Polo Mata
4. Act 1 (Scene 12 - 21)

12. INT. RUMAH RAHMA – MALAM

 

Rahma baru saja pulang. Dia membuka pintu pelan-pelan.

 

Harun yang sudah menunggu dengan gelisah di sofa tamu segera sadar ketika melihat pintu terayun pelan sehingga dia kontan berdiri.

 

HARUN

Sayang?

 

Rahma yang mendengar suara Harun seketika berhenti bergerak. Dia lalu berbicara cukup keras.

 

RAHMA

Bisa pindah nggak, Sayang? Kamu tahu kan saya masih belum berani lihat kamu.

 

HARUN

Baiklah, Sayang. Saya akan pergi.

 

Harun pun segera bergerak ke ruang sebelah, di ruang tengah. Dia duduk di sofa yang menghadap ke TV. Tatapannya gelisah.

 

Setelah menunggu, Rahma kemudian bergerak. Dia menutup pintu, lalu menguncinya. Rahma lalu berjalan dengan cukup pelan, sampai di ruang tengah, dia berusaha menghindari pandangannya ke arah Harun yang sedang duduk membelakang menghadap TV.

 

Saat itu, Harun yang merasakan kehadiran Rahma segera menyeletuk dengan wajah yang masih menghadap ke TV.

 

HARUN

Saya senang kamu pulang, Sayang.

 

Rahma segera menghentikan langkahnya. Pandangannya masih lurus ke depan tanpa sekali pun menoleh ke arah Harun yang tepat di sampingnya.

 

RAHMA

Kita masih suami-istri. Itulah alasan mengapa saya harus tetap pulang, Sayang.

 

HARUN

Mama?

 

RAHMA

Mama pasti ngerti, Sayang, kalau saya masih punya kewajiban penuh atas dirimu.

 

Tidak ada lagi tanggapan dari Harun.

 

Dan Rahma kemudian masuk ke dalam kamarnya.

 

Di samping itu, Harun hanya bisa menggeleng-geleng pasrah.

 

HARUN

(pada dirinya)

Ya Tuhan, sampai kapan kami begini?

 

Setelah beberapa waktu, kita lihat Rahma kembali membuka pintu kamarnya, tapi cuma setengah. Dia terlihat sedang membawa bantal, guling, dan selimut. Kemudian, berteriak.

 

RAHMA

Sayang?!

 

Harun yang mendengar teriakan Rahma seketika ingin menoleh, tapi saat itu juga dia urung.

 

HARUN

Kenapa, Sayang?

 

RAHMA

Selama saya belum berani lihat kamu… kita nggak akan tidur bersama.

 

Harun tersentak mendengar pernyataan Rahma, tapi dia juga tidak bisa berkata apa-apa untuk menyanggah. Dia hanya bungkam.

 

Sementara itu, Rahma menaruh bantal, guling, dan selimut depan kamar dengan hati-hati. Kemudian, dia menutup pintu dengan buru-buru. Rahma tampak sangat sedih.

 

Harun akhirnya menoleh. POV Harun: bantal, guling, dan selimut sudah ada di lantai depan kamar.

 

CUT TO FLASHBACK

 

13. INT. RUANG ICU RUMAH SAKIT – FLASHBACK – MALAM

 

Kita lihat Rahma terbaring di atas brankar ruang ICU. Berbagai alat kesehatan melekat di tubuhnya seperti infus dan alat bantu pernapasan.

 

Kita lihat juga Harun yang duduk di sampingnya. Dia terlihat sangat cemas dan sedih. Matanya merah dan bengkak. Dia lantas berkata lembut dan liris.

 

HARUN

Bukannya kamu sudah janji, Sayang? Setelah nikah, kita akan bulan madu di Bali. Terus, kenapa belum bangun juga?

(pause)

Ini sudah sekian kali kita di sini setelah nikah. Kamu memang lebih suka bulan madu di sini ya, Sayang?

 

Harun tertawa kecil, tapi dalam waktu singkat kembali cemas dan sedih.

 

HARUN

Saya tahu, kamu pasti tidak suka di sini. Kamu lebih suka di pantai, kan? Kita duduk di pasir sampai sore, sampai langit yang semula biru berubah kuning kemerahan.

(pause)

Setelah itu, kita akan nyanyi sama-sama sampai langit betul-betul gelap.

(pause)

Atau kamu ingin dengar saya nyanyi sekarang? Kalau mau, saya bisa nyanyi sampai kamu bangun. Tapi janji, kamu bangun ya, Sayang!

 

Harun tampak emosional. Dia mulai tersengut-sengut, bahkan saat bernyanyi.

 

HARUN

Ribuan hari aku menunggumu

Jutaan lagu tercipta untukmu

Apakah kau akan terus begini?

(ITU AKU – SHEILA ON 7)

 

Harun berhenti bernyanyi. Dia mulai menangis dengan suara tertahan-tahan.

 

Saat itulah, Fatma datang. Dia menyentuh pundak Harun.

 

Harun menoleh. Dia menarik ingusnya, dan mengusap matanya.

 

HARUN

Mama?!

 

FATMA

Harun, lebih baik kamu istirahat. Kamu sudah di sini seharian. Biar Mama yang gantiin.

 

HARUN

Tidak, Ma. Harun masih mau di sini.

 

FATMA

Kalau kamu tidak pernah makan, bisa-bisa kamu ikutan sakit, Harun. Kami juga yang repot. Buruan.

 

Harun mengambil napas dalam-dalam, lalu akhirnya berdiri.

 

HARUN

Harun titipin Rahma ya, Ma. Semoga dia cepat bangun.

 

Fatma hanya mengangguk sambil tersenyum.

 

Kemudian, Harun keluar dari ruang ICU dengan wajah datar, lelah, dan sorot mata yang sangat lemah. Saat di luar, setelah pintu dia tutup kembali, dia berhenti sejenak. Dia memandangi Rahma melalui pintu kaca itu dengan mata yang berkaca-kaca.

 

BACK TO PRESENT

 

14. INT. RUMAH RAHMA – DEPAN KAMAR – MALAM

 

Harun menyentuh pintu kamar tidur sambil menenteng bantal, guling, dan selimut. Wajahnya gelisah. Air matanya menitik.

 

INTERCUT WITH

 

15. INT. RUMAH RAHMA – KAMAR TIDUR – MALAM

 

Rahma sedang duduk bersandar pintu dengan air mata yang juga menitik.

 

CUT TO

 

16. INT. RUMAH RAHMA – KAMAR TIDUR – MALAM (LATER)

 

Kita lihat Rahma tidur dengan gelisah. Badannya penuh keringat. Dia sekali lagi mimpi buruk. Setelah beberapa saat, dia akhirnya terbangun sambil menjerit histeris. Napasnya sengal-sengal.

 

RAHMA

AAHHHH!!!

 

INTERCUT WITH

 

17. INT. RUMAH RAHMA – RUANG TENGAH – MALAM

 

Harun yang tidur di atas sofa ikut terbangun mendengar jeritan Rahma. Dia pun buru-buru menghampiri pintu kamar dengan cemas, lalu mengetuknya berkali-kali.

 

HARUN

Sayang, kamu tidak apa-apa, kan?

 

Rahma tidak menjawab. Dia tampak masih syok.

 

HARUN

Kamu mimpi buruk lagi?

Rahma akhirnya berucap dengan suara bergetar.

 

RAHMA

Sayang, saya takut.

 

Rahma terisak dan tampak sangat ketakutan.

 

Harun mencoba menenangkannya.

 

HARUN

Tenang saja, sayang. Tidak perlu takut. Saya di sini.

 

Rahma masih tidak bisa melawan rasa takutnya. Dia tetap saja terisak sambil mulai memeluk lutut.

 

CUT TO FLASHBACK

 

18. INT/EXT. SEKOLAH – FLASHBACK – PAGI

 

KORIDOR SEKOLAH

Rahma yang masih memakai seragam SMP tampak diseret dua orang laki-laki dan seorang perempuan yang semuanya beseragam SMA.

 

RAHMA

Kak, saya mau dibawa ke mana?

 

LAKI-LAKI 1

Tidak usah banyak bicara.

 

PEREMPUAN

Tarik saja! Baru anak baru, sudah kurang ajar.

GUDANG

 

Rahma langsung dimasukkan ke dalam gudang yang gelap dan kotor. Mereka memasukkan Rahma dengan kasar sampai Rahma tersungkur ke lantai.

 

PEREMPUAN

Ini hukuman buatmu. Sudah terlambat, tidak bawa ID Card lagi.

 

RAHMA

Tapi, kak?

 

LAKI-LAKI 2

Sudah, sudah. Dari tadi banyak bicara. Atau saya kasih pulang saja ke kampungmu di Jawa.

 

LAKI-LAKI 1

Oh, ini yang orang Jawa itu?

 

LAKI-LAKI 2

Iye.

 

LAKI-LAKI 1

(menatap Rahma sinis)

Jangan ngadi-ngadi!

 

Mereka serempak tertawa.

 

LAKI-LAKI 2

Ayo, pergi!

 

PEREMPUAN

Ingat! Kalau kami kembali, gudang ini sudah harus bersih.

 

Mereka lalu berjalan keluar dari gudang dan meninggalkan Rahma sendirian.

 

RAHMA

Kak, jangan, Kak!

 

Mereka tidak menggubris. Mereka langsung menutup pintu dengan keras dan menguncinya, kemudian pergi.

 

Rahma tampak ketakutan. Dia berteriak-teriak sambil terisak-isak.

 

RAHMA

Tolong, Kak, buka pintunya! TOLONG!!!

 

FLASHBACK CUT TO

 

19. EXT. SEKOLAH - DEPAN GUDANG – FLASHBACK – PAGI

 

Harun yang kebetulan lewat mendengar suara Rahma langsung berhenti berjalan. Dia tampak kebingungan.

 

NB: Kita perlihatkan logo kelas XII di lengan bajunya sebagai tanda bahwa Harun sudah kelas XII saat itu.

 

RAHMA (O.S)

TOLONG!!!

 

Harun akhirnya sadar suara teriakan dan isakan itu berasal dari gudang. Dia mencoba membukanya, tapi gudang itu terkunci.

 

HARUN

Siapa di dalam?

 

INTERCUT WITH

20. INT. SEKOLAH – GUDANG – FLAHSBACK – PAGI

 

RAHMA

Siapapun, tolong saya! Di sini sangat gelap. Saya takut.

 

Harun terus berusaha mendobrak pintu itu, tapi gagal.

 

HARUN

Astaga! Siapa yang lakuin ini? Ya sudah, bentar! Saya cari kunci dulu.

 

RAHMA

Jangan pergi! Saya takut sendirian. Kalau ada hantu, gimana?

 

HARUN

Bagaimana saya bisa tolong kalau kuncinya tidak ada? Sebentar saja. Saya pasti kembali.

 

RAHMA

Tolong jangan tinggalkan saya! Saya benar-benar takut.

 

Rahma mulai terisak. Badannya bergetar karena ketakutan.

 

HARUN

Kamu tenang. Tidak perlu takut. Oke. Saya tidak akan pergi. Semoga saja ada yang lewat biar saya bisa suruh ambil kunci.

 

Rahma makin terisak. Suaranya ikut bergetar.

 

RAHMA

Saya takut. Saya takut.

 

Harun bingung. Dia tidak tahu bagaimana menenangkan Rahma yang isakannya makin keras. Akhirnya, dia memilih untuk bernyanyi.

 

HARUN

Mungkinkah bila kubertanya pada bintang-bintang

Dan bila kumulai merasa bahasa kesunyian

Sadarkah aku yang berjalan dalam kehampaan

Terdiam terpana terbata semua dalam keraguan

(MIMPI YANG SEMPURNA – PETERPAN)

 

Sementara Harun bernyanyi, Rahma perlahan merasa tenang. Dia sudah tidak lagi terisak.

 

Karena Harun berpikir Rahma sudah tenang, dia lantas berhenti bernyanyi.

 

Rahma langsung kebingungan ketika dia tidak lagi mendengar suara Harun.

 

RAHMA

Kak? Kakak masih di situ, kan?

 

HARUN

Saya masih di sini.

 

RAHMA

Suara Kakak fals.

(pause)

Tapi saya senang. Kalau bisa, nyanyikan lagi, Kak.

 

Harun tersenyum. Dia pun lanjut bernyanyi.

 

HARUN

Aku dan semua yang terluka karena kita

(MIMPI YANG SEMPURNA – PETERPAN)

 

BACK TO PRESENT

 

21. INT. RUMAH RAHMA – KAMAR TIDUR – MALAM

 

Rahma masih duduk di atas kasurnya sambil memeluk lutut. Tiba-tiba dia mendengar suara Harun bernyanyi.

 

HARUN (O.S)

Aku kan menghilang dalam gelap malam

Lepas ku melayang

Biarlah kubertanya pada bintang-bintang

Tentang arti kita

Dalam mimpi yang sempurna

(MIMPI YANG SEMPURNA – PETERPAN)

 

Saat itu juga, Rahma langsung merasa tenang seperti dulu.

 

Harun lalu berhenti bernyanyi ketika dia merasa Rahma sudah tenang.

 

RAHMA

Ternyata suara kamu masih fals, Sayang.

(pause)

Tapi lagi, saya masih senang. Kalau bisa, nyanyikan lagi, Sayang.

 

HARUN

Siap, Sayang. Apapun buatmu.

(pause)

Dan kamu harus ingat, saya akan selalu bersamamu sampai kapan pun.

 

RAHMA

Terima kasih, Sayang.

 

Harun menarik napas, lalu kembali bernyanyi.

 

HARUN

Aku kan menghilang dalam gelap malam

Lepas ku melayang

Biarlah kubertanya pada bintang-bintang

Tentang arti kita

Dalam mimpi yang sempurna

(MIMPI YANG SEMPURNA – PETERPAN)

 

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar