Meow Kamu Kok Gentayangan
10. PART 10

PART 10:

EXT.: Masih di kuburan.

Tajir: Jadi, yang mobil jenazahnya menabrak kucing itu laki-laki pak?

Penjaga makam 1: Mau kamu perempuan?

Penjaga makam 2: Aduh, janganlah sama perempuan yang sudah meninggal.

Penjaga makam 1 dan 2 tertawa. Tajir kesal.

Tajir (berbisik): Zea, seingetku dulu pas ke Pak Turah kamu tanyanya cewek kan?

Zea (berbisik): Iya Jir. Aku nggak kepikiran kalau hantunya mungkin cowo’. Pantes aja nggak ada cewek yang meninggal di hari itu.

Tajir: Bapak tahu siapa yang meninggal ini?

Penjaga makam 1: Ya pasti tahulah. Jangan meremehkan ingatan saya.

Zea : terus dia siapa pak?

Penjaga makam 1: Namanya Agung, anak tunggal orang kaya. Siapa ya nama orang tuanya? Saya kok tiba-tiba lupa, yang pasti orangnya sangat kaya.

Tajir : ingatannya bagus sekali (berbisik pada Zea).

Tajir dan Zea menahan tawa.

Penjaga makam 2: Kasihan sekali pasti. Anak tunggal, pasti sangat disayang. Pasti sangat berat untuk melepaskan.

Penjaga makam 1: Mereka punya harta berlimpah tetapi sudah tidak ada keturunan lagi. Padahal keturunan itu bukti keberadaan kita sebagai manusia. Nanti siapa yang akan menceritakan kisah hidup kita.

    Tajir: Kisah hidup sebagai penjaga makam (berbisik pada Zea).

Tajir dan Zea menahan tawa.

    Zea : Udah Jir. Jangan meledek profesi orang.(berbisik)

Penjaga makam 1 dan 2 menghela nafas.

Penjaga makam 1: Iya. Makanya punya anak jangan cuma satu. Seperti pepatah Jawa, banyak anak banyak rejeki.

Penjaga makam 2: Ya jangan terlalu banyak. Menuh-menuhin dunia nanti.

Penjaga makam 1: Dua saja maksudnya, seperti program pemerintah. Terus jangan nikah lagi biar anaknya tetap dua. Kalau ingin tambah anak bisa adopsi.

Penjaga makam 2: Oh, mantan istrimu sudah punya anak sama suaminya sekarang?

Tajir dan Zea menahan tawa.

Tajir: Maaf mengganggu pembicaraan bapak-bapak, tetapi Kalau boleh saya tahu, alamatnya yang meninggal ini di mana ya?

Cut:

EXT.: Depan TPU, pagi hari.

Zea : Tajir, menurutku, orang itu tidak ada hubungannya dengan semua ini.

Tajir: Tapi dia meninggal di hari kematian Yummy. dan kamu juga dihantui sejak hari itu.

Zea : Tapi hantunya cewek.

Tajir: Mungkin dia cowok tapi gondrong.

Zea : Nggak dulu deh. Baru ntar kalau aku masih dihantui kita ke sana.

Tajir: Oke kalau begitu.

Cut:

EXT.:Halaman rumah, malam hari.

    Zea : Jadi besok sudah dibeli. Apa nggak kurang kering pak?

Zea memegang butir jagung.

    Bapak: Anggap saja sudah. Pak Turah juga bisanya besok. pak Turah kan kerja di desa. Liburnya ya cuma sabtu-minggu. Ayo dikarungi.

Zea dan Bapak memakai masker. Zea memegangikarung jagung. Bapak memegang serok tepung.

Bapak: Zea, kamu hadapnya kurang ke sini.

Begin montage:

Bapak membenahi karung. Setelah melihat posisi karung sudah benar, bapak mengambil jagung dengan serok tepung. Lalu memasukkannya ke karung. Begitu berulang-ulang hingga karung penuh. Lalu bapak dan Zea menyeret karung-karung yang penuhsehingga berbaris rapi. Bapak membiarkan bagian atas karung-karung terbuka.

End montage.

Bapak: Ini dibiarkan terbuka dulu biar kena angin. Besok baru dijahit rafia.

Zea : Oke, bapak. Jadi sekarang nutup terpal?

Bapak: Iya. Kamu susun dulu bambunya.

Cut:

INT.: Rumah, malam hari.

Zea menahan kencing. Ia bergegas ke kamar mandi. Zea keluar dari kamar mandi. Terlihat lega. Zea lalu melihat Delicioso sedang mengangkat tangannya. Seperti sedang menangkap sesuatu. Zea tidak tahu apa itu karena terhalang dinding. Zea berjalan mendekat. Ia melihat hantu. Hantu itu lalu menghampiri Zea. Zea berlari. Tajir datang tiba-tiba.

Tajir: Zea?

Zea : Tajir. Syukurlah kamu datang. Hantunya masih ada.

Tajir: Maksudmu di sana?

Zea menoleh.

Tajir: Dia datang.

Zea : Tajir, senter.

Zea mengambil dua senter. Zea dan tajir lari keluar sampai ke halaman belakang.

Cut:

EXT.: Halaman belakang rumah, malam hari.

Tajir: Zea, kita harus berpencar.

Zea : Nggak Tajir. lebih baik kita bersama.

Tajir: Tidak Zea. Kalau berpencar kamu bisa mencari bantuan.

Zea : Baik kalau gitu.

Tajir: Sebentar zea. Gimana caranya supaya dia ngejar aku? Kamu tahu sesuatu yang bisa membuatnya terpancing?

Zea : Ah! Ya, aku tahu.

Zea mengambil blarak.

Zea : Aku tidak benar-benar yakin. Tetapi Yummy dulu menyukai ini. Aku tidak tahu apa hantu itu akan terpancing.

Zea dan Tajir berpisah. Tajir menggesek-gesekkan blarak. Hantu itu mengikutinya. Tajir menggiringnya ke sawah.

Cut:

EXT.: Sawah, malam hari. Kondisi sawah saat itu tertutup abu damen dan belum ditanami.

Tajir melewati hamparan abu damen, lalu sampai di pinggir sungai (sungainya berada di tengah sawah). Hantu mengikutinya. Tajir menggesek-gesekkan blarak. Awalnya hantu tidak berhasil menangkap blarak. Tetapi akhirnya berhasil. Kuku hantu yang tajam justru merobek blarak sehingga blarak memendek. Semakin lama blarak semakin pendek, sampai blarak terlalu pendek dan direbut hantu. Tajir ketakutan.

Srek-srek. Zea membawa blarak di salah satu tangannya. Tangan lainnya memegang bungkusan pakan kucing. Hantu ganti mengejar Zea. Zea memberanikan diri. Ia meletakkan bungkusan pakan kucing di tanah.

Hantu mengendus-endus pakan kucing. Lalu menggelengkan kepala dan menyeringai marah. Ia memandang Zea tajam. Lalu melompat.

Cut:

INT.: Kamar Zea, malam hari.

Zea bangun dari tidurnya. Zea lega itu hanya mimpi.

Srek srek. Suara dari luar. Zea terkejut.

“Meow.”, suara Delicioso.

Cut:

INT.: Dapur, malam hari.

Zea memberi makan Delicioso. Zea mendengar suara langkah kaki. Zea menoleh. Ternyata ibu tergesa-gesa langsung ke kamar mandi. Zea menghela nafas lega. Ibu selesai dari kamar mandi.

Ibu : Kok belum tidur?

Zea : Bukan belum tidur bu, tapi baru bangun. Zea mimpi buruk mungkin karena belum ngasih makan Delicioso.

Ibu : Oh. Kalau begitu kamu cepat tidur.

Zea : Em, nunggu Delicioso selesai makan dulu bu.

Ibu : Oh, kalau begitu ibu mau tidur dulu ya.

Zea : Oh, iya bu.

Ibu pergi.

Zea: Deliciso, makan pelan-pelan aja. Nggak usah terburu-buru.

Zea berjongkok memperhatikan delicioso. Delicioso selesai makan. Lalu delicioso menuju ke wadah air untuk minum. Zea membereskan wadah makan Delicioso.

“ngraung.” Delicioso tiba-tiba meraung. Lalu berlari.

Zea : Delicioso!.

Zea mengejarnya.

Cut:

INT.: Ruang tamu, malam hari.

Delicioso ke luar rumah lewat jendela yang tidak terkunci.

Zea : Delicioso!

Zea tak berhasil menghentikan Delicioso. Zea berdiri di depan jendela. Ia melihat delicioso berhenti.

Zea : Delicioso, masuk!

Delicioso masuk ke bawah terpal jagung.

Zea : Delicioso, jangan!

Zea memperhatikan, memastikan tidak ada orang di luar. Zea mengambil senter, lalu memberanikan diri ke luar rumah. Zea lalu mengunci pintu rumah.

Cut:

EXT./INT.: Halaman rumah, malam hari.

Zea berjalan ke arah terpal.

Zea : Delicioso!

zea menunduk. Ia menyalakan senter, mengarahkannya ke dalam terpal jagung. Zea melihat Delicioso asyik bermain sendiri.

Zea : Delicioso, sini!

Delicioso tidak menggubris. Zea lalu merangkak ke bawah terpal, di antara susunan bambu. Ia sampai di tengah.

Zea : Delicioso!

Zea berhasil memegang Delicioso.

Srek. Suara di belakang Zea. Zea menoleh ternyata suara berasal dari salah satu karung jagung. Sesuatu bergerak di dalam karung jagung. Zea lalu membalikkan badan sambil mengarahkan senter ke sana. Zea perlahan merangkak mundur.

Bruk! Karung itu jatuh. Hantu ke luar dari dalamnya. Ia melihat zea. Zea mempercepat langkahnya. Zea hampir sampai di luar.

“meong!” Delicioso meronta pergi. Ia berlari ke dalam.

Zea berusaha mengejarnya. Tangan zea terkena bambu. Sakit. Senternya jatuh. Zea mengambil senternya lagi. Ia menyenter Delicioso sudah ke luar terpal. Lalu Zea menyenter ke arah hantu, sudah tidak ada. Zea perlahan membalikkan badan. Hantu itu berada tepat di depan zea. Zea berteriak.

Bruk! Tanpa sengaja Zea menjatuhkan beberapa bambu.

Cut:

EXT.: Halaman rumah, malam.

Bapak dan ibu datang.

Bapak dan ibu : Zea!

Bapak dan ibu membuka terpal. Beberapa bambu sudah terjatuh. Sebuah karung jagung terguling. Isinya berhamburan.

Ibu: Zea. Kamu tidak apa-apa nak?

Zea melihat hantu sudah menghilang.

Zea : Ah!

Zea memegang kepalanya, terasa sakit bekas terbentur bambu.

Ibu : Kepala kamu, nak. Pasti sakit. Masuk dulu, nanti ibu kompres. Bapak?

Bapak: Iya bu. Biar bapak saja yang membetulkan.

Bapak memasukkan kembali jagung yang terhambur ke dalam karung. Ibu dan Zea masuk ke rumah. Delicioso duduk di depan pintu, lalu ikut masuk.

Cut:

EXT./INT.: Teras rumah, pagi hari.

Zea dan Tajir duduk di teras.

Zea : Jir, semalam aku dihantuin lagi. Aku takut banget jir.

Tajir: kamu dihantuin lagi?

Kamera shoot ke arah bapak, ibu, pak turah dan beberapa buruh yang menimbang karung jagung.

Tajir: Horor banget. Kepalamu gimana sekarang? Masih sakit?

Zea : Udah nggak. Semalem udah dikompres.

Tajir: Jadi, hantunya mungkin bukan Tiva?

Zea : Tapi aku ngelihat kaya’ cewek. Mungkin Tiva belum maafin aku.

Tajir: Tapi menurutku, mending kita ke rumah Agung dulu.

Cut:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar