NORTHERN LIGHT
3. Bagian 3

16. EXT. FINLANDIA – SIANG  


ESTABLISHING SHOOT: FINLANDIA - SIANG. 

MONTAGES: beberapa shoot landmark Finlandia dan Universitas Helsinki. 


CUT TO:


17. INT. UNIVERSITAS HELSINKI. RUANG KELAS – SIANG  

Cast: BELLA, WYATT, PROFESOR ALEXANDRA, EKSTRAS


PROFESOR ALEXANDRA bicara di depan para mahasiswa baru di kelas. 


PROF. ALEXANDRA
Okay, Class. Welcome to the University of Helsinki. I know all of you come from around the world, so I also want to say ‘Welcome to Finlandia.’ This country will be your new home.


KAYLA menyimak perkataan PROFESOR ALEXANDRA dengan serius. WYAT yang duduk di depannya juga menyimak dengan ekspresi sama. 


PROF. ALEXANDRA 
You already finished your orientation today. At the end of this session, I want to remind you to do your best work. And especially for scholarship beneficiaries, your scholarship can be terminated if you fail this first year. So do your best. Good luck and see you the next day.


PROFESOR ALEXANDRA meninggalkan ruangan. Para MAHASISWA juga meninggalkan ruangan. Tanpa sengaja, KAYLA menabrak WYAT.  


KAYLA
Ups, sorry.

WYATT
(dingin) That’s okay. 


KAYLA tampak ingin bicara lagi. Tapi WYAT sudah pergi. KAYLA terpana, lalu berjalan meninggalkan ruangan.  


CUT TO:


18. INT. INSTITUT FISIKA HELSINKI. RUANG KELAS – SIANG  

Cast: ADI, DAREN, INKA, NAOMI, PROFESOR ADOLF, EKSTRAS


PROFESOR ADOLF sedang menyampaikan orientasinya. ADI dan para MAHASISWA lain menyimak dengan serius. 


PROF. ADOLF
As you all know, the Helsinki Institute of Physics is a join research institute between the University of Helsinki, Aalto University, The University of Jyvằskyla, Lapperenta, LUT University, and Tampere University. This is an essential institution because we collaborate with European Organization for Nuclear Research. Well, at least that’s what Wikipedia said.  


Semua MAHASISWA tertawa. PROFESOR ADOLF melanjutkan. 


PROF. ADOLF
I warn all of you. I’m not making this easy. But if you make good cooperation with your project partner in the laboratory. Maybe you are not just lucky enough to graduate. But also have a bright career for your future.


ADI tampak mencatat sesuatu di notesnya, kemudian kembali menyimak PROFESOR ADOLF. 


PROF. ADOLF
As the first gift, I'll give you the first task this semester. There is a nuclear seminar in the Helsinki auditorium next week. You have to come and make a paper about it. Good luck, ladies and gentleman.  


PROFESOR ADOLF meninggalkan ruangan. ADI segera berdiri dan menyapa seorang laki-laki di dekatnya.  


ADI
Hi, I’m Adi. Nice to meet you.


DAREN menyambut jabat tangan ADI dengan ramah.  


DAREN
Daren. Where are you come from?

ADI
Indonesia. 

DAREN
Well, welcome to Finlandia then.

ADI
Thank you. 


Dua orang wanita mendekati mereka berdua. 


NAOMI
Hi guys, I’m Naomi from Japan. 

INKA
And I am Inka. Finnish. 


Mereka berempat saling berjabat tangan. 


ADI
Adi, Indonesia. 

DAREN
Daren, Finnish. 

INKA
Seems we will gonna be a team, huh?

ADI
I hope we can be a great team. 

DAREN
You bet. 


Mereka berempat saling bertukar senyum. 


CUT TO: 


19. INT. AULA UNIVERSITAS HELSINKI – SIANG  

Cast: KAYLA, ADI, EKSTRAS


KAYLA duduk di kursi barisan pinggir. Di panggung terlihat sebuah spanduk ‘Nuclear Seminar’. Seminar belum dimulai. Para pengunjung satu per satu memasuki ruangan. 


KAYLA memandang sekeliling. ADI memasuki ruangan sambil membawa beberapa berkas dalam map plastik. KAYLA menajamkan pandangan. 


INSERT: judul makalah dalam map plastik ADI.

‘Keselamatan Reaktor Nuklir’ oleh Prof. Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan. 


KAYLA memanggil ADI yang baru saja melewatinya. 


KAYLA
Mas. 


ADI menoleh dengan kaget. KAYLA tersenyum.  


KAYLA
Indonesia?


ADI tersenyum, mengangguk dan menunjuk kursi di sebelah KAYLA.


ADI
Di situ kosong, Mbak?

KAYLA
(mengangguk dan menepuk kursi di sebelahnya) Silakan, Mas. 


ADI duduk di sebelah KAYLA lalu mengulurkan tangan. 


ADI
Kenalkan, saya Adi Herdian. Panggil saja Adi. 


KAYLA menjabat tangan ADI. 


KAYLA
Kayla Adzkiya.

ADI
Kok tau saya orang Indonesia, Mbak?

KAYLA
Jangan panggil Mbak dong. Panggil Kayla aja. Kita ber-aku kamu aja supaya lebih akrab.

ADI
Oh oke. Maaf. 


KAYLA tersenyum dan menunjuk lembar judul makalah dalam map plastik ADI yang terlihat olehnya. 


KAYLA
Tuh. Makalahnya dalam bahasa Indonesia. 


ADI menepuk dahinya. Ia baru menyadari hal itu. 


ADI
Oh iya. Pantesan. Tadi aku kaget di aula ini kok ada yang panggil ‘Mas’. 

KAYLA
(tertawa kecil) Kok bawa makalah Prof Hikmawan? Memangnya dulu alumni UGM juga? 

ADI
Oh nggak. Prof Hikmawan atasanku di BATAN. Aku dulu lulusan STT BATAN jurusan teknokimia. Sekarang sih udah ganti nama jadi Poltek Nuklir BRIN. Kamu sendiri gimana?

KAYLA
Aku satu almamater dengan Prof Hikmawan di UGM. Jurusan tehnik nuklir.  

ADI
Wah, berarti kamu satu almamater juga dengan orang tuaku. 

KAYLA
Oh ya?

ADI
(mengangguk) Bapak sama ibuku juga alumni UGM. Tapi jurusan fisika. 

KAYLA
Wah, kayaknya keluarga kamu keluarga peneliti ya?

ADI
(tertawa) Bapakku sih yang peneliti. Dulu dinas di BPPT. Jadi orang tuaku itu ketemu di kampus. Ibuku tadinya juga mau jadi peneliti. Tapi pas udah nikah dan bapak dapat beasiswa sampai S3. Ibu mutusin untuk berhenti kerja. Apalagi, kami sekeluarga juga sempat ikut pindah sampai bapak lulus. 

KAYLA
Oh, dulu bapak kamu beasiswa di sini juga?

ADI
Bukan, di Jerman. 

KAYLA
(mengangguk-angguk) Berarti kamu itu ngikutin bapak kamu ya? Jadi PNS dan peneliti. 

ADI
(tersenyum) Buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. 


KAYLA tertawa. Tampak ADI dan KAYLA langsung akrab satu sama lain. 


CUT TO:


20. EXT. FINLANDIA. UNIVERSITAS HELSINKI – SIANG 

CAST: KAYLA, ADI


KAYLA dan ADI berjalan sambil menuntun sepeda masing-masing. 


ADI
Kamu pulang ke arah mana?

KAYLA
Daerah Kumpula. Cuma beberapa blok dari sini. Tapi aku belum begitu hapal jalan, jadi yah, ini sekalian ngapalin. 

ADI
Kamu apply tempat tinggal untuk international student lewat aplikasi HOAS kan?

KAYLA
Iya. Kamu juga apply?

ADI
Iya, aku tinggal di derah Arabianranta. Kalau begitu kita bareng saja sampai depan. Nanti aku kasih tau rute jalan menuju daerah Kumpala. Aku tahu daerah situ kok. Kebetulan teman satu timku juga tinggal di daerah itu. 

KAYLA
Memang banyak mahasiswa sih di daerah itu. 


KAYLA dan ADI akhirnya kembali berjalan beriringan sambil mengobrol. 


KAYLA
Jadi kamu ikut join research di Helsinki Institute of Physics? Berarti lebih banyak di lab ya? 
 
ADI
Iya. Makanya aku datang ke seminar tadi karena harus buat paper. Kamu sendiri, harus buat paper juga? 

KAYLA
Nggak. Ini inisiatifku aja. Begitu aku tahu ada seminar nuklir yang terbuka untuk umum, ya aku datang aja. Untuk pembelajaran baru. 

ADI
Kamu rajin banget. 

KAYLA
(tertawa) Terpaksa sih. Orang-orang kayak kita yang bisa sekolah dengan beasiswa. Mau nggak mau dipaksa rajin. Karena kalau sampai nggak memenuhi persyaratan SKS, nilai dan segala macam, beasiswa kita kan bisa dicabut.  

ADI
Iya sih. 

KAYLA
Lagi pula, menurutku nih ya. Karena kita sama-sama dari Indonesia, ya kita punya kewajiban untuk membawa nama baik bangsa kita di sini. Makanya aku akan lakukan apapun supaya dapat nilai terbaik. Yah, untuk ngebuktiin kalau orang Indonesia itu juga mampu. 

ADI
(tersenyum) Ternyata kamu nasionalis juga. Tapi kalau aku pribadi sih, nggak mesti dapat nilai terbaik. Kalau aku bisa kerja sama dalam tim dan lulus dari sini, itu sudah caraku untuk membawa nama baik bangsa. Ngebuktiin kalo Indonesia adalah negara yang terbuka dan siap bekerja sama dengan ilmuwan dari berbagai belahan dunia.  


SFX: Suara dering ponsel KAYLA. 


KAYLA
Eh, sebentar ya. Aku angkat dulu. 


ADI mengangguk. KAYLA segera mengangkat teleponnya. 


KAYLA
Halo? Waalaikum salam. Hei, Din... ya ampun udah lama banget kita nggak kontak. Iya. Sekarang aku di Finland. Iya, makasih ya. Udah mulai betah nih. Nggak, nggak sibuk kok. [pause] Bella? Ooh, apa ya? Sekarang belum kepikir sih. Tapi nanti kita chat lagi aja gimana? Soalnya ini aku lagi di jalanan gitu. Oke, bye. Waalaikum salam. 


KAYLA masih memegang ponselnya dan beralih ke ADI. 


KAYLA
Maaf ya. Jadi keputus deh obrolan kita tadi. 

ADI
Nggak papa kok. (mengeluarkan ponselnya) Tapi karena kamu udah terlanjur ngeluarin handphone, gimana kalau kita tukeran nomer telepon? Siapa tau kalau ada acara di KBRI kita bisa ketemu lagi.  


KAYLA tersenyum dan mengangguk. 


ADI
Kamu mau aku catetin rute jalan ke Kumpala? 

KAYLA
Aku bisa sendiri, Kok. 

ADI
Yakin? Katanya tadi nggak hapal jalan?


KAYLA tersenyum dan menunjukkan layar ponselnya. 


KAYLA
Aku bisa pake map. 


CUT TO:


21. EXT. YOGYAKARTA. RUMAH KAYLA – SIANG  

Cast: BU RITA, PAK SURYA, PUJO, EKSTRAS


TIME LAPSE.

BU RITA sedang sibuk mencatat pembukuan sambil sibuk mengawasi PUJO dan BEBERAPA ORANG yang membawa bahan-bahan kain ke dalam rumah. 

Kamera PULL BACK, tampak di satu sudut, PAK SURYA mengawasi BU RITA dari jauh. 


CUT TO:


22. INT. YOGYAKARTA. RUMAH SAKIT – SIANG  

Cast: BELLA, DOKTER TIWI


BELLA melihat hasil lab diagnosa pasien dengan wajah sedih. Rekan kerja Bella, seorang DOKTER radiologi mendekat. 


DOKTER TIWI
Kenapa, Bel? Kok wajah kamu sedih begitu? 

BELLA
Oh, nggak, Dok. Ini aku lagi lagi ngecek copy hasil pemeriksaan CT Scan pasien bulan lalu. Terapi radiologinya gimana, Dok? Sudah berjalan? 


DOKTER TIWI menghela napas berat. 


DOKTER TIWI
Pasiennya meninggal, Bella. Baru minggu kemarin. Dibawa ke UGD karena gagal napas, tapi nggak tertolong.  


BELLA tertegun. Air matanya menitik. DOKTER TIWI menepuk bahu BELLA penuh pengertian. 


DOKTER TIWI
Kita nggak bisa menyelamatkan semua orang dan menentang takdir. Bekerja di rumah sakit seperti ini, kita akan sering melihat kematian. Itu nggak membuat kita jadi kebal. Tapi itu juga menandakan kita masih manusia.  


BELLA terpaku di tempatnya. Terlihat kehilangan kata-kata. 


CUT TO:


23. INT. YOGYAKARTA. RUMAH KAYLA – MALAM  

Cast: BU RITA


BU RITA sedang merapikan kamar KAYLA yang kini kosong. Ia membuka laci meja KAYLA. BU RITA tertegun sejenak melihat ujung sebuah foto yang ada di dasar laci, tertutup sebagian oleh buku-buku yang tergeletak begitu saja. BU RITA menarik foto tersebut. 

BU RITA membuka lipatan foto itu. Tampak sebuah foto lama yang sebelumnya disembunyikan KAYLA, foto keluarga saat KAYLA masih kecil diapit BU RITA dan PAK SURYA. 

BU RITA mengusap foto KAYLA dan PAK SURYA. Setelah beberapa lama, BU RITA mendadak tersadar. Ia cepat-cepat melipat foto itu lagi, menyembunyikan sosok PAK SURYA, dan mengembalikannya dalam laci terkunci lalu buru-buru keluar dari kamar KAYLA. 


CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar