INT. RUANG TAMU RUMAH NAYA — MALAM
Naya membuka pintu dan masuk dengan panik. Setelah menutup pintunya, ia mulai berjalan berputar-putar.
Ia kemudian berusaha memikirkan sesuatu. Dengan cepat ia mengeluarkan HP dari tasnya, menekan beberapa tombol dengan panik, dan menempelkan HP di telinganya.
Ia masih berjalan berputar-putar seperti setrikaan.
Kamera ZOOM OUT perlahan-lahan, sambil kita masih melihat Naya, (INAUDIBLE) melanjutkan permintaannya ke Reza dengan panik dan tubuh yang mulai bergetar.
FADE OUT
INT. KAMAR TIDUR NAYA — ESOK HARI, MENJELANG PAGI
FADE IN
Jam dinding menunjukkan pukul 05.30 pagi. Kita melihat Naya yang duduk di kasurnya sambil memeluk kakinya. Matanya, yang terlihat memerah karena lelah, menatap ke depan dengan kosong dan hampa.
Pakaiannya masih sama dengan tadi malam; hanya jaketnya yang ia lepas. Tasnya teronggok di atas kasur, seperti diletakkan begitu saja. HP-nya tergeletak di dekat kakinya.
Sinar matahari yang mulai masuk melalui jendela kamarnya, dan bunyi ayam berkokok yang samar terdengar dari kejauhan tampak tidak menyemangatinya sedikit pun. Naya hanya menoleh sejenak, lalu kembali ke lamunannya. Wajahnya tampak muram, sedih,dan masih sedikit syok.
CLOSE UP tiba-tiba HP Naya berdering, telepon dari "Mas Reza." Dengan kecepatan kilat, Naya mengangkatnya.
Saat mendengar itu, Naya seperti bisa bernapas dengan normal. Ia menghembuskan napasnya panjang, tampak lebih lega.
Naya menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangan.
Kepala Naya jatuh ke headboard di belakangnya, lemas. Ia tak mampu lagi menahan kesedihan dan rasa bersalah atas kondisi yang baru ia ketahui ini.
Air mata Naya sudah menetes. Sementara itu, Reza belum menanggapi. Naya mengusap air matanya, mencoba menenangkan dirinya.
Mendengar itu, Naya menjadi sedikit panik, tapi juga senang. Ia mengusap sisa air mata dan membersihkan tenggorokannya. Tidak terdengar apa pembicaraan Ary dan Reza selanjutnya.
Naya menahan napas, menata kecewanya.
Lalu sebelum telepon ditutup, Naya memberanikan diri.
Jeda. Hening sejenak.
Sambungan diputus. Naya terkulai lemas di kasurnya.
FADE TO
INT. KAMAR TIDUR NAYA — BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Naya baru selesai mandi. Masih ada handuk di kepalanya. Tiba-tiba suara ringtone HP yang nyaring memenuhi ruangan. Naya segera memeriksanya, dan heran. Nomornya tidak ia kenali, dan seperti nomor rumah/kantor, bukannya nomor HP. Naya ragu sejenak sebelum akhirnya mengangkatnya.
Tidak ada suara.
Naya seketika terdiam, kaget. Dia mengenali suara itu, suara yang sedang ia nantikan. Naya kemudian duduk di kasurnya.
JUMP CUT TO:
INT. RUANG TAMU RUMAH ARY — PAGI
Kita melihat Ary yang sedang duduk di sofa. Ia tampak cukup baik, walau masih terlihat sedikit lemah dan tidak bertenaga. Wajahnya tampak muram, agak pucat. Matanya sayu dan berat, kurang tidur, masih tersisa kesedihan dan kerapuhan.
Mimik muka Ary masih datar.
BACK TO
INT. KAMAR TIDUR NAYA — PAGI
Naya membatu. Hatinya mencelos seketika.
JUMP CUT TO:
INT. RUANG TAMU RUMAH ARY - PAGI
Ary memejamkan matanya sejenak, menyiapkan diri. Menarik dan menghembuskan napas. Ia tidak ingin melakukannya, tapi ia harus melakukannya.
BACK TO
INT. KAMAR TIDUR NAYA — PAGI
Ketakutan memenuhi wajah Naya seketika. Ia sampai tidak berani bernapas.
Naya tiba-tiba duduk tegak, syok dan tidak terima dengan pernyataan Ary. Matanya terbuka lebar. Kata-kata Ary seperti kejut listrik baginya, yang seakan membuat dia tersadar dari lamunan.
JUMP CUT TO:
INT. RUANG TAMU RUMAH ARY - PAGI
Ary meneruskan dengan kerapuhan dan kesedihan dalam suaranya.
Ia ingin melanjutkan, tapi suara di seberang kemudian menyeruak.
Ary mendengarkan Naya, tapi kepalanya perlahan-lahan menggeleng.
BACK TO
INT. KAMAR TIDUR NAYA - PAGI
Naya terduduk lemas di ranjangnya, kepalanya tertunduk ke depan, takluk. Tak mampu menahan badai penyesalan dan kesedihan yang menerpanya. Suara isak tangisnya hanya terdengar samar-samar dari balik tirai rambutnya.
[Kamera berputar 360 derajat, memperlihatkan Naya dari bird's eye view, MASH UP dengan shot Ary yang juga berputar 360 derajat dari bird's eye view/medium shot. Dua kali putaran. Dan berhenti di Ary.]
JUMP CUT TO:
INT. RUANG TAMU RUMAH ARY - PAGI
CLOSE UP Ary yang, jika situasi berbeda dan tidak ada insiden ini, mungkin akan tersenyum lebar. Tapi, yang terjadi adalah situasi ini dan saat ini ia tidak bisa melihat dirinya mengambil pilihan lain.
Dengan segala kekuatannya Ary melanjutkan.
Dengan tangan yang lemas, Ary pun menutup teleponnya. Ia menghembuskan napas panjang, takut dan sedih, tapi harus.