Meow Kamu Kok Gentayangan
1. PART 1

INT.: BUS, SIANG HARI

Zea (perempuan, tahun pertama kuliah) duduk di kursi penumpang sambil memangku ransel. Wajahnya kusam karena berkeringat. Pak kernet dengan wajah yang lebih kusam lagi datang memegang karcis dan bolpoin.

Zea: Berapa pak?

Kernet: Dua puluh ribu.

Zea mengambil dompetnya, lalu menyodorkan uang dua puluh ribu rupiah. Kernet memberinya karcis lalu pergi ke penumpang selanjutnya.

Zea meletakkan dompetnya di pangkuan lalu membersihkan tangan dengan hand sanitizer. Zea memegang dompetnya lagi, lalu mengambil foto di dalamnya.

CLOSE UP: FOTO (terlihat Zea, Bapak, Ibu dan dua ekor kucing).

Zea tersenyum bahagia memandanginya. Zea tersadar. Lalu memakai masker.

Smartphone Zea bergetar.

CLOSE UP: LAYAR SMARTPHONE (tertulis "Panggilan Masuk" dari "Tajir").

Zea membuka masker, lalu mengangkat telepon.

CUT:

TITLE: MEOW KAMU KOK GENTAYANGAN

EXT.: DESA, SORE.

LONG SHOT:

Sebuah bus melaju di jalan desa. Kanan dan kiri terdapat sawah yang ditanami jagung, tembakau, kubis, cabai dan tanaman dataran rendah lain.

CUT:

EXT.: HALAMAN DEPAN RUMAH, SORE.

Zea turun dari bus tepat di depan rumahnya.

Kamera memandang ke rumah dan halaman depannya. Separuh bagian halaman depan di semen. Separuh bagian lainnya merupakan taman sederhana yang ditanami tanaman hias (melati, angelonia, dll), empon-empon (jahe, serai, dll), singkong dan pohon mangga. Di samping rumah terdapat jalan setapak menuju halaman belakang.

Ibu (60), keluar dari pintu ruang tamu membawa pisau dan mangkuk plastik. Setelah menutup pintu, ibu berbalik dan melihat Zea.

Ibu: Zea?! (wajah tak percaya tapi bungah)

Zea: Ibu! (wajah bungah).

Zea ingin memeluk ibu tapi tidak jadi.

Zea: Zea habis dari perjalanan, masih kotor. Juga kan lagi ada corona bu, jadi nggak bisa peluk ibu.

Ibu: Iya, nggak pa pa. Kalau begitu sekarang cepat mandi sana.

Zea melihat pisau di tangan ibu.

Zea: Eh, ibu mau ngapain?

Ibu: Ibu mau ambil jahe.

Zea: Biar Zea saja yang ngambilin bu. (merebut pisau dan mangkok plastik)

CUT:

EXT.: TAMAN RUMAH, SORE

Zea menggali jahe. Ibu membawakan mangkok plastik.

Ibu: Kamu kok ya nggak cerita kalau mau pulang?

Zea: Zea mau ngasih surprise buat ibu sama bapak.

Ibu: Zea, cerita tadi gimana pulangnya, kan ada corona.

Zea: Busnya rada susah. Nunggu 2 jam baru dapat. Terus isinya dibatasi sampai setengah. Zea hampir nggak dapat kursi. Tapi penumpangnya banyak yang nggak terlalu takut bu. Tadi di bus banyak yang nggak pake' masker. Mungkin kalau di ibukota dan ibukota provinsi beneran ketat.

Ibu: Di desa apalagi nak. Nikahan masih marak. Kan kalau di kota besar nggak boleh ya.

Zea: Boleh mungkin tapi harus mengikuti prokes.

Ibu: Prokes ya. Susah kalau mau salaman padahal salaman tradisi yang baik.

Zea: Kan hanya sementara bu. Ya nggak pa pa lah kita merubah kebiasaan demi kesehatan.

Ibu: Tapi ibu sering lupa. Kalau ketemu orang langsung salaman.

Zea: Sama bu. Zea juga sering lupa pake' masker.

Ibu: Oh ya, kamu pulangnya harus pakai rapid test?

Zea: Iya. Zea sudah dites.

Ibu: Dapat uang dari mana nak?

Zea: Zea belum cerita ya? Zea jadi guru les.

Ibu: Zea. (terkejut dan bahagia)

Zea: Muridnya masih satu bu. Terus ada corona. Jadinya udah lama libur. Tapi uangnya baru ditransfer minggu lalu.

Zea: Segini cukup bu?

CLOSE UP: MANGKUK PLASTIK TERISI SETENGAH.

Ibu: Cukup cukup.

Zea merebut mangkuk plastik dari ibu.

Zea: Zea bawain bu.

Zea dan ibu masuk rumah.

CUT:

INT.: DAPUR, SETELAH MAGHRIB

Zea terlihat bersih. Dua ekor kucing (Delicioso (5 tahun) dan Yummy (dibaca Yami, 14 tahun)) mendekati Zea.

"Meooong! Meooong!", suara kedua kucing.

Zea: Delicioso! Yummy! Baru bangun ya? Gimana tidurnya? Nyenyak ya sampai nggak tahu kalau aku datang.

Delicioso dan Yummy menggaruk leher.

Zea: Oke, aku maafin kalian.

Delicioso dan Yummy mengendus Zea.

Zea: Kalian kangen ya? Sama, aku juga kangen banget sama kalian.

Zea mengelus kedua kucing.

Zea: Bu, Zea ambilin pakan kucing dulu ya?

Ibu: Barusan ibu sudah kasih makan.

Zea: Makasih ya bu.

Zea memangku Yummy dan Delicioso. Ibu menuang air ke gelas berisi jahe yang sudah ditumbuk.

Ibu: Ini wedang jahenya. Kamu minum dulu biar hangat.

Zea: Makasih bu. (mengaduk wedang jahe, berdo'a, lalu meminumnya sampai habis).

Zea: Enak banget bu. Em, bapak di mana bu? Kok Zea belum ngelihat bapak?

Ibu: Bapak barusan ada pas kamu mandi. Terus pamit ke sawah, mau lihat-lihat.

Zea: Barusan?

Ibu: Ya. Kamu tunggu saja. Bapak katanya "bentar".

Zea: Kok tumben bapak habis maghrib ke sawah?

Ibu: Iya, besok kan jagung bapak siap panen. Biasalah, saat kerja keras membuahkan hasil, susah berhenti merasa bangga.

Zea: Bapak pasti sekarang mengitari sawah sambil senyum-senyum gitu bu. (tertawa)

Ibu berdiri, lalu berjalan. Kedua tangan di pinggang belakang, dagu sedikit terangkat sambil tersenyum bangga.

Ibu: Sudah mirip bapak belum?

Ibu dan Zea tertawa.

Zea: Syukurlah bu sudah mau panen, cepet rasanya.

Ibu: Ya memang sudah waktunya panen Zea. Kamu kan kuliah jadi nggak terasa. Memang kalau kita sibuk waktu terasa cepat berlalu.

Delicioso dan Yummy melihat serangga di dinding. Mereka turun dari pangkuan Zea dan mengejarnya.

Ibu: Sepertinya panen kali ini bakal dapat banyak. Jagungnya sehat-sehat.(tersenyum)

Zea: Syukurlah bu.(tersenyum)

Zea melihat jam dinding.

Zea: Ibu, Zea kok khawatir ya? Zea nyusul ke sawah ya?

Ibu: Hati-hati nak. Jangan lupa bawa senter.

Zea: Baik bu.

Zea berjalan keluar.

Ibu (berteriak): Ah Zea. Halaman depan kemarin ditambal, mungkin semennya ada yang belum kering. Kalau jalan lihat-lihat bawah.

Zea: Iya.

CUT:

EXT./INT.: Teras rumah, habis maghrib.

Zea menyalakan senter. Ia menyenter halaman dan melihat bekas tambalan semen. Zea berjalan menghindari tambalan menuju ke jalan kecil di samping rumah.

Kamera ke pagar depan. Bapak dan Pak Turah berbincang-bincang di balik pagar, di pinggir jalan. Zea tidak melihat.

CUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar