Sandyakala Payodanagari "Gardajita"
9. BAB 9

63. INT. KEDATON PRAMESWARI – KAMAR – PAGI

Seperti yang Prameswari Pramidhita inginkan, Damar datang menghadap pada keesokan harinya. Tetapi yang mengejutkan Sang Prameswari, Damar tidak datang sendiri. Pangeran Gentala menemaninya. Wajah Prameswari menunjukkan rasa tidak senang.

PANGERAN GENTALA

Maafkanlah putramu yang tidak berbakti ini, Ibunda Prameswari. Putramu yang jarang berkunjung ini tidak memperhatikan kesehatan Ibunda, hingga tidak mengetahui jika Ibunda Prameswari mengalami gangguan kesehatan akhir-akhir ini.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(khawatir)

Aku bisa memahami jika banyak hal lain yang harus kau perhatikan sejak Gusti Prabu jatuh sakit. Kau tidak perlu repot-repot mengunjungiku. Aku bisa menjaga diriku.

PANGERAN GENTALA

(mengangguk-angguk)

Sungguh suatu kebetulan, hamba memang berniat membawa tabib Damar menghadap Ibunda. Damar adalah tabib yang saat ini merawat Ayahanda Prabu. Dia memiliki kemampuan yang mumpuni sebagai seorang tabib. 

Prameswari semakin khawatir menebak rencana Pangeran Gentala. Diam-diam prameswari menatap pangeran penuh kemarahan.

PANGERAN GENTALA

Ijinkanlah tabib Damar memeriksa kesehatan Gusti Prameswari.

Prameswari Pramidhita mencengkeram erat rok bawahnya. 

PANGERAN GENTALA

Tabib Damar juga akan membuatkan ramuan obat untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kesehatan Ibunda.

(tersenyum licik)

Damar,

Damar mendekat untuk memeriksa prameswari sesuai perintah Pangeran Gentala. Prameswari tidak berkutik hanya bisa menahan diri dan segala kemarahannya. 

Damar menunduk memberi hormat sebelum mulai memeriksa denyut nadi prameswari. Untuk beberapa saat Damar meraba-raba pergelangan prameswari dan mencoba memusatkan perhatian dan pikiran. Tetapi karena ragu, Damar membutuhkan waktu yang lebih lama.

Prameswari memicingkan matanya pada Damar yang tidak memperhatikan. Pangeran Gentala tersenyum puas melihat prameswari ketakutan. Setelah beberapa saat, Damar mengerutkan kening sembari melepaskan pergelangan tangan prameswari tiba-tiba. Sang prameswari sempat menangkap raut di wajah Damar.

CUT TO:

64. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – SERAMBI LANTAI DUA – PAGI

Zhi Lan tidak tampak bahagia seperti biasanya saat Yada berkunjung ke kediamannya. Sementara Yada lah yang terlihat sedikit sumringah.

ZHI LAN

Jadi kau berhasil mengalahkannya.

YADA

Itu berkat bantuanmu. Aku berutang banyak padamu.

Zhi Lan belum menatap mata Yada atau tersenyum sejak keduanya bertemu. Perempuan itu terus mengalihkan pandangan ke pasar atau kedaton di kejauhan.

YADA

Tetapi, kenyataan bahwa tubuhnya belum ditemukan membuatku tidak tenang.

Yada menyadari gelagat Zhi Lan sejak tadi. Zhi Lan yang biasa menatapnya dengan mata berbinar dan senyum serta rayuan-rayuan. Yada belum melihat satu pun.

YADA

Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Kau terlihat tidak senang. Apa kedatanganku tidak kau harapkan?

Zhi Lan baru menoleh mendengar nada curiga dalam kalimat terakhir Yada.

ZHI LAN

Mengapa kau berpikir demikian? Aku selalu mengharapkan kehadiranmu. Kau mungkin yang sebaliknya.

YADA

Itu tidak benar.

Yada membantah dengan cepat tetapi itu tidak membuat perubahan di wajah Zhi Lan.

YADA

Katakan, apa yang mengganggu pikiranmu? Aku tahu kau sedang gelisah. Apa aku tidak boleh mengetahui apa yang kau pikirkan? Aku selalu menceritakan masalah dan kegelisahanku. Tetapi kau tidak pernah sekalipun.

ZHI LAN

Yada, sudah beberapa hari ini Damar memasuki kedaton.

YADA

(terkejut)

Apa maksudmu? Mengapa dia berada di kedaton? Bagaimana dia bisa masuk ke sana?

ZHI LAN

Damar merawat Gusti Prabu Dhananjaya.

YADA

(marah)

Kau mengijinkannya? Aku mempercayakannya padamu dan memintamu menyembunyikan identitasnya. Nyawanya sedang berada dalam bahaya sekarang dan kau mengirimnya ke kedaton?

ZHI LAN

Belum ada yang mengetahui jika dia adalah cucu tabib Widarpa.

Yada semakin terkejut. Bangkit dan mondar mandir.

YADA

Tentu saja. Apa yang tidak kau ketahui di seluruh negeri ini. Kau mengetahuinya selama ini dan…

PAUSE

Kau mengatakannya pada Damar.

Zhi Lan tidak membantah.

YADA

Zhi Lan, aku tidak mengerti dirimu. Sungguh, kita bertemu sejak kanak-kanak tetapi sampai hari ini aku tidak benar-benar mengenalmu. Apa yang sebenarnya kau rencanakan?

ZHI LAN

Gusti Pangeran membutuhkan seseorang yang bisa menyelamatkan Gusti Prabu Dhananjaya. Aku mempertaruhkan nyawaku di sini. Tetapi aku tidak salah karena Damar berhasil melakukannya. Gusti Prabu Dhananjaya membuka matanya, Yada.

YADA

(gusar)

Aku tidak ingin tahu itu. Katakan padaku, ada berapa banyak hal yang kau sembunyikan dariku?

ZHI LAN

(tegas)

Aku tidak berkewajiban mengatakan apa yang kupikirkan atau kusembunyikan padamu, Yada.

Yada tidak mempercayai pendengarannya. Matanya menyorotkan rasa kecewa yang sangat dalam. Lelaki itu pergi meninggalkan Zhi Lan tanpa berpamitan.

Zhi Lan menatap kepergian Yada dari serambi atas. Kedua tangannya mencengkeram erat pagar pembatas. 

Tantri yang muncul di tangga tidak bisa menebak apakah tuannya marah atau sedih.

CUT TO:

65. INT. KEDATON PANGERAN GENTALA – BALAI – PAGI

Pangeran Gentala merasa heran tetapi menurut begitu saja saat Damar menyeretnya ke balai begitu tiba di kedatonnya. Damar memastikan mereka berada jauh dari pendengaran prajurit. 

DAMAR

(gugup, ketakutan)

Gusti Pangeran, hamba, Gusti Prameswari…

PANGERAN GENTALA

Ada apa, Damar? Mengapa kau ketakutan?

DAMAR

Hamba mempertaruhkan nyawa hamba untuk mengatakan ini. Gusti Prameswari,

PAUSE

usia kandungannya jauh lebih lama dari yang kita ketahui selama ini.

PANGERAN GENTALA

(tidak terkejut)

Kau tahu, kau bisa dihukum penggal karena ucapanmu?

Damar kehilangan rasa takutnya saat reaksi Pangeran Gentala tidak seperti yang dia kira.

DAMAR

Gusti Pangeran sudah mengetahui ini sebelumnya?

Pangeran Gentala menyilangkan kedua tangan di belakang pinggangnya. Berjalan tenang ke sisi lain balai yang menghadap kolam ikan. Membuat Damar bertanya-tanya dan berpikir keras.

DAMAR

Jadi, kakekku dibunuh karena mengetahui rahasia ini?

Pangeran Gentala membalikkan tubuh dengan kening berkerut-kerut.

PANGERAN GENTALA

Kakekmu???

CUT TO:

66. INT. KEDATON PRAMESWARI – TAMAN SARI – SIANG

Prameswari Pramidhita yang ketakutan nekat turun ke taman sari dengan kondisinya yang kurang sehat. Dia ingin menemui secara langsung Nalendra yang sudah dipanggil oleh Parwati.

PARWATI

(ketakutan)

Ampun Gusti Prameswari, jika ada yang mengetahui kehadiran Nalendra di sini, di siang hari seperti ini…

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Suruh semua penjaga pergi dari taman sari!

PARWATI

(khawatir)

Ampun Gusti Prameswari, mohon pikirkan kesehatan Gusti. Biarkan hamba yang keluar kedaton menyampaikan pesan Gusti.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Lakukan perintahku, Parwati!

Tanpa menunggu tuannya benar-benar naik pitam, Parwati melaksanakan perintah. Begitu para penjaga meninggalkan taman sari, Nalendra meloncat masuk dari kebun di sebelah taman sari. 

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Namanya Damar. Dia seorang pelayan dari kediaman saudagar Zhi yang kini merawat Gusti Prabu. Dia mengetahui rahasia yang kusembunyikan.

Tidak seperti biasanya, Nalendra tidak memberi hormat maupun mengangguk setelah memahami apa perintahnya.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(mengancam)

Lakukan dengan benar. Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun. Jangan sampai tertangkap seperti teman-temanmu yang tidak berguna itu.

Nalendra menatap Sang Prameswari sebelum tuannya itu bergerak tertatih meninggalkan taman sari.

CUT TO:

67. INT. KEDATON PANGERAN GENTALA – BALAI – MALAM

Tidak seperti biasanya, prajurit menjaga ketat kedaton Pangeran Gentala sejak matahari tenggelam. Mereka berjaga di area luar kedaton dan tidak ada yang diijinkan masuk kecuali tamu yang dipanggil menghadap.

Pangeran Gentala berdiri mondar mandir di depan tiga tersangka yang sudah dia panggil menghadap. Damar, Yada, dan Zhi Lan.

PANGERAN GENTALA

Apa yang sebenarnya kalian bertiga rencanakan?

Belum ada yang menjawab meski masing-masing sudah mengetahui situasinya.

PANGERAN GENTALA

Siapa yang merencanakan ini? Kalian bersekongkol untuk memasukkan Damar ke kedaton? Apa tujuan kalian?

ZHI LAN

Ampun Gusti Pangeran. Gusti Pangeran datang kepada hamba dan menginginkan siapapun yang bisa menyembuhkan Gusti Prabu Dhananjaya. Jauh sebelum itu, Yada datang kepada hamba meminta perlindungan untuk Damar. Takdirlah yang merencanakan segala pertemuan kita.

PANGERAN GENTALA

(mengejek)

Kau pintar memutar kata-kata. 

YADA

Ampun Gusti Pangeran, hamba bersalah karena tidak membawa Gusti Pangeran menemui Damar lebih awal karena mengkhawatirkan keselamatannya. Hamba tidak merencanakan menjadi seperti ini pada akhirnya.

PANGERAN GENTALA

(pada Damar)

Dan kau, apa yang ingin kau katakan?

DAMAR

Hamba ingin membalas dendam atas kematian kakek hamba.

CU: Mata Zhi Lan, Yada, dan Pangeran yang memiliki arti berbeda saat mendengar pengakuan Damar.

DAMAR

Hamba merencanakan ini sendiri dan tidak melibatkan siapapun. Kaitan mereka berdua dengan hamba hanyalah mereka adalah dua orang yang menyelamatkan hamba.

Hening selama beberapa saat. Tidak ada yang bicara ketika Pangeran Gentala tidak bertanya lagi. Pangeran Gentala mondar mandir memikirkan sesuatu.

PANGERAN GENTALA

Jadi, kita berempat mengetahui Gusti Prameswari melakukan pengkhianatan pada Gusti Prabu. Kita berempat juga mengetahui Gusti Prameswari yang memberi perintah pada pembunuh bayaran itu untuk menghabisi dua tabib kedaton. Apa ada orang lain yang mengetahui ini?

YADA

Ampun Gusti Pangeran, Wira dan Giriputra yang menerima perintah dari Gusti Pangeran mengetahui apa yang hamba ketahui.

ZHI LAN

(berbohong)

Ampun Gusti Pangeran, tidak ada orang lain dari pihak hamba yang mengetahuinya.

Yada melirik Zhi Lan. Menyadari perempuan itu berbohong agar tidak melibatkan Tantri.

YADA

Ampun Gusti Pangeran, kami bertiga memang mengetahui rahasia di dalam kedaton Payoda. Tetapi kami tidak memiliki rencana untuk membahayakan Gusti Prabu Dhananjaya maupun membuat kekacauan di kedaton. Mungkin sebaiknya kita mencari jalan keluar dari masalah yang sebenarnya.

PANGERAN GENTALA

Apa masalah sebenarnya? Kau sudah lupa dia baru saja mengatakan apa?

(menunjuk Damar) 

Dia ingin membalas kematian kakeknya.

Yada bungkam sementara pangeran berusaha meredakan kemarahannya.

PANGERAN GENTALA

Kau

(pada Damar)

Kau tidak akan membalas dendam seperti apapun yang kau rencanakan. Jika kau ingin keadilan, kau harus mengikuti perintahku.
Kau, Yada. Aku ingin kau dan Mahawira lain tetap mengawasi gerak gerik Gusti Prameswari dan mencari pembunuh bayaran itu. Dia mungkin berada di sekitar kedaton atau menemui pelayannya itu. Mungkin mereka memiliki target baru sekarang.
Dan kau

(pada Zhi Lan)

kita akan bicara setelah ini.

Ketiganya mengangguk pasrah menerima titah Sang Pangeran. Yada sempat melirik Zhi Lan untuk terakhir kali sebelum undur diri dari hadapan Pangeran Gentala bersama Damar. Zhi Lan yang tertinggal di balai itu menimbulkan pertanyaan di dalam benak Yada.

CUT TO:

68. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – KAMAR – MALAM

Memanfaatkan situasi dimana sang saudagar muda masih berada di kedaton dan pengawalnya menunggu di sana, Damar pergi ke kediaman Zhi Lan. Prajurit penjaga tidak mencurigainya yang sudah menjadi bagian dari mereka selama beberapa waktu ini.

Damar pun menyelinap ke kamar Zhi Lan yang tidak dijaga. Lalu mencari peti yang berisi botol-botol yang pernah dibuka sebelumnya. Peti itu masih ada di tempatnya di bawah meja. Damar menarik dan membuka peti yang isinya masih sama. Damar mengambil salah satu botol kecil yang memiliki tanda berbahaya di bagian luarnya.

DAMAR

(mata penuh dendam)

Mereka merenggut nyawa kakekku dengan kejam. Dan kau ingin aku mengikuti perintah?

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar