Misi Kafe Biru
8. Kebenaran

INT. RUANG TAMU RUMAH NAYA — MALAM

Naya membuka pintu dan masuk dengan panik. Setelah menutup pintunya, ia mulai berjalan berputar-putar.

NAYA
Oh my God Oh my God Oh my God... nggak nggak nggak. Jangan sampe... 

Ia kemudian berusaha memikirkan sesuatu. Dengan cepat ia mengeluarkan HP dari tasnya, menekan beberapa tombol dengan panik, dan menempelkan HP di telinganya.

NAYA (CONT’D)
Angkat mas, plis...

Ia masih berjalan berputar-putar seperti setrikaan.

NAYA (CONT’D)
Halo? Mas Reza! Yaampun alhamdulillah. Mas mas tolongin mas. Kamu ke Kafe sekarang ya, samperin Ary. Liatin keadaan dia. Dia--dia...

Kamera ZOOM OUT perlahan-lahan, sambil kita masih melihat Naya, (INAUDIBLE) melanjutkan permintaannya ke Reza dengan panik dan tubuh yang mulai bergetar.

FADE OUT

INT. KAMAR TIDUR NAYA — ESOK HARI, MENJELANG PAGI

FADE IN

Jam dinding menunjukkan pukul 05.30 pagi. Kita melihat Naya yang duduk di kasurnya sambil memeluk kakinya. Matanya, yang terlihat memerah karena lelah, menatap ke depan dengan kosong dan hampa.

Pakaiannya masih sama dengan tadi malam; hanya jaketnya yang ia lepas. Tasnya teronggok di atas kasur, seperti diletakkan begitu saja. HP-nya tergeletak di dekat kakinya. 

Sinar matahari yang mulai masuk melalui jendela kamarnya, dan bunyi ayam berkokok yang samar terdengar dari kejauhan tampak tidak menyemangatinya sedikit pun. Naya hanya menoleh sejenak, lalu kembali ke lamunannya. Wajahnya tampak muram, sedih,dan masih sedikit syok.

CLOSE UP tiba-tiba HP Naya berdering, telepon dari "Mas Reza." Dengan kecepatan kilat, Naya mengangkatnya.

NAYA
(suara agak serak)
Halo Mas? Gimana? Aku chat dari semalem kok di-read aja.
REZA (O.S.)
Iya, sori Nay. Semalem aku fokus nemenin Ary. Ini baru bisa ngabari.
NAYA
Terus terus, gimana Ary, mas? Gak apa-apa, 'kan?
REZA (O.S.)
Enggak, enggak apa-apa kok, Nay. Udah baikan sekarang.

Saat mendengar itu, Naya seperti bisa bernapas dengan normal. Ia menghembuskan napasnya panjang, tampak lebih lega.

NAYA
Alhamdulillah. Makasih ya, Mas. Maaf ya, kemarin mendadak. Aku bener-bener bingung dan kaget.
REZA (O.S.)
Nggak masalah, Nay. Kamu udah bener kok telpon aku. Dia emang butuh ditemenin tadi malem. Kalo enggak, takutnya makin parah, dan jadi keterusan relapse.
NAYA
Hah, relapse apa mas? Bentar, bentar. (Naya mencoba mencerna perkataan Reza) Dia pernah gini sebelumnya?? 
REZA (O.S.)
Sebenernya, dulu Ary pernah kecanduan, Nay. Itu pas putus dari Gladys.

Naya menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangan. 

REZA (O.S.) (CONT’D)
Dia awalnya cuma karena stres, tapi malah keterusan dan jadi kecanduan. Itu sampe sebulan. Dia minum tiap hari, gak bisa dikontrol. Dan udah mulai ngefek ke perilakunya.
(beat)
Untungnya, orang tuanya gercep. Mereka langsung nge-cut alkohol dari Ary, makannya dijaga, semua dipantau, dan di-support macem-macem. Aku juga bantuin dia supaya on-track lagi, pelan-pelan balik kerja di Kafe lagi. Aku ajak dia pas ada job motret juga. Akhirnya setelah sekitar 2 bulanan, dia udah bisa lepas dari alkohol.
(beat)
Cuman, dokter bilang, masih ada kemungkinan relapse. Yang kemarin malem itu pertama kali dia relapse. Makanya, kamu panggil aku itu keputusan yang tepat.

Kepala Naya jatuh ke headboard di belakangnya, lemas. Ia tak mampu lagi menahan kesedihan dan rasa bersalah atas kondisi yang baru ia ketahui ini.

NAYA
Mas, aku gak pernah tau dia pernah kecanduan... aku gatau... I'm so sorry...
REZA (O.S.)
Emang gak ada yang tau soal ini, Nay. Gak apa-apa.
NAYA
Dia gak pernah stres sampe begitu. Dan aku yang bikin dia relapse...

Air mata Naya sudah menetes. Sementara itu, Reza belum menanggapi. Naya mengusap air matanya, mencoba menenangkan dirinya.

NAYA (CONT’D)
Mas, masih di sana nggak?
REZA (O.S.)
Ini aku masih di rumah dia. Ortunya lagi luar kota semua. (suara agak jauh) Eh, bro. Udah bangun...? 
NAYA
Oh, dia baru bangun?
REZA (O.S.)
(suara agak jauh)
Iyo Naya... takok kabarmu lah, de'e kepikiran...
(beat)
Apene ngomong gakHe?                              

Mendengar itu, Naya menjadi sedikit panik, tapi juga senang. Ia mengusap sisa air mata dan membersihkan tenggorokannya. Tidak terdengar apa pembicaraan Ary dan Reza selanjutnya.

REZA (O.S.) (CONT’D)
Halo, Nay? Emm... ya udah, gitu dulu ya.

Naya menahan napas, menata kecewanya.

NAYA
... Iya mas.  

Lalu sebelum telepon ditutup, Naya memberanikan diri.

NAYA (CONT’D)
Mas...
(beat)
Ary nggak mau ngomong ya?

Jeda. Hening sejenak.

REZA (O.S.)
Belum dulu, Nay. Tapi, dia akan ngabarin aku kalau udah siap.  
NAYA
Oke, Mas. Makasih ya.

Sambungan diputus. Naya terkulai lemas di kasurnya.

FADE TO

INT. KAMAR TIDUR NAYA — BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Naya baru selesai mandi. Masih ada handuk di kepalanya. Tiba-tiba suara ringtone HP yang nyaring memenuhi ruangan. Naya segera memeriksanya, dan heran. Nomornya tidak ia kenali, dan seperti nomor rumah/kantor, bukannya nomor HP. Naya ragu sejenak sebelum akhirnya mengangkatnya.

NAYA
Halo?

Tidak ada suara.

NAYA (CONT’D)
Halo? Tolong ya, dengan siapa? Kalau mau menawarkan apa-apa, mohon maaf saya lagi nggak mood--
ARY (O.S.)
Nay?

Naya seketika terdiam, kaget. Dia mengenali suara itu, suara yang sedang ia nantikan. Naya kemudian duduk di kasurnya.

NAYA
Ry... gimana keadaanmu? Udah enakan?

JUMP CUT TO:

INT. RUANG TAMU RUMAH ARY — PAGI

Kita melihat Ary yang sedang duduk di sofa. Ia tampak cukup baik, walau masih terlihat sedikit lemah dan tidak bertenaga. Wajahnya tampak muram, agak pucat. Matanya sayu dan berat, kurang tidur, masih tersisa kesedihan dan kerapuhan.

ARY
Udah, Nay, alhamdulillah. Sori, aku sengaja nunggu Reza pulang. Biar ini... antara kita aja.
(beat)
Ada hal penting yang mau aku omongin.

Mimik muka Ary masih datar.

BACK TO

INT. KAMAR TIDUR NAYA — PAGI

Naya membatu. Hatinya mencelos seketika.

NAYA
(lemas)
Oke.. Gimana, Ry?

JUMP CUT TO:

INT. RUANG TAMU RUMAH ARY - PAGI

Ary memejamkan matanya sejenak, menyiapkan diri. Menarik dan menghembuskan napas. Ia tidak ingin melakukannya, tapi ia harus melakukannya.

ARY
Naya. Dengan kejadian kemarin, dan kondisi kita belakangan ini, rasanya meminta komitmen dan melamar kamu adalah tindakan yang pengecut.
(beat)
Aku jelas belum pantes buat kamu.

BACK TO

INT. KAMAR TIDUR NAYA — PAGI

Ketakutan memenuhi wajah Naya seketika. Ia sampai tidak berani bernapas.

ARY (O.S.)
Jadi. Dengan beribu maaf, aku menarik lagi lamaranku, dan nggak mewajibkan kamu untuk jawab. Aku juga nggak akan menahan atau melarang kamu untuk cari orang lain, kalau kamu mau.

Naya tiba-tiba duduk tegak, syok dan tidak terima dengan pernyataan Ary. Matanya terbuka lebar. Kata-kata Ary seperti kejut listrik baginya, yang seakan membuat dia tersadar dari lamunan.

JUMP CUT TO:

INT. RUANG TAMU RUMAH ARY - PAGI

Ary meneruskan dengan kerapuhan dan kesedihan dalam suaranya.

ARY (CONT'D)
Ini bukan karena aku berhenti sayang sama kamu, Nay. Justru karena aku sayang banget sama kamu. Aku harus berpikir lagi, lebih matang.

Ia ingin melanjutkan, tapi suara di seberang kemudian menyeruak.

NAYA (O.S.)
Nggak, Ry. Jangan begitu. Aku minta maaf. Aku bener-bener minta maaf atas sikapku akhir-akhir ini. Aku cuma khawatir, khawatir berlebihan. Aku nggak akan curiga ke kamu lagi. Aku percaya kamu, aku--

Ary mendengarkan Naya, tapi kepalanya perlahan-lahan menggeleng.

ARY
Nay.
NAYA (O.S.) (CONT'D)
Aku juga sayang kamu, Ry. Aku minta maaf, kejadian kemarin itu gara-gara aku. Aku salah, aku nyesel. Aku cuma takut kehilangan kamu. 
(beat)
(suara mulai retak) Sebenernya aku udah punya jawaban atas lamaran kamu, Ry. Aku mau. Tapi kamu jangan mundur, Ry...

BACK TO

INT. KAMAR TIDUR NAYA - PAGI

Naya terduduk lemas di ranjangnya, kepalanya tertunduk ke depan, takluk. Tak mampu menahan badai penyesalan dan kesedihan yang menerpanya. Suara isak tangisnya hanya terdengar samar-samar dari balik tirai rambutnya.

[Kamera berputar 360 derajat, memperlihatkan Naya dari bird's eye view, MASH UP dengan shot Ary yang juga berputar 360 derajat dari bird's eye view/medium shot. Dua kali putaran. Dan berhenti di Ary.]

JUMP CUT TO:

INT. RUANG TAMU RUMAH ARY - PAGI

CLOSE UP Ary yang, jika situasi berbeda dan tidak ada insiden ini, mungkin akan tersenyum lebar. Tapi, yang terjadi adalah situasi ini dan saat ini ia tidak bisa melihat dirinya mengambil pilihan lain.

ARY
Naya, aku minta maaf. Aku nggak bisa. Saat ini aku nggak bisa...

Dengan segala kekuatannya Ary melanjutkan.

ARY (CONT'D)
Kamu jaga diri baik-baik, ya. 
(beat)
Assalamualaikum.

Dengan tangan yang lemas, Ary pun menutup teleponnya. Ia menghembuskan napas panjang, takut dan sedih, tapi harus.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar