Sandyakala Payodanagari "Gardajita"
4. BAB 4

24. EXT. PAYODAPURA - PASAR– MALAM

Malam belum terlalu larut tetapi pasar sudah sepi. Obor menerangi beberapa sudut pasar dan jalanan. 

CU: Api obor yang terombang ambing oleh angin malam.

Tiga lelaki berpenampilan rakyat biasa memegang pedang di tangan masing-masing menyusuri jalan-jalan sempit menghindari jalan utama. Mereka berbelok ke satu jalan sempit menjauh dari pasar dan berhenti di halaman sebuah kedai yang sudah tutup.

Seorang lelaki membuka pintu seolah sudah mengetahui akan kedatangan tamu. Lelaki itu membungkuk memberi hormat pada salah satu lelaki yang berjalan masuk. Dua lelaki lain yang bersamanya menunggu di luar.

CUT TO:

25. INT. KEDAI MAKAN – MARKAS MAHAWIRA – MALAM 

Pangeran Gentala berdiri menerima hormat dari ketiga prajurit Mahawira yang kembali dari tugas mereka.

PANGERAN GENTALA

Bagaimana?

YADA

Ampun Gusti Pangeran, kami gagal menjalankan tugas.

PANGERAN GENTALA

Dia tewas?

Yada menunduk malu diikuti kedua rekannya.

PANGERAN GENTALA

Apa yang terjadi, ceritakan padaku.

YADA

Kami terlambat datang, Gusti. Saat menemukannya, tabib itu sudah sekarat.

PANGERAN GENTALA

Lalu pembunuh bayaran itu?

YADA

Ampun Gusti Pangeran, kami gagal menangkapnya.

PANGERAN GENTALA

(meragukan)

Tiga prajurit Mahawira melawan seorang pembunuh bayaran,

WIRA

Ampun Gusti Pangeran, pembunuh bayaran itu sepertinya sangat terlatih. Dia bukan orang sembarangan. Sepanjang sejarah pertarungan kami, belum pernah kami bertemu atau mendengar tentangnya.

PANGERAN GENTALA

Tidakkah itu berlebihan? Kalian adalah prajurit Mahawira, prajurit khusus yang merupakan orang-orang pilihan. Bukankah ilmu kanuragan dan kecerdasan kalian di atas prajurit lain?

Wira menunduk malu.

YADA

Ampun Gusti Pangeran, kami sedang berusaha mencari tahu siapa lelaki ini. Sumber informasi hamba mengatakan kemungkinan lelaki ini berguru pada seorang pendekar dari Cina.

PANGERAN GENTALA

Pendekar dari Cina? (bergumam sendiri) Menarik sekali. Bagaimana Gusti Prameswari bisa mendapatkan lelaki ini?

PAUSE

Baiklah. Ini akan menjadi tugas baru kalian. Cari tahu siapa pembunuh bayaran itu. Tangkap dia dalam keadaan hidup, saat ini dia adalah satu-satunya saksi atas kejahatan Gusti Prameswari.

Yada dan kedua rekannya mengangguk mematuhi perintah.

PANGERAN GENTALA

Selidiki juga tentang pedagang kain yang sering berkunjung ke kedaton Gusti Prameswari. Aku curiga mereka tidak berasal dari kelompok pedagang.

Ketiga prajurit Mahawira itu mengangguk lagi.

YADA

Gusti Pangeran, kami memang tidak berhasil menyelamatkan tabib Widarpa tetapi kami menyelamatkan anggota keluarganya.

PANGERAN GENTALA

Anggota keluarganya?

YADA

Benar, Gusti. Tabib Widarpa memiliki seorang cucu perempuan. Sebelum meninggal tabib Widarpa meminta perlindungan dari Gusti Pangeran untuk cucunya. Jadi, kami membawanya ke Payodapura.

PANGERAN GENTALA

Aku harus menemuinya segera. Bagaimanapun kakeknya terbunuh karena ulah seseorang di kedaton. Untuk saat ini jaga dia baik-baik. 

YADA

Ampun Gusti Pangeran, hamba rasa sebaiknya Gusti Pangeran tidak menemuinya dulu. Cucu tabib Widarpa bahkan tidak mengetahui jika kakeknya sudah tewas terbunuh.

Pangeran Gentala terpaku di tempat.

CUT TO:

26. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – PAGI

Laras yang sudah mengubah namanya menjadi Damar dan berpenampilan seperti laki-laki mulai bekerja pada Zhi Lan. Selama beberapa hari Tantri mengajaknya berkeliling. Memperkenalkan pada para pekerja lain, mengajarinya cara melayani pembeli, dan mengenalkannya pada barang-barang dagangan. Zhi Lan sering kali mengamati Damar dari kejauhan.

Suatu pagi, Zhi Lan tengah mengawasi bongkar muatan di gudang. Tantri datang menghadap dan membawa Damar bersamanya.

TANTRI

Nona memanggil kami?

ZHI LAN

Ya 

(melirik Damar yang tidak memperhatikannya) 

Aku ingin kalian berdua membantuku memeriksa barang-barang ini.

Zhi Lan memberi isyarat pada beberapa pekerja yang selesai menurunkan barang untuk pergi. Tantri menurut pada perintah tuannya. Ini pekerjaan yang biasa dia lakukan.

Sementara Damar membantu Tantri membongkar isi peti dan memeriksa, Zhi Lan masih mengamati. Damar terpaku namun terpesona melihat isi peti di depannya. 

CU: Peti-peti yang berisi tanaman herbal dan obat-obatan.

Sudut bibir Zhi Lan terangkat sebelah lalu menghilang saat Damar perlahan menoleh padanya. Rasa antusias di wajah Damar mulai surut menyadari Zhi Lan mengawasinya.

ZHI LAN

Ada apa, Damar? Apa kehadiranku mengganggu pekerjaanmu?

Damar menggeleng. Tampak ragu untuk mengatakan sesuatu.

ZHI LAN

Kau ingin mengatakan sesuatu?

DAMAR

Bukankah ini semua adalah tanaman obat?

ZHI LAN

Ya, kau benar. Beberapa diantaranya adalah tanaman herbal yang langka.

Damar mengangguk pelan lalu berbalik melanjutkan pekerjaannya.

ZHI LAN

Apa kau tertarik pada tanaman herbal dan obat-obatan?

DAMAR

Tidak. Aku hanya,

ZHI LAN

Sayang sekali.

Damar menoleh, ingin tahu maksud dari ucapan Zhi Lan.

ZHI LAN

Mungkin kau belum tahu, aku menyediakan berbagai tanaman herbal, obat-obatan, bahkan yang langka bagi para tabib yang ada di negeri ini dan di luar Payoda. Tetapi tentu saja para tabib kedaton yang kuutamakan.

Zhi Lan menekankan kata tabib kedaton untuk melihat reaksi Damar.

ZHI LAN

Tetapi, dari saudagar terbesar di negeri ini tidak ada satupun pekerjanya yang cukup mengerti tentang obat-obatan. Aku cukup prihatin jika kita tidak bisa melayani mereka dengan cukup baik karena keterbatasan pengetahuan kita.

TANTRI

Mungkin Nona memang harus mencari seseorang yang memahami ilmu pengobatan untuk bertanggung jawab di bagian itu.

Zhi Lan mengangguk-angguk santai.

DAMAR

Tunggu, aku, sebenarnya aku cukup mengerti tentang ilmu pengobatan.

ZHI LAN

Benarkah? Sebelumnya kau mengatakan tidak tertarik.

DAMAR

Ijinkan aku mempelajarinya. Maksudku, biarkan aku yang bertanggung jawab pada tanaman herbal dan obat-obatan ini.

ZHI LAN

Kau yakin bisa melakukannya?

Damar mengangguk mantap untuk meyakinkan Zhi Lan agar tidak mempercayakan kesempatan itu pada orang lain.

ZHI LAN

Baiklah. Mulai sekarang kau akan bertanggung jawab atas keluar masuknya obat-obatan. Kau bisa membaca dan menulis?

DAMAR

(tanpa ragu)

Aku bisa melakukannya.

ZHI LAN

(menoleh pada Tantri dengan tatapan aneh)

Ajari dia mencatat pembukuan.

Tantri mengangguk. Zhi Lan pergi meninggalkan Damar yang terlihat bersemangat.

CUT TO:

27. INT. KEDATON PRAMESWARI – TAMAN SARI – PAGI

Parwati datang menghadap tuannya yang bersantai di pinggir kolam ditemani dayang-dayang lain.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Berita apa yang kau bawa, Parwati?

PARWATI

Ampun Gusti, para senopati ingin menghadap Gusti Prameswari.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

(tersenyum mengejek)

Mereka meninggalkanku untuk datang menyembah kaki Sang Pangeran. Sekarang mereka ingin kembali padaku karena ketakutan akan jenis kelamin anak di perutku ini.

Prameswari mengelus perutnya.

PRAMESWARI PRAMIDHITA

Baiklah. Atur pertemuanku dengan para senopati, Parwati. Aku ingin melihat mereka mengemis padaku.

CUT TO:

28. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – KAMAR ZHI LAN – SIANG

Zhi Lan berada di kamarnya yang kental akan nuansa Cina. Tidak banyak barang di kamarnya, hanya ranjang, lemari pakaian, dan meja kursi tempatnya bekerja. Zhi Lan tengah duduk di tepi jendela membelakangi meja kayu. Matanya menerawang ke langit saat terdengar suara ketukan di pintu.

ZHI LAN

Masuklah Tantri.

Sesuai perkataannya, Tantri lah yang mengetuk pintu dan masuk.

TANTRI

Dugaan Nona pasti benar. Sedikit sekali rakyat biasa yang bisa membaca dan menulis. Aku rasa itu memang dia. Lagipula dia memahami ilmu pengobatan.

ZHI LAN

Mungkin lebih dari sekadar paham. Baiklah. Aku akan mengurus masalah ini nanti. Kita akan bepergian ke Bukit Muria lebih dulu.

TANTRI

Menemui guru Nona?

ZHI LAN

Ya, jika dia masih hidup. Kita berangkat sore ini juga.

TANTRI

Aku akan mempersiapkan perjalanan.

Tantri keluar meninggalkan Zhi Lan kembali pada lamunannya.

CUT TO:

29. INT. RUMAH YADA – DAPUR – SIANG

Rumah Yada berada tak jauh dari pasar. Sangat sederhana dan hampir tidak memiliki halaman. 

Yada baru saja kembali dari kedaton, masuk ke dalam rumah dan terkejut melihat ibunya berada di dapur saat seharusnya masih berada di kediaman Zhi Lan.

YADA

Apa Ibu baik-baik saja? Mengapa Ibu sudah berada di rumah siang hari seperti ini? Apa terjadi sesuatu?

Nyi Ratih membelakangi putranya, menyiapkan makanan.

NYI RATIH

Nona Zhi Lan akan bepergian sore ini. Dia ingin masakan buatanku untuk bekal perjalanannya.

YADA

Mengapa mendadak? Apa dia mengatakan kemana dia akan pergi?

NYI RATIH

Tentu saja. Dia meminta Ibumu ini kembali ke rumah hanya untuk melaporkannya padamu. Bekal itu hanya alasan.

Yada tidak membantah. Bukan hanya sekali dua kali Zhi Lan melakukannya. Nyi Ratih berhenti sejenak dari segala kesibukannya untuk menghadapi putranya.

NYI RATIH

Anakku, dengarkanlah Ibumu ini.

YADA

Ibu, tidak ada yang perlu Ibu khawatirkan. Bukankah selama ini kami tidak melanggar batas? Itu karena kami tidak memiliki hubungan seperti yang Ibu khawatirkan.

NYI RATIH

Kalau itu benar maka segeralah menikah. Carilah gadis baik yang sederajat dengan kita. Kau sudah sangat berumur.

YADA

(membuang muka)

Aku harus pergi, Ibu. Ada tugas yang harus kukerjakan.

Yada berpamitan karena tidak ingin memperpanjang topik itu.

NYI RATIH

Siapa yang coba kau bohongi, Nak? Kau akan terluka jika berurusan perasaan dengan perempuan itu.

CUT TO:

30. INT. KEDIAMAN SAUDAGAR ZHI – SORE

Damar berada di salah satu paviliun saat Zhi Lan dan Tantri berangkat. Dia sempat mengintai keduanya dari dalam. Zhi Lan dan Tantri mengendarai kuda dan menghilang di ujung jalan.

Seorang pelayan lewat di depan Damar.

DAMAR

Kemana Nona Zhi Lan pergi?

PELAYAN

Entahlah. Aku tidak tahu tepatnya. Tetapi yang kudengar, mereka mencari seseorang.

DAMAR

(cemas)

Seseorang? Nona Zhi Lan mencari orang itu sendiri, apa dia orang yang penting? Seperti orang pintar yang memahami ilmu pengobatan?

PELAYAN

Apa yang kau katakan. Nona memang mencari orang yang sangat penting karena orang yang dia cari adalah seorang pembunuh bayaran.

DAMAR

Mengapa Nona Zhi Lan mencari pembunuh bayaran?

PELAYAN

Tidak seperti yang kau pikirkan. Beberapa hari yang lalu dua tabib kedaton tewas terbunuh. Nona Zhi Lan hanya membantu Yada untuk mencari pembunuhnya.

DAMAR

(linglung)

Tabib kedaton? Apa maksudmu?

PELAYAN

Kau tidak tahu? Dari mana asalmu?

DAMAR

(meledak)

Katakan padaku!!

PELAYAN

Kenapa kau marah? Tabib prameswari tewas terbunuh setelah meninggalkan kedaton. Beberapa hari setelahnya tabib Prabu Dhananjaya juga ditemukan tewas.

DAMAR

(dengan tatapan kosong ambruk ke lantai)

Itu tidak benar. Tidak.

CUT TO:

31. EXT. PERBATASAN PAYODAPURA - SORE

Zhi Lan dan Tantri baru saja meninggalkan wilayah Payodapura.

ZHI LAN

Menurutmu, apa dia sudah mengetahuinya?

TANTRI

Aku yakin sudah, Nona. Aku memberi petunjuk pada orang kita dengan sangat jelas.

ZHI LAN

(menghela napas)

Mungkin dia akan mengamuk pada Yada sekarang. Dia masih muda dan sangat berapi-api.

TANTRI

Nona benar. Menurutku dia seperti ranting kering yang mudah tersulut api.

ZHI LAN

(bergumam)

Ranting kering? Dia mungkin bisa menjadi apinya.

Percakapan mereka terhenti saat Yada muncul dari belakang. Zhi Lan cukup terkejut sekaligus senang.

ZHI LAN

(tersenyum lebar)

Ada apa, Yada? Kau menyusulku? Aku benar-benar tidak menyangkanya 

YADA

(memberikan sebuah suar)

Bawa ini bersamamu. Jika kau butuh bantuan tembakkan ini ke langit arah Payodapura.

ZHI LAN

Kau mengkhawatirkanku?

YADA

Kau melakukan perjalanan ini untuk membantuku.

ZHI LAN

(menggoda)

Kalau begitu temani aku. Jika kau hanya membawakanku sebuah suar, bagaimana kau bisa melihat tandanya? Payodapura hingga Bukit Muria?

Tawa Shi Lan yang nyaring diikuti tawa Tantri yang lebih keras. Yada yang terbiasa mendapat gurauan dari Zhi Lan tidak terpancing. Wajahnya malah masih serius.

YADA

Kami memiliki pos di setiap wilayah. Dari Payodapura hingga Bukit Giri. Kau tidak perlu khawatir aku tidak menerima tanda darimu.

Zhi Lan tersentuh.

ZHI LAN

Tetapi kau mungkin akan terlambat, bukan? 

YADA

Aku percaya padamu, kau tidak membutuhkan benda itu. Berhati-hatilah. Jaga dirimu.

Yada segera memacu kudanya kembali ke Payodapura. Meninggalkan Zhi Lan yang kehilangan senyumnya mendadak.

TANTRI

Kenapa dia membawakan suar itu jika tahu Nona tidak membutuhkannya? Lelaki kaku itu…

Tantri menggeleng-gelengkan kepala lalu menoleh pada tuannya yang terdiam.

TANTRI

Nona baik-baik saja?

ZHI LAN

Ya. Ayo, kita harus sampai di desa berikutnya sebelum larut malam.

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar