Meow Kamu Kok Gentayangan
12. PART 12

PART 12:

EXT.: Depan pondok pesantren, pagi hari.

Tajir dan Zea turun di depan pondok pesantren mbah nyai.

    Zea : Awalnya aku nggak berpikir kalau Mbah Nyai ada kaitannya dengan hantu itu. Tapi melihat Tiva dan Agung mungkin Mbah Nyai juga menyimpan rahasia yang belum kita tahu.

    Tajir: Ya, semua ini terasa terlalu aneh jika disebut kebetulan. Mbok Jannah juga.

    Zea : Mbok Jannah tidak ada hubungannya dengan Tiva dan Agung.

    Tajir: Tapi berhubungan dengan kita.

    Zea : Tapi kita nggak berbuat salah ke Mbok jannah. Hubungan kita baik-baik aja.

    Tajir: Iya sih. Eh, orangnya kok lama ya.

    Zea : Iya.

Zea tertawa.

    Tajir: Kamu ngelihat apa?

    Zea : Itu tulisan “bagi-bagi 1000 bungkus makanan”.

    Tajir: Haha. “PENG”, “HASIL”, apa maksudnya?

    Zea : Waktu kita kesini dulu aku juga nggak kelihatan lanjutannya.

Putri Mbah Nyai keluar.

    Tajir: Untung tadi kamu bohong kalo dah dapet makanan.

    Zea : Aku malu banget Jir.

Putri Mbah Nyai datang.

    Putri Mbah Nyai: maaf menunggu lama. Saya sebenarnya sudah menunggu kalian dari tadi. tapi barusan tiba-tiba saya ingin ke toilet. Lalu kalian datang. Saya minta maaf.

    Tajir: ibu menunggu kami?

Putri Mbah Nyai: Iya. Lewat sini.

Zea dan Tajir berpandangan. Mereka tidak mengerti, tapi akhirnya mereka ikut Putri Mbah Nyai. Mereka menuju bangunan di samping pondok pesantren. Zea dan tajir akhirnya bisa melihat kelanjutan tulisan di pintu.

    Zea : Jir, “PENGERINGAN HASIL PANEN”?

Putri Mbah Nyai membuka pintu. Di dalamnya sebuah ruangan yang luas. Terdapat sebuah mesin pengerng hasil panen dan timbangan besar.

    Putri Mbah Nyai: jadi, ini merupakan ruang pengering hasil panen. Bisa padi, jagung, kopi. Itu mesinnya.

Tajir: Wah, pondok ibu benar-benar maju rupanya sampai bisa membeli mesin pengering jagung.

Putri Mbah Nyai: Oh, mesin itu bukan dari pondok, tapi bantuan pemerintah.

Zea : Bantuan pemerintah? itu bantuan dalam rangka apa ya?

Putri Mbah Nyai: Itu bantuan untuk kelompok tani kami.

Zea : Eh, bagaimana cara mendapatkannya? Ada persyaratan tertentu?

    Putri Mbah Nyai: keputusan pusat. Sepertinya diacak. Tapi, kelompok tani kami sudah bertahun-tahun berhasil untung besar, dari jumlah panen, sampai kami juga produksi kopi kemasan. Kalian tahu kopi rasa rempah?

    Tajir: Tahu bu. Tapi saya baru tahu kalau itu produk kelompok tani ibu.

Putri Mbah Nyai: Iya. Ya, kami selalu berusaha untuk meningkatkan harga jual supaya anggota lebih untung. Mungkin karena kami menunjukkan kemajuan, pemerintah memilih kelompok tani kami.

Zea : Di sini juga tempatvproduksi kopi?

Putri Mbah Nyai: Iya di dalam. Tapi itu sudah ada yang mengerjakan. Nah, yang pengeringan ini kan mesinnya baru. Makanya kami mencari karyawan baru. Tugasnya yang pasti kalau ada yang mau mengeringkan jagung, itu dicatat lalu ditimbang bobotnya dulu. Nanti harganya perkilodua ratus rupiah untuk umum. Tapi kalau anggota perkilonya seratus rupiah.

Zea : Kalau ingin menjadi anggota, bagaimana ya caranya?

    Putri Mbah Nyai: Anggota itu maksudnya anggota kelompok tani. Berdasarkan hasil musyawarah saat awal dibentuk kelompok tani, kami putuskan anggotanya tetap. Ah, nanti saya berikan daftar anggotanya.

Zea kecewa.

    Putri Mbah Nyai: Ah, karyawan juga bisa jadi anggota. tapi syaratnya hasil panen harus sawah sendiri, bukan sawah orang lain.

Tajir: Maaf bu. Mungkin ibu salah pa...

Zea menghentikan ucapan Tajir. Putri Mbah Nyai bingung.

Zea : Kalau karyawan. Jadi kerjanya dari hari...

Putri Mbah Nyai: Hari senin sampai sabtu, jam 7 sampai 5 sore. Gajinya sesuai kesepakatan sebelumnya satu juta. Jadi setuju? Kalau iya bisa mulai kerja hari ini atau besok.

Zea : Besok saja bu. Soalnya saya sekarang masih ada urusan. Besok saya bisa bu.

Putri Mbah Nyai: Ah, maksud saya masnya.

Tajir: em...

Putri Mbah Nyai: Lho, bukannya saya sudah berbicara dengan saudara (menghadap Tajir)?

    Pemuda: Permisi!

Pemuda datang dari luar.

    Pemuda: Begini bu. Mengenai tawaran pekerjaan yang kemarin lusa?

    Putri Mbah Nyai: Jadi mas? Bukan mas ini?

    Tajir: Maaf. Bukan bu. Ibu sepertinya sudah salah paham.

    Putri Mbah Nyai: Oh, kok diam saja dari tadi? Terus di sini ngapain?

Zea : Em, apa ibu hanya menerima satu karyawan?

Putri Mbah Nyai: Sebenarnya saya perlu dua supaya bisa bergantian dan berjaga-jaga kalau ramai.

Zea : Kalau saya?

Putri Mbah Nyai: Harus laki-laki. Kan buat bantu-bantu ngangkat karung jagung, dimasukkan ke mesin, ditimbang.

Zea : Ah, iya ya bu.

Putri Mbah Nyai: Sebenarnya perempuan tidak masalah, tapi harus yang fisiknya kuat, kalau mbak...

Pemuda: Saya bisa angkat karung biar mbaknya bagian yang nyatat.

Zea : Ah, bisa? Makasih. Gimana bu?

Tajir: Ehm. Bagaimana kalau saya saja yang kerja sama zea bu.

Pemuda: Zea (suara lirih menghafalkan).

Tajir: Jadi kan pas bu dua.

Pemuda: Woi! Bu, saya duluan yang melamar kerja.

Putri Mbah Nyai: Kalau misalnya mas-masnya saja yang kerja bagaimana?

Cut:

EXT.: Dapur, malam hari

Zea : Bapak tahu tidak ketua kelompok tani kita siapa?

Bapak: Tahulah. Pak turah.

Ibu : Ada apa nyari pak turah?

Zea : Ibu, Zea tadi habis pergi ke pesantrennya mbah nyai. Di sana kelompok taninya maju, sampai dapat bantuan dari pemerintah berupa mesin pengering hasil panen.

Ibu : Wah, hebat sekali.

Zea : Iya, enak kan bu.

Bapak: Sudah, jangan iri. Setiap orang punya rezekinya masing-masing.

Ibu : Bapak, iri itu normal. Selama bisa dikendalikan dengan baik, tidak berusaha menjatuhkan orang lain ya tidak masalah.

Bapak: Tapi sebaiknya ditahan.

Ibu : Ditahan bagaimana? Lebih baik jujur pada diri sendiri. Kalau memang iri kita harus berusaha menjadi lebih baik.

Zea : Dan itu yang Zea mau lakuin.

Bapak: Maksudnya?

Zea : Zea mau mengelola kelompok tani kita biar lebih maju. Contohnya pasca panen, zea mau buat produk. Selama ini kan kelompok tani kita jualnya mentah hasil sawah kan?

Ibu : Oh, anak ibu tambah pinter tambah cantik.

Bapak: Ya berarti harus ketemuan sama anggota lainnya.

Zea : Ya, makanya Zea nyari Pak Turah.

Bapak: Zea, bapak saja tidak kenal semua anggotanya. Kamu bisa ngomong sama mereka? Mereka sudah seumuran bapak lho. Kalau mereka tidak mau bagaimana?

Zea : Kan ada anggota keluarga lainnya, anaknya, istrinya, yang mungkin bantu zea.

Bapak: Malahan bapak tidak kenal. Hati-hati tidak semuanya anak baik-baik lho. Ada yang suka malak.

Ibu : Bapak! Anak lagi berusaha kok malah dihalang-halangi.

Bapak: Bapak khawatir kalau zea jadi salah pergaulan. Niat awal memang baik, tapi kaya’ ibu belum tahu disini banyak yang malas dan mudah menyerah.Kalau tidak, pasti sudah banyak yang kaya.

Ibu : Bapak, kehawatiran berlebihan membuat anak sulit berkembang. Biarkan zea belajar berani dan bersosialisai.

Zea : Bapak, Zea juga sudah ikut buruh tani.

Bapak: Tapi kan dekatnya cuma beberapa, tidak semua. Di rencanamu ini kamu harus bisa memimpin karena kamu yang punya ide. Jadi kamu harus kenal anggotamu. Semakin banyak yang ikut idemu, semakin cepat sukses.

Zea : Zea mengerti bapak.

Bapak: Jadi, Zea mau buat produk apa?

Cut:

EXT./INT.: teras rumah, siang.

Tajir: Gimana jagung bapak? Dapat berapa?

Zea : Lumayan. Lima kurang dikit.

Tajir: lebih banyak dari panen kemarin, kan.

Zea : Kok kamu inget. Aku aja harus buka catatan.

Tajir: Kalau tentang kamu emang gampang banget diinget.

Zea tersipu.

    Tajir: Jadi, kamu udah nggak dihantuin lagi kan?

    Zea : Udah nggak.

    Tajir: Jadi sekarang ngapain?

Zea : Ah, iya. Jemur tongkol jagung.

    Tajir: Banyak banget. Apa nggak bisa dimasak?

    Zea : Yang bisa dimasak itu yang jagungnya masih muda, baby corn namanya. Yang udah tua ya nggak bisa jir. Oh ya, mana karungnya?

    Tajir: Di sana.

Zea melihat karung tongkol jagung bergerak sendiri.

    Zea : Jir!

Zea menoleh ke arah Tajir dan ternyata adalah Hantu.

Cut:

INT.: Ruang tamu, malam hari.

Zea bangun dari tidurnya di sofa.

    Zea : Syukurlah Cuma mimpi. Iya, masa’ mungkin hantu muncul siang hari. Em, apa aku belum ngasih makan Delicioso ya?

Zea menuju dapur.

    Zea : Delicioso!

Zea melihat delicioso bermain dengan sesuatu. Tapi sesuatu tidak terlihat karena tertutup dinding. Zea mendekat dengan was-was. Seseorang berdiri di belakang Zea. Zea berbalik.

    Ibu : Zea? Sudah malam kok belum tidur lagi?

Zea melihat di belakang ibu Delicioso bermain dengan hantu.

Zea : I...ibu, di belakang ibu.

Ibu : Ada apa?

Ibu berbalik. Zea melihat Delicioso menangkap tikus.

    Zea : Tadi Zea lihat...

Ibu berbalik.

    Hantu: Lihat aku?

Zea ketakutan. Ibu dan bapak datang.

    Ibu : Lho, Zea belum tidur?

    Bapak: Mumpung belum tidur habis ini mijitin bapak.

    Ibu : Wedang jahenya?

    Bapak: Ya habis minum wedang jahe.

Cut:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar