmu untuk mencari tahu.

YADA

Ada hal lain yang ingin kutanyakan padamu,

Zhi Lan memotong karena tidak menyukai percakapan serius dengan Yada. Berpura-pura mengetahui apa yang ingin Yada tanyakan, Zhi Lan menjawab dengan gurauan.

ZHI LAN

Ya. Aku memang penasaran dengan pembunuh bayaran itu. Guruku bilang jika aku berpasangan dengannya, kami bisa menjadi sepasang pendekar yang tidak terkalahkan seperti guruku dan kekasihnya dulu.

YADA

(wajah kesal yang serius)

Apa yang kau katakan? Darimana ide itu berasal? Bagaimana gurumu bisa berkata seperti itu? Tidakkah dia sadar lelaki itu seorang pembunuh bayaran? 

(memalingkan wajah) 

Bagaimana bisa dia mengatakan tentang berpasangan.

Zhi Lan tertawa mencairkan ketegangan pada Yada. Setelah cukup meluapkan kekesalannya, Yada teringat sesuatu yang lain.

YADA

Aku ingin bertanya hal lain. Apa ada seseorang atau beberapa orang aneh yang datang kemari untuk membeli sutera dan perhiasan? Para pelayan mengatakan kau membuat pembukuan setiap hari.

ZHI LAN

Ya, aku mencatat semua barang yang keluar dan masuk tempat ini, begitu juga dengan nama-nama dan jumlah uangnya.

YADA

(kagum)

Ayahmu mengajarimu dengan sangat baik.

PAUSE

Tetapi, aku juga butuh penilaianmu. Aku tidak bisa menebak dengan melihat nama-nama saja. Kau pintar mengamati orang, apa ada seseorang yang menurutmu tidak biasa?

ZHI LAN

Tidak biasa? Maksudmu seseorang dengan telapak tangan kasar karena sering berlatih pedang dan wajah keras?

YADA

Kau mengenali orang itu?

ZHI LAN

Ya. Dia pemuda yang sangat tampan. Jarang ada pemuda tampan datang kemari untuk membeli sutera. 

Yada membuat wajah kesal lagi.

CUT TO:

42. EXT. PAYODAPURA - PASAR - PAGI

Pasar ramai seperti biasa. Orang-orang berlalu lalang dari satu penjual ke penjual lain. Tampak Nalendra berpakaian biasa berjalan-jalan tanpa penutup wajah diantara mereka tetapi pikirannya melayang ke tempat lain. 

Di sisi lain pasar, Damar bertanya pada satu penjual ke penjual lain.  

PENJUAL

Jarum akupuntur? Kau hanya bisa mendapatkan itu dari saudagar Zhi.

Begitu jawaban setiap penjual yang Damar tanyai. 

Damar yang kesal berjalan sambil memakan sebuah pisang dan menendang apapun yang ada di depan jalannya. 

SLOW MOTION: Selesai memakan pisang, Damar melempar kulitnya ke depan sembarangan lalu menendang sebuah tengkorak kelapa di tengah jalan. Seorang pemuda, Nalendra, tiga meter di depan Damar berusaha menghindari tengkorak kelapa yang mengarah ke kepalanya. Namun salah satu kakinya bergeser dari tempatnya berdiri dan menginjak kulit pisangnya. Nalendra terpeleset dan oleng ke belakang. Damar berusaha menolong dengan menggapai tangannya. 

Tetapi justru tubuhnya yang ikut jatuh dan menimpa Nalendra.

Keduanya terjatuh dengan posisi Damar yang menindih tubuh Nalendra tetapi justru Damar yang meringis kesakitan. Nalendra mematung dalam posisi berbaring. Wajahnya menunjukkan rasa tidak nyaman karena sesuatu yang aneh terasa di dadanya.

Damar mengangkat kepalanya, melihat raut wajah Nalendra, dia menyadari sesuatu dan buru-buru bangkit. 

DAMAR

Maaf.

Damar menjulurkan tangannya dengan ragu. Nalendra memandangi sosok di depannya yang berpenampilan seperti lelaki tetapi bertubuh mungil, dari ujung kaki hingga kepala. Tidak suka dengan cara Nalendra memandang, Damar mengurungkan tangannya.

DAMAR

Tidak sopan!

Damar berlalu pergi meninggalkan Nalendra yang menyadari sesuatu.

NALENDRA

Seorang gadis?

CUT TO:

43. INT. KEDIAMAN ZHI LAN – SIANG

Damar memasuki kediaman Zhi dengan terburu-buru. Wajahnya masih terlihat setengah kesal mengingat cara pemuda itu memandangnya.

FLASHBACK: Tatapan Nalendra pada Damar dari ujung kaki hingga kepala.

Begitu mengingatnya, ada sedikit rasa khawatir dalam diri Damar.

DAMAR

(bergumam)

Bagaimana jika dia tahu aku ini seorang perempuan?

Damar menggelengkan kepala menepis kemungkinan itu. Segera dia tersadar dirinya sudah berada di kediaman Zhi, tempat dimana dia bisa mendapatkan jarum akupuntur. Damar menoleh ke kanan dan ke kiri. Para pelayan tengah sibuk di dalam paviliun melayani beberapa pembeli yang berpenampilan ningrat.

Damar bergegas menuju gudang di belakang. Sambil terus menoleh memastikan tidak ada yang melihatnya, Damar masuk gudang yang tidak terkunci. 

Damar tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencari karena tempat penyimpanan itu tersusun dengan rapi berdasarkan jenis barang. Lebih mudah karena setiap rak memiliki papan bertulis jenis-jenis barang itu.

Damar menyusuri satu baris rak yang dia cari dan mulai memeriksa satu per satu petinya. Matanya membulat senang karena menemukan peti penyimpanan peralatan akupuntur. 

Rasa senangnya tidak berlangsung lama karena menyadari hanya ada dua peralatan yang tersisa di dalam peti itu. Tetapi Damar sudah bertekad. Dia pun mengambil satu kotak dan meninggalkan satu lainnya. Damar menyelipkan di balik bajunya dan segera menutup peti penyimpanannya lagi.

CUT TO:

44. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI - KAMAR PELAYAN – MALAM

Malam menyelimuti Payodapura tak terkecuali pasar dan kediaman Zhi Lan. Seorang prajurit penjaga menutup pintu gerbang depan dan dua prajurit lain berkeliling memastikan semua pintu paviliun terkunci.

Di salah satu paviliun belakang, tempat Damar tidur bersama pelayan lain, penerangan juga sudah dimatikan. Para pelayan sudah berbaring di atas dipan masing-masing. 

Malam semakin larut dan suara dengkuran mulai bersahutan. Tetapi salah satu dari mereka justru membuka selimut dan turun dari dipan perlahan. Damar. Dia meraih sebuah kotak dan beberapa lembar lontar dari balik tumpukan baju di rak penyimpannya.

Damar berjalan berjingkat meninggalkan paviliun. Terus berjalan mencari tempat yang memiliki sedikit penerangan. Damar justru memilih berhenti di paviliun dapur. Meski di dalam dapur sudah gelap tetapi obor yang menyala di luar sedikit menerangi bagian dalam dapur itu. Damar masuk dan duduk di sudut paling belakang di balik rak penyimpanan perabotan yang mendapat sedikit penerangan itu.

Damar membuka catatan yang berisi salinan dari buku yang dia lihat dari kamar Zhi Lan. Dia mulai mempelajari titik-titik di tubuhnya sesuai catatan. Lalu dia mulai mencoba satu titik di lengannya dengan jarum akupuntur sungguhan. Damar terkejut karena dia menusuk titik yang salah. Begitu yang dia lakukan sepanjang malam. Mencoba menusuk titik-titik akupuntur menggunakan tubuhnya sendiri.

CUT TO:

45. INT. KEDIAMAN ZHI LAN – PAGI

Sudah beberapa hari, Damar mempelajari teknik akupuntur. Saat sore, dia mengambil peralatan itu dari gudang, menggunakannya untuk berlatih diam-diam di malam hari, lalu mengembalikannya lagi sebelum kembali tidur. Begitu yang dia lakukan agar tidak ketahuan. Damar pun menjadi mengantuk pada siang hari dengan menguap berkali-kali saat melayani pembeli.

Hal itu menimbulkan kecurigaan oleh Tantri.

Hingga suatu pagi semua pelayan dikumpulkan sebelum Kediaman Saudagar Zhi dibuka. Zhi Lan berdiri diam di sudut dengan menyilangkan tangannya di dada. Sedangkan Tantri yang mondar mandir kesal di depan barisan pelayan dan prajurit. Di tangannya selembar lontar berisi catatan barang.

TANTRI

Siapapun yang mengambilnya maju sekarang, akui perbuatanmu, tunjukkan penyesalan, dan jangan pernah melakukannya lagi. Nona akan mengampunimu.

Para pelayan dan prajurit tertunduk. Tidak ada yang menjawab atau maju mengakui perbuatan yang dituduhkan.

TANTRI

(mengeraskan rahang)

Damar!!!

Bentakan Tantri mengagetkan semua orang, kecuali tuannya sendiri. Tantri memang dikenal kurang sabar, tidak seperti tuannya. Memang sudah menjadi tugasnya untuk tidak bersabar pada orang-orang yang mengancam atau mengacau di kediaman itu.

Damar melangkah maju dengan ketakutan.

TANTRI

Kau yang membuat catatan ini?!

Damar menengok. Catatan peralatan pengobatan. Damar mengangguk. Lalu matanya melihat pada jumlah yang tersimpan saat ini di gudang. Dua. Dua kotak peralatan akupuntur yang seharusnya ada di peti penyimpanannya. Saat ini, satu kotak berada di tangan Tantri dan kotak lainnya, Damar menyimpannya di suatu tempat karena lupa untuk mengembalikannya.

TANTRI

Kalau begitu bacakan agar yang lain mengetahuinya. Berapa jumlah yang seharusnya ada di peti penyimpanan?

Nada suara Tantri sudah menyiutkan nyali Damar. Dalam posisi masih menunduk, raut wajahnya tidak karuan dan itu terbaca oleh Zhi Lan yang bertugas mengamati reaksi setiap orang.

ZHI LAN

Tantri, sudah cukup.

TANTRI

Tetapi Nona, kita harus menghukum pelakunya. Dengan begitu juga orang lain tidak akan berani melakukan hal yang sama.

ZHI LAN

Kau sudah melakukan tugasmu. Aku sudah mengetahui siapa pelakunya. Dia akan datang padaku malam ini.

Mata Damar membulat terkejut. Apa Zhi Lan benar-benar mengetahui pelakunya.

TANTRI

Bagaimana Nona begitu yakin?

ZHI LAN

Aku yakin. Karena jika dia tidak datang, dia akan mencelakai semua orang di ruangan ini termasuk kau.

Ucapan Zhi Lan memancing bisik-bisik ketakutan. Tetapi Nona muda itu dengan santai meninggalkan ruangan diikuti Tantri.

CUT TO:

46. EXT. DESA TLATAR – RUMAH WIDARPA - PAGI

Nalendra tiba di rumah itu lagi. Rumah tabib Widarpa. Kali ini Nalendra berpakaian biasa yang tidak akan menakuti orang yang dia temui. Nalendra masuk ke rumah yang tidak terkunci itu, memandang sekeliling lalu memeriksa satu per satu. 

Nalendra masuk ke satu bilik dimana pakaian pemiliknya masih tertinggal di sana. Mata Nalendra menajam menyadari itu pakaian perempuan. Hanya ada satu bilik tidur di rumah itu yang berisi barang-barang perempuan. Nalendra keluar dari bilik dan memperhatikan ada dipan lain tempat tidur di ruangan utama. Nalendra seolah mendapat kesimpulan.

NALENDRA

(bergumam)

Anak perempuan?

CU: Telinga Nalendra yang tajam mendengar gemerisik dari luar.

Nalendra sudah bersiap memegang gagang pedangnya. Namun hanya seorang lelaki tua dengan pacul di pundaknya yang muncul dari pintu.

LELAKI TUA

Kisanak ini siapa? Dan apa yang kisanak lakukan di sini?

NALENDRA

Saya sedang mencari tabib Widarpa. Tetapi beliau tidak ada dan rumahnya kosong. Apa Bapak tahu kemana tabib Widarpa pergi?

Nalendra dengan mudah menyesuaikan diri layaknya seekor bunglon.

LELAKI TUA

Oh, kau mencarinya. Kau tidak akan menemukannya di sini. Ki Widarpa sudah lama pergi ke Payodapura. Dia merawat Gusti Prabu di kedaton.

NALENDRA

Bagaimana dengan keluarganya?

LELAKI TUA

Maksudmu Laras?

Nalendra mendapatkan namanya. Dia pun mengangguk mengiyakan.

LELAKI TUA

Sudah beberapa pekan aku tidak melihatnya. Tidak ada yang tahu kemana perginya. Padahal selama Ki Widarpa tidak ada, Laras lah yang menggantikannya mengobati warga desa yang sakit. Sekarang dia pun pergi entah kemana. Kami harus jauh-jauh memanggil tabib dari desa tetangga jika ada yang sakit.

NALENDRA

Laras bisa mengobati orang sakit?

LELAKI TUA

(bersemangat) 

Tentu saja. Dia juga seorang tabib meski masih muda. Dia sangat berbakat seperti kakeknya. Mungkin kelak dia akan lebih hebat dari yang kakeknya yang kaku dan pemarah itu. Hahaha…

Lelaki tua itu tertawa tanpa mengetahui jika dia baru saja memberi informasi pada pemuda yang menghabisi tabib Widarpa sendiri.

CUT TO: 

47. INT. KEDIAMAN ZHI LAN – SIANG

Suasana tidak senyaman hari-hari sebelumnya di kediaman Zhi Lan. Para pelayan bekerja sambil saling berbisik dan melemparkan pandangan curiga. Mungkin hanya Damar yang tidak memiliki teman untuk diajak berbisik menuduh. Dia hanya bisa menoleh ke sana kemari memperhatikan jika ada yang mencurigainya. Tentu saja beberapa mata menaruh kecurigaan padanya karena hal semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Pangeran Gentala yang mengawasi dari serambi lantai dua kediaman Zhi Lan merasa terabaikan. Zhi Lan muncul menyajikan teh dengan tangannya sendiri.

Pangeran Gentala duduk mengikuti tuan rumah.

PANGERAN GENTALA

Ada apa dengan orang-orangmu hari ini? Mereka tidak cukup memperhatikanku. Tidak seperti biasanya.

ZHI LAN

Jadi, Gusti Pangeran merasa iri karena tidak diperhatikan?

PANGERAN GENTALA

(agak malu, berdeham)

Aku hanya penasaran apa yang lebih menarik dariku.

ZHI LAN

(tertawa ringan)

Bukan sesuatu yang perlu Gusti cemaskan. Hanya sebuah insiden kecil yang tidak mungkin menyurutkan perhatian orang-orang hamba dari Gusti Pangeran.

Pangeran Gentala tersenyum puas mendengar jawaban Zhi Lan.

PANGERAN GENTALA

Aku tidak datang hanya untuk bicara omong kosong saja. Aku datang untuk meminta bantuanmu.

PAUSE

Aku membutuhkan seorang tabib yang andal dan bisa dipercaya.

Mata Zhi Lan berbinar misterius.

PANGERAN GENTALA

Sejak kematian dua tabib kedaton, aku mulai mencemaskan banyak kemungkinan. Aku memang cemas jika mereka akan dicelakai seperti dua tabib sebelumnya. Tetapi,

ZHI LAN

Gusti Pangeran lebih cemas jika para tabib ketakutan akan kejadian sebelumnya dan membuat pihak tertentu memanfaatkan ketakutan mereka. 

PANGERAN GENTALA

Aku sadar jika keselamatan mereka dan terutama keluarga mereka terancam, para tabib bisa melakukan apa saja.

Zhi Lan berdiri dan memandang halaman kediamannya sendiri. Damar berjalan menyeberang halaman di bawahnya tanpa mengetahui tuannya sedang memperhatikan.

ZHI LAN

Bagaimana jika hamba bisa menemukan tabib seperti yang Gusti Pangeran inginkan?

Pangeran Gentala menoleh antusias. Bangkit menghampiri Zhi Lan.

PANGERAN GENTALA

Kau bersungguh-sungguh? Seorang tabib yang bukan hanya hebat tetapi bisa kupercaya. Dan yang paling utama adalah dia tidak mengenal rasa takut.

ZHI LAN

Beri hamba beberapa hari. Hamba akan membawakan tabib itu.

Keduanya tersenyum penuh harap. Hampir mendapatkan keinginan masing-masing.

CUT TO:



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar