Misi Kafe Biru
9. Kejujuran

Sad music mulai, dan kita ZOOM OUT perlahan-lahan, hingga ke LONG SHOT, dengan Ary yang berpandangan kosong, tampak lemah, sedih, dan hampa.

FADE TO:

Dengan sad music yang masih mengalun, kita masuk ke beberapa TIME LAPSE & MONTAGE untuk menggambarkan kesedihan yang statis, ketidakpastian, dan waktu yang berjalan begitu saja di depan Naya dan Ary tanpa mereka bisa melakukan apa-apa, dan hanya bisa menyesuaikan diri dan menerimanya.


EXT. BAGIAN LUAR KAFE BIRU — SIANG SAMPAI MALAM

TIME LAPSE 

Kafe Biru yang baru buka di siang hari, pelanggan mulai datang dan pergi, kegiatan kafe yang terlihat dari luar, aktivitas rutin Kafe, dll, hingga tutup kafe di malam hari.

CUT TO

INT. LOBI KANTOR BAHASAKITA - PAGI SAMPAI PETANG

TIME LAPSE

Kantor BahasaKita, jam masuk di pagi hari, check in, karyawan yang berlalu lalang, mengobrol, bercanda, bekerja, hingga jam pulang, checkout, di saat petang/maghrib.

CUT TO

INT. BALKON KAMAR NAYA - SORE HINGGA MALAM

TIME LAPSE teman-teman Naya, Kiki dan Detha, yang datang dan memberi support untuk Naya, mengajak ngobrol, bercanda, bermain, makan bareng, sementara Naya (NORMAL SPEED) hanya berdiri bersandar di pagar balkonnya, menatap ke kejauhan.

CUT TO

INT. COUNTER KAFE BIRU - SORE

MONTAGE

Ary sedang berada di balik counter, melayani pelanggan demi pelanggan. Kemudian, seorang pelanggan perempuan yang mirip dengan Naya, maju dan menyebutkan pesanannya. Ary melihat pelanggan itu dan ia seperti melihat Naya.

Ia tertegun dan tenggelam sejenak dalam lamunan, sebelum pelanggan tersebut menyadarkannya. Saat ia sadar, ia meminta maaf, dan tersenyum pada dirinya sendiri. Senyum sedih.

CUT TO

INT. KUBIKEL NAYA - JAM MAKAN SIANG

MONTAGE

Naya membuka bekal kotak makannya, meneguk air putih dari tumblr-nya, dan memulai makan siangnya. Sesekali ia menyapa balik rekan kerja yang menyapa.

Saat Mbak Dila datang dan menanyakan sesuatu, ia tampak memberi alasan sambil tersenyum "aku baik-baik saja" yang tampak agak dipaksakan.

CUT TO

INT. KAFE BIRU - SORE

MONTAGE

Ary sedang mengantarkan pesanan ke meja-meja pelanggan saat dilihatnya Kiki memasuki Kafe. Kiki pun melihat Ary dan mereka hanya saling mengangguk sopan dan tersenyum singkat, sebelum melanjutkan urusan masing-masing.

CUT TO

INT. BALKON KAMAR TIDUR NAYA - SORE

TIME LAPSE 

Kiki dan Detha yang duduk mengitari meja bundar di balkon, dengan latar matahari yang makin merendah dan langit yang makin bercorak oranye kemerahan.

Mereka memberi nasihat demi nasihat, saran, dan masukan pada Naya (NORMAL SPEED) yang mendengarkan dengan sabar dan saksama, juga dengan wajah yang menunjukkan dinamika perasaan pasrah, juga sedih, menyesal, kecewa, mencoba ikhlas dengan keadaan, dan bersikap tenang.

CUT TO

INT. KAMAR TIDUR NAYA - 3 MINGGU KEMUDIAN, MALAM

MONTAGE, KAMERA BERPUTAR 360 DERAJAT

Naya bercerita, menjelaskan, dan mencurahkan segala perasaan dan apa yang ada di pikirannya ke Detha dan Kiki. Mereka duduk seperti biasa di lantai beralas karpet.

FADE TO

Mereka bertiga juga nonton TV/Netflix bareng sambil duduk bersandar dengan nyaman di atas ranjang Naya, dengan snack di pangkuan mereka.

[Musik perlahan menghilang, MONTAGE selesai.]

Kita melihat Naya yang wajahnya kemudian menampakkan bahwa ia telah sampai pada suatu keputusan. Ia pun tiba-tiba mematikan TV.

KIKI
Woooooy apa-apaan, lagi close up Steve Rogers lho Nay!!
DETHA
(dengan mulut penuh snack)
Naaaay, kenaba ziihh?!

Kiki dan Detha dengan kesal menoleh ke Naya yang duduk di tengah.

NAYA
Girls, kayaknya aku udah mantep deh.
KIKI
(matanya melebar senang) 
Mantep apaa...?
NAYA
Nggak jamin hasilnya bagus sih, tapi aku harus nyoba lah seenggaknya.
KIKI & DETHA
Nyobain apaa??

Suara kedua temannya begitu keras di telinga Naya, sampai-sampai ia memejamkan matanya sejenak dan terkekeh. Kemudian ia menarik dan menghembuskan napasnya, lalu bilang:

NAYA
Aku mau ngomong ke Ary. Mau njelasin semuanya dan nyoba lagi.

Senyum Detha dan Kiki mengembang lebar. Mereka pun langsung memeluk Naya bersamaan. Naya, walau terjepit kedua temannya, tetap tampak senang dan penuh harapan.

FADE TO

EST. SHOT Matahari terbit, menyinari rumah Naya, membuatnya tampak keemasan dan tampak hangat. Depan dan sekitar rumah Naya masih sepi, sehingga burung-burung yang mulai bernyanyi dapat kita dengar, mengiringi dimulainya hari baru, dan harapan baru.


INT. KAMAR TIDUR NAYA - ESOK HARINYA, PAGI

Matahari yang baru terbit itu memancarkan sinarnya, memasuki jendela dan tirai kamar Naya, dan menerangi sebagian dari ranjangnya.

Dari samping, kita melihat Naya sedang dalam posisi duduk bersila di ranjangnya. Badannya tampak segar, wajahnya tampak tidak semuram biasanya. Di tangannya ia menggenggam HP, dengan ujung bawah yang ia dekatkan ke mulutnya. Ia sedang berbicara.

CLOSE UP layar HP Naya, yang sedang merekam suara.

NAYA
...so, yeah, Ry. Hari-hariku tanpa kamu, tiga mingguan ini, rasanya aneh, hampa, dan gak enak.
(beat)
Dan sekarang, dengan kamu tau kenapa aku curiga dan suudzon berlebihan, tau tentang Luki, semoga kamu mau sabar dengan prosesku... proses untuk percaya lagi, percaya kamu, percaya sama hubungan ini.
(beat)
Percaya kalau aku berusaha lebih keras lagi, mungkin memang kamulah orangnya.

Naya berhenti sebentar, mengatur napasnya.

NAYA (CONT’D)
Dan, yah... Aku tau aku salah, dan ada harga yang harus dibayar untuk itu. Jadi, aku gak akan maksa.
(beat)
Keputusan ada di kamu, Ry. Kalau kamu mau, aku akan datang. Kalau enggak, aku akan pergi.
(beat)
Thanks, Ary.

Naya mengakhiri rekaman suaranya, dan mengirimkannya ke Ary lewat Whatsap. Ia tampak lega. Ia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang, menghembuskan napas panjang, menatap ke langit-langit. Pasrah saja.

FADE OUT

INT. LOBI KANTOR BAHASAKITA - 2 HARI KEMUDIAN, PAGI

FADE IN

Naya membuka pintu kaca dan memasuki lobi kantornya. Ia kemudian men-scan ID cardnya sambil tersenyum pada Customer Service di balik meja front desk, DINI.

Hari ini Naya tampak tidak terlalu murung, tapi juga tidak terlalu riang gembira. Saat ia berjalan ke arah kubikelnya yang terletak di dekat ujung ruangan, Naya tak kuasa mendapati ruangan yang lebih sepi dari biasanya.

Naya berusaha tidak menghiraukannya, dan terus berjalan ke kubikelnya.

INT. KUBIKEL NAYA - PAGI

Naya sudah akan melepas tasnya dari pundak saat ia sampai di kubikelnya dan melihat pemandangan di depannya.

POV NAYA dinding kubikel Naya sudah dihiasi dengan beberapa pita berwarna biru, putih, dan toska. Meja kerjanya dipenuhi confetti. Kursinya pun dihiasi--

MBAK DILA & BEBERAPA TEMAN KANTOR
Happy Birthday, Nayaaaa!!!

Naya kaget dan hampir terlonjak dari tempatnya, melongo, dan kemudian tersenyum lebar. Sekitar lima teman kantor lainnya muncul dari balik dinding kubikel Naya, berdiri sambil membawa beberapa helai pita sebagai "pom-pom".

Berdiri di tengah, Mbak Dila memegang kue tart putih berukuran medium dengan lilin angka 26 berwarna toska. 

Kemudian, dari kiri dan kanannya, Detha dan Kiki muncul dan bergabung dengan gerombolan Mbak Dila dan teman-teman kerjanya. Naya makin kaget, dan makin senang melihat mereka. Ia mulai terharu; ditutupnya mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

FIONA, yang berada di sebelah Mbak Dila menyalakan kedua lilin itu dengan korek api. Naya masih speechless. Lilin itu pun menyala, dan mereka pun mulai bernyanyi.

MBAK DILA & YANG LAIN
(dengan nada We Wish You A Merry Christmas)
We wish you a happy birthday, we wish you ahappy birthday, we wish you a happy birthday... and wish youu... the beeest!

Tawa Naya meledak seketika. Ia tertawa terbahak-bahak, sampai memegangi perutnya dan berpegangan pada ujung dinding kubikelnya untuk menyeimbangkan diri. Ia tertawa lepas, dan untuk sesaat segala pikiran dan masalahnya lenyap dari bumi.

NAYA
Guys, yaampun... aku...(tertawa lagi) speechless dah kalo sama kalian ini... (tertawa lagi) gak ada obat!!

Naya menikmati dan menyelesaikan tawanya yang belum habis juga.

KIKI
Naya, lilinnya ditiup sayang, kuemu selak rusak kenek lilin!

Naya kemudian teringat, dan, dengan masih sumringah, maju beberapa langkah ke depan kuenya. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu meniup lilinnya.

Blow! Lilin pun ditiup, dan Naya tersenyum lebar. Ini hari pertama ia benar-benar tertawa dan tersenyum bahagia, sejak berpisahnya ia dengan Ary, atau bahkan sejak mereka mulai merenggang.

SEMI-SLOW MOTION

Naya langsung memeluk Detha dan Kiki, mengucapkan terima kasih. Ia juga bercipika cipiki dan berterima kasih pada Mbak Dila, Fiona, dan teman-teman lain yang ikut memberinya kejutan.

Beberapa rekan kerja lainnya mulai datang untuk memberi selamat, dan Naya menyambutnya dengan gembira, mengucapkan terimakasih pada mereka satu per satu.

FADE TO

Beberapa saat kemudian, setelah menerima ucapan dari semua orang, Naya pun berjalan kembali ke kubikelnya, menghembuskan napas lega, dan puas. Ia menjatuhkan diri ke kursinya.

Di saat itulah Naya akhirnya melihat dekorasi kubikelnya dengan lebih detail. Confetti, pita, beberapa kartu ucapan selamat, dan kado-kado yang ditumpuk di sudut mejanya, menutupi document tray-nya. Naya geleng-geleng dan tersenyum lebar, mengangumi keniatan teman-temannya.

Diraihnya tumblr dari tas dan diteguknya air putih. Ia berputar di kursinya, sekali lagi memandangi kemeriahan di kubus kecilnya ini. Ia memandangi tersenyum bersyukur, hidupnya terasa lebih utuh hari ini. Dan, akan lebih utuh jika....

Senyum Naya, diikuti matanya, perlahan-lahan menjadi sayu, dan digantikan dengan kerinduan, sesuatu yang hampa, sesuatu yang harusnya ada untuk membuat momen ini sempurna. 

Siapa lagi, siapa lagi kalau bukan Pangeran Tampannya.

Detha dan Kiki akhirnya kembali setelah ngobrol dan basa basi dengan rekan-rekan kerja Naya. Mereka menghampiri Naya, dan melihat raut wajah Naya yang kembali muram. 

Untuk beberapa detik pertama, baik Detha maupun Kiki heran melihat Naya, namun kemudian mereka langsung mengerti. Kiki merangkul Naya dari samping kiri, tidak berkata apa-apa lagi, karena tahu tidak ada yang bisa dilakukan atau dikatakan lagi. Detha mengambil kursi, duduk di sebelah Naya, dan menggenggam lembut lengan Naya dari samping kanannya.

Tiba-tiba, HP Naya berbunyi telepon masuk. Kiki dan Detha kemudian melepas pelukan mereka, dan Naya segera merogoh tasnya untuk mengambil HP.

Ia melihat si penelpon, dan langsung agak panik.

NAYA
Halo, pagi, Bu Athalia?

Naya menggerakkan bibirnya 'bu bos' ke dua sahabatnya tanpa suara, dan mereka pun langsung mengangguk-angguk.

NAYA (CONT’D)
(mengangguk) 
Oh, bisa, Bu. Baik.

Panggilan ditutup, dan Naya pun menutup teleponnya.

NAYA (CONT’D)
Guys, bentar ya. Disuruh ke lobi, gatau ngapain. 

Detha dan Kiki meng-oke-kan. Naya berdiri, dan segera berjalan ke arah lobi.

CUT TO

INT. LOBI KANTOR BAHASAKITA - PAGI

Sesampainya, di lobi, Naya melihat ARY berdiri di situ, dengan Bu Athalia berdiri di sebelahnya.

Naya pun berhenti, memandangi mereka berdua. Antara kaget dan tidak mengerti. Ia punya banyak pertanyaan, tapi akhirnya berhasil melontarkan yang benar dulu. 

NAYA
Bu Athalia... panggil saya?

Naya menatap bosnya, tapi tidak bisa tidak melihat Ary juga, yang kali ini memakai kemeja, tidak seperti biasanya di Kafe yang hanya polo shirt.

BU ATHALIA
Naya, saya kasih kamu izin untuk bicara sama Ary.
(bergestur ke Ary dan Naya)
Silakan.
ARY
(mengangguk sopan)
Terima kasih banyak, Bu Athalia.

Bu Athalia membalas dengan anggukan dan senyuman, lalu pergi.

Naya, yang masih speechless, hanya bisa melihat bosnya berjalan masuk. Keletak sepatu berhak tingginya terdengar semakin pelan, dan menghilang.

Naya pun berbalik menatap Ary. Ary tampak lebih rapi, lebih segar dan ganteng, dilengkapi aroma wangi yang tercium. Entah kenapa, meski berbeda, Naya merasa seperti menciptakan kembali momen pertemuan pertamanya dengan Ary.

NAYA
Ry, kamu ngapain--? Dan kok Bu Atha--?
ARY
Aku izin ke Bu Athalia untuk bicara sama kamu pagi ini. Biar kamu gak kena masalah.
NAYA
What--? Emang mau bicara apa sampe harus ke sini, pagi-pagi...?

Ary berdehem, membersihkan tenggorokannya. Pandangannya pada Naya kemudian jadi lebih serius.

ARY
Soalnya yang mau aku omongkan ini gak bisa ditunda, Nay.

Naya tidak tahu harus merespon apa. Tiba-tiba pikirannya berebut antara tumbuhnya harapan dan persiapan mental untuk gagal. Ia hanya memandang Ary balik, ke matanya. Siapa tahu ada jawaban di sana.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar