Meow Kamu Kok Gentayangan
6. PART 6

PART 6:

INT.: Kamar Zea, Malam.

Zea duduk di depan meja belajar. Di atas meja terdapat beberapa buku dan dua halaman folio.

Begin Montage:

Zea memegang bolpoin. Ia membaca buku lalu menuliskannya ke folio. Terlihat kertas folio sudah penuh. Zea melihat tulisan “Nomor Induk” masih kosong. Zea meletakkan bolpoin. Ia mencari dompet di meja, laci, tas, tidak ada. Ternyata ada di kasur. Ia mengambil kartu mahasiswa miliknya, lalu menuliskan nomor mahasiswa di folio (nomornya sangat panjang). Zea membereskan folio dan buku di meja. Zea melihat kartu mahasiswa. Lalu duduk di kasur sambil memperhatikan.

Close up: Kartu mahasiswa tertulis nama “ZEA MAY” dan jurusan "PERTANIAN".

End Montage:

    Zea : Zea may, jagung. Oryza Sativa, padi. Ah, mungkin cuma kebetulan.

Cut:

INT.: Dapur, pagi hari.

Flashback.

Zea masih TK. Zea duduk di meja makan. Di atas meja terdapat getuk sebesar piring yang dibentuk menyerupai kue ulang tahun. Di bagian atasnya terdapat tulisan “Happy Birthday Zea May”. Sebuah lilin tepat di tengahnya.

Bapak dan ibu: Selamat ulang tahun Zea.

Zea tersenyum bahagia.

Bapak: Zea minta kado apa?

Zea : Ze-a minta.. (berpikir). Ah, Ze-a tau. Dulu, pas Tajir ulang tahun dia cerita kenapa namanya Tajir, katanya biar kalau besar jadi orang kaya. Nanti di kelas, ze-a juga mau cerita ke temen-temen kenapa nama ze-a ze-a.

    Bapak: Sebentar ya Zea.

Bapak dan ibu menyingkir.

Bapak: Eh, ibu tahu?

Ibu : Ibu panti yang ngasih nama. Seinget ibu karena jagung, soalnya Zea ditemukannya di pinggir sawah.

Bapak: Sawahnya ditanamin jagung?

Ibu : Iya, tapi ibu nggak ngerti hubungannya sama jagung apa. Bapak mungkin tahu.

Bapak berpikir. Lalu melihat pupuk di dekat garasi.

Close up: Pupuk tertulis “Pupuk ZA”.

Bapak: Oh,mungkin itu bu.

Bapak menunjuk ke arah pupuk. Ibu menoleh ke arah pupuk.

Bapak: Itu kan pupuk pertanian, ZA yang berfungsi meningkatkan produksi dan kualitas panen seprti rasa dan kandungan tanaman. Mungkin nama Zea dari sana.

Ibu : Terus May-nya?

Zea : Bapak? Ibu? (Zea berteriak, tapi halus).

Bapak dan ibu mendatangi Zea.

Zea : Jadi, bapak sama ibu kenapa ngasih nama Zea, Ze-a?

Ibu : Begini, bapak kamu ini kan petani. Jadi ibu dan bapak namain Zea ya nggak jauh-jauh dari tani. Nama Zea dari nama pupuk pertanian, namanya pupuk ZA.

Zea : Pu-puk itu apa?

Bapak: Pupuk itu sesuatu yang bisa menolong tanaman supaya tumbuh subur dan sehat. Jadi...

Cut.

INT.: Kelas, pagi hari.

Zea berdiri di depan kelas. Bu guru dan siswa lain memperhatikan.

Zea : ....seperti pu-puk yang menolong tanaman tumbuh subur, bapak sama ibu pingin ze-a bisa menolong orang lain.

Bu guru: Wah, bagus sekali. Adik-adik, mari kita juga do’akan Zea supaya bisa menolong banyak orang.

Teman sekelas: Amiin...

Tajir: Semoga zea bisa jadi pup...puk.

Teman sekelas: Hahaha...

Zea : Bukan pup-puk tapi pu-puk.

Tajir: Pup-puk.

Teman sekelas: Hahaha...

Mulut Zea cemberut. Matanya mau menangis.

Bu guru: Sudah adik-adik. Hari ini kan hari ulang tahun Zea, jangan buat Zea sedih. Bagaimana kalau sekarang kita nyanyi lagi buat Zea?

Bu guru menenangkan Zea.

Bu guru: Zea, udah ya, cup cup, temen temen cuma bercanda.

Zea mengangguk, lalu tersenyum lagi.

Bu guru: Ayo anak-anak. Selamat ulang tahun...”

Teman sekelas: Selamat ulang tahun pup. Selamat ulang tahun pup. Selamat ulang tahun pup. Selamat ulang tahun pup.

Teman sekelas menyanyi dengan tertawa. Ibu guru kebingungan. Zea menangis keras.

End flashback.

Cut:

EXT.: Halaman rumah, malam hari.

Zea berjongkok di taman. Kedua tangan Zea menggendong wadah berisi singkong dan daun singkong. Salah satu tangannya memegang pisau. Ibu berteriak dari jendela ruang tamu.

Ibu : Zea, jangan lama-lama di luar. Sudah malam. Kalau daun singkongnya belum cukup besok bisa cari lagi. Nyayurnya masih besok kok nak.

Zea : Tapi malam ini Zea mau buat getuk bu. Singkongnya masih kurang. Tinggal dikit kok bu.

Wadah Zea sudah penuh. Zea berdiri. Ia melihat tutup terpal jagung (di bawahnya terdapat jemuran jagung)* bergerak sendiri seperti ada yang menggerakkannya dari dalam. Zea mengusap matanya. Lalu ia melihat hal yang sama lagi. Zea mendekat. Ia mengitari terpal jagung, tak ada apa-apa. Zea menoleh ke berbagai arah, tak ada apa-apa. Angin datang. Terpal bergerak, kali ini seperti terkena angin. Zea merasa lega. Zea berbalik hendak masuk rumah. Angin datang. Tutup terpal terbuka sebagian. Rambut Zea berkibar terkena angin. Ada hantu di belakang Zea. Zea berhenti, lalu menoleh tidak ada apa-apa. Tutup terpal terbuka sebagian sehingga jagung yang berada di bawahnya terlihat. Zea meletakkan wadah yang ia pegang di teras rumah. Lalu mendekati tutup terpal. Zea memegang ujung terpal yang terbuka, ingin menutupnya. Sebuah tangan memegang tangan Zea. Zea menarik tangannya. Tanpa sengaja tangannya tergores salah satu bambu penyangga terpal. Zea melihat tidak ada hantu. Zea lalu merasakan tangannya sakit. Ia melihat tangannya berdarah.

(*Jemuran jagung dikumpulkan ke tengah halaman, lalu di atasnya dibuatkan tenda bambu. lalu atapnya diberi terpal. fungsinya melindungi dari hujan.)

Cut:

EXT.: Desa, siang hari.

Flashback.

Zea kecil jongkok di depan anak kucing. Anak kucing itu berdarah di bagian punggungnya. Di mulut anak kucing itu terdapat gelang plastik. Di bagian tengahnya terdapat gambar kalajengking.

Zea : Kucing kecil, aku nggak jahat kok. Kamu nggak usah lari lagi. Aku nggak bakal nyakitin kamu.

Zea berhasil memegang anak kucing. Lalu mengelusnya.

Zea : Eh, apa ini di mulut kamu? Em, aku bawa aja dulu.

Zea memakai gelang di tangan kanannya. Lalu menggendong anak kucing.

Cut:

EXT.: depan rumah zea, siang hari.

Tajir: Hahaha! Pup menggendong pus!

Zea : Jangan panggil aku Pup!

Tajir: Hahaha. Eh, itu gelang aku?

Zea : Gelang kamu? Aku nggak percaya.

Tajir: Aku jujur. Kalau nggak percaya ayo tanya Tiva. Gelang itu hadiah ulang tahun dari Tiva.

Zea : Tiva? Nggak usah! (terlihat jengkel).

Tajir: Kalo gitu mana gelangku? Balikin Pup!

Zea : Pup, Pup. Kalo ini gelangmu juga nggak akan aku balikin.

Seorang perempuan separuh baya (Mbok Jannah) datang.

Mbok jannah: Ada apa ini?

Tajir: Mbok Jannah. Ini mbok, Pup nggak mau balikin gelang aku. Mbok, tolong ambilin.

Mbok Jannah: Maaf dek Pup..

Zea : Namaku bukan pup! Namaku Ze-a.

Mbok Jannah: Maaf dek Ze-a, tapi bisa tolong balikin gelangnya den Tajir?

Tajir: Nggak usah minta maaf mbok.

Zea : Jadi gelang ini beneran punya Tajir? Bentar! (ekspresi teringat sesuatu). Mbok, aku yang nemuin. Tajir bukannya terima kasih malah manggil aku Pup.

Mbok jannah: Kalau begitu biar Mbok yang berterima kasih ya.

Tajir: Mbok nggak usah berterima kasih sama Pup.

Mbok Jannah: begini saja Pu, eh, dek Ze-a, karena dek Ze-a sudah menemukan gelang den Tajir, mbok mau ngasih hadiah. dek Ze-a mau hadiah apa?

Zea : Em, apa ya? (berpikir). Oh, kalau begitu mbok bisa nggak nolong kucing ini? Sebenernya, tadi gelangnya digigit kucing ini. Jadi kucing ini yang nemuin gelangnya Tajir.

Mbok Jannah: Kucing ini? Bukan kucing dek Ze-a?

Zea : Bukan. Aku nemuin kucing ini hari ini. Kucingnya terluka, aku pingin bawa pulang biar ditolong ibu. Tapi, kalau mbok bisa nolong? Soalnya aku nggak tahu apa ibu bisa nolong kucing ini atau nggak.

Mbok Jannah: Dek Zea baik hati ya. Ada kucing terluka dek Zea tolong. Oke, mbok lihat dulu lukanya.

Tajir: Mbok bisa?

Mbok Jannah: Dulu majikan mbok ada yang dokter hewan. Mbok kadang-kadang ngelihat gimana caranya ngobatin hewan. Ayo, dibawa pulang dulu.

Mbok jannah, Zea dan Tajir pergi ke rumah Tajir.

Cut:

EXT.: Teras rumah Tajir, siang hari.

Mbok Jannah memeriksa kucing. Zea dan Tajir memperhatikan.

Mbok Jannah: lukanya tidak terlalu parah, mbok mungkin bisa ngobati.

Mbok jannah mengobati luka kucing.

Mbok Jannah: Ini perbannya harus sering-sering diganti. tapi apa dek Ze-a bisa ngganti sendiri?

Zea menggeleng.

Mbok Jannah: Kalau begitu mending dek Ze-a bawa kucingnya ke sini saja. Biar mbok yang ngganti.

Zea : Makasih mbok, tapi...

Zea menoleh ke arah Tajir.

Tajir: Kamu bilang kucing ini yang nemuin gelangku kan? Oke, nggak pa pa kamu kesini. Inget, cuma buat ngobati kucing.

Zea : Mbok hebat banget. Mbok sudah seperti dokter.

Mbok Jannah: Masih jauh dek Ze-a. Dokter itu lebih dalam ilmunya.

Zea : Mbok kenapa dulu nggak jadi dokter hewan?

Mbok Jannah: Waktu mbok muda, mbok nggak tahu ada pekerjaan dokter hewan. Tapi mbok memang cuma tamatan SD, orang tua mbok miskin, lulus SD mbok harus kerja.

Zea dan Tajir sedih.

    Mbok Jannah: Menjadi dokter hewan pasti menyenangkan. Mbok ingin anak mbok ada yang jadi dokter hewan, makanya sekarang mbok menabung untuk sekolah putra mbok.

Zea : Semoga anak mbok jadi dokter hewan.

Mbok Jannah: Amiin. Terima kasih dek Ze-a. Oh ya, kucingnya diberi nama siapa?

Tajir: Pup-pus.

Zea : Tajir jahat banget. Em, namanya Yummy.

End flashback.

Cut:

EXT./INT.: Teras rumah, pagi hari.

Zea membawakan Tajir getuk.

Tajir: Eh, getuk?

Zea : Iya. Kenapa? Jangan menilai sesuatu dari luarnya saja. Rasanya dijamin mantap, soalnya ini resep baru aku.

Tajir memakan getuk. Lalu tertawa kecil.

Zea : Kok ketawa? Gak enak ya?

Tajir: Bukan begitu. Enak banget kok. Habis aku keingetan waktu TK, kamu ceritain di depan kelas kue ulang tahun kamu getuk dan...pup, haha.

Zea : Hei!

Tajir: Oke, maaf maaf. Bercanda.

Zea : Aku semalem juga keingetan itu. Terus aku juga inget pertama kali aku ketemu Yummy. (wajah murung).

Tajir: Ya, waktu itu Yummy terluka dan Mbok Jannah yang nolong.

Zea : Jir! (Zea tersadar). Apa mungkin ini ada kaitannya sama Mbok Jannah?

Tajir: maksudmu?

Zea : Hantunya mungkin Mbok Jannah.

Tajir: Kamu serius mikir gitu? Nggak mungkin lah.

zea : Orang tua kamu cerita kalau jenazah Mbok Jannah dipindahin ke sini, dan terus aku dihantuin.

Tajir: Waktu itu hanya putranya Mbok Jannah yang sudah pindah ke desa ini, jenazahnya belum dan baru dipindahin hari.., ya hari ini. Eh, aku kok bisa lupa? Ya yang pasti waktunya nggak cocok, jadi nggak mungkin Mbok Jannah jadi hantu.

Zea : Ya bisa aja hantunya nongol duluan. Ah! Karena Yummy meninggal. Mbok Jannah kan pernah nolong Yummy, sekarang giliran Yummy nolong Mbok Jannah.

Tajir: Aku masih nggak percaya. Terus kalau benar, kenapa Mbok Jannah ngehantuin kita? Apa kita punya salah?

    Zea : Mungkin. Terkadang kita nggak sadar kalau kita sudah berbuat salah.

    Tajir: Hari ini jenazah Mbok Jannah dipindahin. Gimana kalau hari ini kita kesana aja.

Bapak lewat, menuju ke sawah.

Bapak: Zea, hari ini mbakar damen* lho.

(*damen: batang jagung)

Zea : Oh ya, Zea lupa. Tapi, Zea pamit keluar bareng Tajir dulu ya. Bentar kok. Habis pulang Zea langsung ke sawah.

    Bapak: Kalau begitu bapak tunggu di sawah. Oh ya hati-hati.

Cut:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar